Hujan 16

11.5K 626 0
                                    

"Aku hanya perlu beberapa cara untuk menarik perhatian mu"

☔☔☔


Gadis itu kembali berjalan. Melanjutkan perjalanannya yang sempat terhenti karena ulah Vernon tadi. Entah ke mana perginya laki-laki itu sekarang. Terakhir kalinya, laki-laki tengil itu berbicara jika ia ingin pergi ke kantin. Tapi terserah dia saja, Hyura tidak peduli. 

"Ra, ini gimana ya? Kok gak bisa-bisa" tanya Dina yang kebingungan memakai miskroskop.

"Gini, Din. Lo pake yang ati-ati!" gadis itu mempraktekan cara memakainya.

Pelajaran berlangsung lancar. Guru di depan menerangkan bagaimana caranya melihat virus atau bakteri yang tak kasat mata. Ruang laboratorium ini sangat tertutup. Dengan tirai panjang menjuntai bewarna khas ruang laboratorium. Banyak tabung spritus, pipet dan peralatan lain khusus laboratorium. Semua siswa juga memakai jas laboratorium. Jas dengan warna putih polos panjang, mirip seperti dokter.

Hari ini ada pengambilan nilai bagi siapapun murid yang ingin mendapatkan nilai. Guru yang mengajukan pertanyaan demi pertanyaan secara runtut. Dan beruntung sekali Hyura sanggup menjawab salah satunya dengan mudah.

Jam pelajaran dengan cepat berlalu. Tak dirasa bel istirahat mulai memasuki area relung telinga para murid yang lapar. Perut sudah mulai bergejolak minta diisi. Dengan hitungan menit saja kantin sudah ramai akan murid-murid yang lapar.

Hyura melangkahkan kakinya keluar laboratorium. Berjalan sendiri karena Dina sudah terlebih dahulu pergi ke kantin dengan Richo, teman Hyura sewaktu kecil. Semua teman Hyura juga masih sibuk di dalam untuk memeriksa hasil penelitian mereka masing-masing. Mereka memilih untuk tinggal saja di kelas laboratorium.

Baiklah, sekarang Hyura berjalan sendiri kali ini. Ia membutuhkan seorang teman untuk diajak berbincang menuju kantin, sulit diakui ia berharap jika Vernon akan datang, dan menjadi teman bicaranya.

"Mana sih, si kutu kupret itu? Giliran dicari aja ngilang" dengus Hyura. Celingukan mencari keberadaan makhluk aneh bernama Vernon.

"Hei"

Suara seseorang membuat Hyura berhenti di tempat, dan sedikit terkejut. Pasalnya, dari tadi matanya terus mencari keberadaan Vernon. Namun, tiba-tiba seseorang mengejutkannya, memanggil dengan nada yang sedikit tegas. Gadis itu kini membalikan badannya, menghadap asal suara. Sekarang, ia tambah terkejut. Melihat siapa yang memanggil namanya tadi.

"Kev-in?" suara gadis itu terdengar terputus-putus karena ragu.

"Hehe, iya" Kevin menggaruk tengkuknya, meredam rasa gugup. Setelah itu tersenyum lebar, memperlihatkan barisan gigi putih yang tertata rapi.

Memang yang memiliki sifat dingin itu kebanyakan sulit untuk menyatakan perasaannya. Apalagi jika disandingkan dengan yang namanya gengsi. Baiklah, dan sekarang Kevin masih tak mengerti dengan perasaannya. Saat melihat gadis kurang kerjaan yang bermain hujan di lapangan sekolah saat itu. Membuat dirinya merasa penasaran, dan ingin mengetahui gadis itu lebih dalam. Ini yang membuat laki-laki yang dikenal tak peduli dengan keadaan sekitar itu, mendekati gadis kurang kerjaan bernama Hyura.

"Mau kemana?" Kevin bertanya dengan perasaan yang sedikit canggung.

"Kantin" Hyura tak kuasa menahan rasa senangnya.

TENTANG HUJAN [SELESAI] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang