Hujan 22

9.3K 467 3
                                    

"Cinta adalah sebuah misteri"

☔☔☔

Sudah sekitar 10 menit gadis itu duduk sendirian. Di pinggir lapangan sekolah, tepat di bawah pohon rindang. Pohon yang menutupi paparan sinar matahari yang menyinari bumi begitu terik hari ini. Angin sepoi-sepoi menerbangkan semua angannya yang sendari tadi terpikirkan. Hyura memang tipikal orang yang sangat gampang melamun.

"Sendirian aja? Hati-hati ntar kesambet loh" suara seseorang membuat gadis itu terperanjat. Ia dengan sigap langsung menoleh pada sumber suara.

Orang yang membuat dirinya terkejut tadi, tidak lain adalah Kevin Lionil. Sikap Kevin mendadak berubah aneh di mata Hyura. Tidak biasanya, laki-laki itu peduli pada hal di sekitarnya. Kevin dikenal memang hemat suara, selain pada Vernon sahabatnya. Hyura hanya tersenyum singkat, saat melihat Kevin berada di sebelahnya. Lalu, gadis itu kembali menatap lapangan.


"Kenapa sih? Mikir apa sih emang? Ngelamun terus" Kevin kembali membuka suara.

"Gak papa" Hyura menjawab singkat, bersamaan dengan senyum yang mengembang di wajahnya. Kevin kembali mengajak gadis itu terus berbicara. Membuat rasa penasaran Kevin, sedikit terobati. Apakah benar gadis ini yang menyukainya sejak kelas 10 itu?

"Kantin yuk?" tawar Kevin. Hyura menggeleng, menjawab tidak.

Sungguh aneh tingkahnya hari ini. Mengapa Hyura terus saja memikirkan hal yang dikatakan Vernon tadi. Entah mengapa rasanya ada yang janggal dengan pertemuannya dengan Vernon sejak pertama kali. Akan tetapi, Hyura masih tidak mengerti, ada apa dengan hatinya kali ini.

"Umm.. Gue udah makan, Kev. Kalau lo mau ke kantin, dan lagi gak ada temen. Gue temenin, mau?" gadis itu menatap Kevin. Matanya benar-benar bertatapan dengan mata laki-laki pujaannya. Tapi, entah mengapa rasa gugupnya kali ini mendadak lenyap.

"Hyura, kenapa sih? Kalau lo gak makan, kenapa harus ke kantin. Yaudah gue di sini aja, nemenin lo"

"Hmm.. Yah. Makasih, Kev"

Untuk sesaat Hyura terdiam, begitupun dengan Kevin. Ia bingung, harus mengatakan hal apa lagi. Kevin memang terlihat kaku, jika bukan karena Vernon. Mungkin ia tidak akan bisa mengenal gadis yang satu ini. Gadis yang menurutnya memiliki kepribadian yang sedikit aneh. Karena, ketika kebanyakan orang berteduh ketika hujan turun. Gadis ini bertindak sebaliknya, ia malah terjun ke dalam deras air hujan.


***


"Dina.. " teriakan Hyura menggema di antara lorong koridor sekolah yang sepi. Gadis itu berteriak, memanggil sahabatnya yang sudah berjalan terlebih dahulu di depan. Hyura berlari, mengejar langkah Dina.

Mamun belum sempat langkah Hyura sampai pada Dina. Terlebih dahulu, gadis itu kembali berteriak. Kali ini bukan memanggil Dina. Melainkan, dirinya tengah terkejut karena tiba-tiba saja, seseorang muncul dari balik tembok kelokan di depannya.

"Astaga. Vernon!" gadis itu mengelus dadanya. Lalu, menghembuskan nafas kasar. Gadis itu sedikit kesal dengan tingkah Vernon yang seperti tadi.

"Kaget ya?" laki-laki itu berjalan mendekati Hyura yang masih dilanda rasa kesal akibat ulah Vernon.

"Iyalah. Gila ya lo? Gue pikir tadi setan" gadis itu membuang mukanya. Menghadap ke arah lain, menatap pelataran taman yang hijau. Masih kesal dengan perilaku Vernon. Namun, bukannya meminta maaf. Lelaki itu kembali menggoda Hyura dengan tingkah tengilnya.

Hyura yang naik pitam, dengan sengaja menarik daun telinga laki-laki yang dari tadi terus saja membuat darahnya naik.

"Awhhhhh.. Maaf, Ra. Gue bercanda" Vernon mengaduh kesakitan karena tarikan Hyura pada telinganya. Laki-laki itu terus saja memohon untuk dilepaskan. Padahal, bisa saja tangan Vernon yang lebih besar dari Hyura melepas dengan mudah tarikan pada daun telinganya. Namun, laki-laki itu tak ingin menyakiti gadis yang ada di depannya saat ini.

"Hyura! Ayo. Gue lagi buru-buru, gue tinggal nih?" Suara seseorang membuat gadis itu terkejut. Dina masih berdiri pada ujung koridor, sambil terus melihat ke arah Hyura dan Vernon.

Hyura dengan cepat melepas tarikannya. Membuat Vernon bernafas lega. Gadis itu kini bersiap untuk berlari, mengejar Dina yang sudah ada di depannya. Akan tetapi, suara langkah sepatu turun menyamai langkahnya. Namun, Hyura enggan peduli. Gadis itu masih terus melangkah maju, dengan sedikit berlari menuju Dina.

"Buruan. Gue ada acara soalnya" Dina mengomel. "Dah yuk. Buruan!" sambung Dina, sambil menarik lengan Hyura asal.

"Bentar.." Vernon dengan sigap menarik lengan kiri Hyura. Kepala gadis itu dengan cepat menabrak dada lelaki yang menariknya tadi. Karena kekuatan tangan Vernon yang lebih besar, membuat Dina tak kuasa menahan tarikannya pada lengan kanan Hyura. Membuat Hyura yang hilang keseimbangan karena ditarik, menabrak dada Vernon.

Hyura kembali membulatkan matanya. Satu kata yang tersirat pada pikirannya adalah, saat ini dirinya kelabakan. Mengapa rasa canggung menyelimuti hatinya?

"Gak bener nih!"

Gadis itu membatin. Berbicara pada dirinya sendiri. Lalu mendorong Vernon, agar menjauh darinya.

Perasaan apa ini. Aku hanya menganggap Vernon sebagai teman, bahkan kami tak pernah akur. Tapi nyata nya, perasaan ini seakan menjadi opini tanpa kejelasan. Sebuah perasaan yang harus nya tidak terjadi.

"Buruan Hyur, udah di tunggu" Dina menarik tangan ku. Seolah-olah memisahkan ku dengan Vernon.


TBC.

Lah Hyura kenapa?
Suka sama Vernon? Atau tetep cinta sama Kevin?

Yang mana hayoo?

Voment jangan lupa ya guys,
Terimakasih.

Salam,
Ninda

TENTANG HUJAN [SELESAI] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang