Hujan 10

12.3K 572 16
                                    

"Kau adalah sayap ku, mari terbang lah bersama ku"


☔☔☔

"Lo deket sama Vernon?" tanya Kak Revan tiba-tiba datang saat Hyura sedang makan di ruang makan.

"Enggak lah, tadi itu dia cuma nebengin gue karena lo gak jemput" Hyura tau maksud arah pembicaraan kakaknya.

"Kok lo tadi kayak deket banget gitu sama dia?" sekali lagi, Kak Revan bertanya seperti seorang polisi yang menginterogasi seorang pembunuh berantai. "Gak!" Hyura menjawab singkat, tanpa melihat kakaknya.

"Jangan-jangan Vernon suka sama lo?!"

"Ngarang!" gadis itu masih sibuk dengan makanannya, tak memperdulikan kakaknya dari tadi masih mengajaknya berbicara.

"Bisa aja lho, perasaan itu siapa yang tau coba?" Kak Revan mengedipkan matanya.

"Sok tau!"

"Bukan gitu, Ra." laki-laki bernama Revan itu terus saja membuka agar Hyura percaya pada bualannya itu.

"TERSERAH! GUE GAK PEDULI!"

Gadis itu meletakan alat makannya. Berbicara dengan nada kesal, lalu pergi melenggang begitu saja. Emosi jiwa dengan kakaknya.

"Dasar lo. Maling kandang! Diajak ngobrol abangnya bukanya didengerin kek, eh malah kabur! Dasar!"

Kak Revan meneriaki Hyura yang masih melanjutkan langkahnya naik menuju kamar. Seolah tak peduli dengan apa yang dikatakan kakaknya itu.

***

Gemericik air hujan masih terdengar di telinga. Angin malam mendesir menimbulkan dingin bagi siapapun yang ada di luar. Dahan pohon saling bergesekan satu sama lain. Menimbulkan bunyi khas alam yang sedang bermelodi. Embun di kaca kamar membasahi tangan Hyura yang mencoba menulis sesuatu di sana. Menggoreskan jari-jari tangannya membentuk suatu huruf dengan rapi.

Matahari telah tenggelam beberapa jam yang lalu, dan kegelapan malam telah merajalela. Namun, sang pencipta bumi sangat adil. Bulan muncul menerangi gelapnya bumi. Bintang tak muncul karena hujan yang tak reda-reda. Gadis yang duduk di dekat kaca itu sedang sibuk menulis sesuatu.

'Your my wings, and lets fly with me'

Kurang lebih seperti itu bunyi tulisan yang tertera di kaca kamar yang berembun. Hyura tersenyum kecil ketika membayangkan sesuatu. Membayangkan sosok indah yang selalu menjadi mimpi-mimpi di malam hari yang dingin. Jam berdenting seirama dengan deru air hujan di luar sana. Melodi itu bertambah indah dengan suara degup jantungnya ketika membayangkan kala hujan itu. Memberikan payung dan menjaganya agar tidak jatuh terpeleset.

"Sst, ngapain lo" panggil seseorang dari luar kamar Hyura. Pintu yang tak dikunci dan terbuka lebar membuat orang yang berada di luar kamar tahu apa yang sedang Hyura lakukan.

Hyura hanya membalikan badan nya sebentar, kemudian berpaling lagi menghadap kaca jendela. "Idih, apaan nih? Sejak kapan lo jadi anak cinta kayak gini?" tanya bang Revan yang terkejut dengan tulisan yang Hyura buat di kaca jendela.

"Apaan sih lo bang, kagak lah. Cuma iseng aja buat tulisan" elak Hyura sambil beranjak ke ranjangnya berniat untuk tidur.

"Eleh, suka ngeles lu kayak bocah" bang Revan membuka jendela kamar dan seketika angin masuk ke dalam kamar dan membuat bulu kuduknya berdiri karena kedinginan.

"Hujan nya gak berhenti-berhenti, gini nih kalau udah masuk musim hujan" Kak Revan bergumam sendirian.

"Eh besok Kak Daniel katanya mau dateng- " kata-kata bang Revan terpotong saat melihat Hyura sudah tertidur pulas dan asyik dengan dunia fantasi mimpinya.


TBC

Kasihan sumpah, lagi ngomong di tinggal tidur :v

Btw, si Vernon suka gak nih sama Hyura? Kalau iya kenapa ya? Padahal kan Hyura suka ninstain Vernon, ya kan?

Salam,
Author

TENTANG HUJAN [SELESAI] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang