PROLOGUE

188 58 216
                                    

"Ra...chel..."

"Jangan pergi... Kumohon jangan pergi..." Aku menggenggam tangannya erat sambil mengigit bawah bibirku. Dia tidak boleh meninggalkanku seperti ini!

Tiba-tiba sentuhan tangannya ke punggung tanganku membuatku menatapnya lekat-lekat.

"Dengar,kau harus meneruskan pekerjaanku... Maaf... Jadilah lebih kuat..." Nafasku tercekat mendengar permohonan yang dia katakan dengan bersusah payah. Belum sempat aku mengatakan apapun,kini genggaman tangannya perlahan melemah. Tidak... Dia tidak boleh pergi!

"Ayah! Buka matamu!" Aku berteriak pada pria di pangkuanku yang tak bernyawa lagi. Rasa panas dari api di sekelilingku mulai terasa di kulitku. Bau hangus begitu menyengat di hidungku. Aku kembali menatap pria di pangkuanku. Aku tidak bisa melalui semua ini. KENAPA AKU SELALU DITINGGALKAN!

"SIAL!" Geramku sambil memeluk tubuh ayahku. Sial! Aku takkan bisa mengambil alih pekerjaannya. Tidak! Aku tak bisa!

"Ayah,kumohon bangunlah... Buka matamu... Aku berjanji ayah tak perlu melakukan ini lagi... Kita bisa pergi dari kota ini... Kumohon..." Air mataku mulai membasahi pakaian ayahku yang sudah hangus. Aku tak bisa.

"KENAPA KAU MENINGGALKANKU! KENAPA! KENAPA!" Aku mulai meracau sambil menyentak tubuh ayahku. Tapi tubuh itu tetap tak bergeming. Perlahan bau amis darah mulai memasuki penciumanku. Ya,tubuh ayahku terluka parah. Lubang di perutnya sudah bisa membuktikan dia tidak akan bisa bersamaku lagi.

Tap... Tap... Tap...

Aku terdiam saat mendengar suara langkah kaki mendekatiku. Aku pun mulai berusaha menjernihkan pikiranku sambil terus memeluk ayahku.

"Stephen Ashlee telah dinyatakan gugur." Darahku mendidih mendengar perkataan salah satu dari mereka. Dengan segenap tenagaku yang tersisa aku meraih besi tajam di samping ayahku dan berlari ke arahnya.

Trash!

"Ya ampun,kau sangat berapi-api." Aku membelalakkan mata saat pria yang lain berdiri di depanku untuk melindunginya. Aku mundur beberapa langkah sambil menutup mulutku. Pria itu... Aku melukai paha pria itu...

"Kau wadah yang tepat untuk menggantikan Stephen." Perkataan pria itu membuatku menggelengkan dengan cepat.

"Tidak! Tidak!" Teriakku sambil mengacak rambutku.

Srek!

Aku membelalakkan mata saat melihat mata pisau tepat berada di depan mataku. Kilauan besi tajam itu memantul api yang membara di sekitarku. Benda itu bisa saja merobak tubuhku dengan cepat jika dia ingin.

"Rachel Ashlee,kau ingin bergabung dengan Shadow atau mati di sini?" Aku meneguk salivaku sambil menatap pisau itu. Pikiranku benar-benar kacau. Ini adalah ancaman. Aku tidak diberi pilihan. Aku sadar bahwa aku harus memutuskannya sekarang apa aku harus bertarung sekarang atau tidak. Tiba-tiba sekelebat ingatanku bersama ayah merasuki kepalaku. Ayah benar,aku harus mengambil jalan ini. Aku harus bergabung untuk bertahan hidup. Aku menutup mataku sambil meneteskan air mata terakhirku. Perlahan tapi pasti kuanggukkan kepalaku untuk menjawab pertanyaan pria di depanku. Pria itu tersenyum sinis lalu berhenti menodongkan pisaunya. Dia berjalan meninggalkanku dengan perlahan. Aku pun mengikutinya dengan ragu. Pikiranku benar-benar kacau. Aku tidak tahu apa yang benar dan apa yang salah. Tiba-tiba mataku menangkap cahaya yang menyilaukan. Ternyata itu adalah pisau milik ayah. Dengan cepat aku mengambilnya dan menyembunyikannya di balik jaketku. Ayah,aku sangat takut.

***

Aku melangkahkan kakiku di lorong gelap ditemani dengan beberapa pria tinggi yang menyeramkan. Aku ketakutan,sangat ketakutan. Aku tidak bisa membayangkan apa yang bisa lebih buruk dari ini.

Krek...

Aku meneguk salivaku saat pria tinggi di depanku membuka sebuah pintu. Pria itu tidak membuka suara dan tetap berjaga di depan pintu. Aku pun mengintip ke dalam ruangan itu sambil menahan nafas. Ruangan dengan pencahayaan yang kurang itu sangat besar dan kosong. Hanya ada meja panjang dan sebuah kursi yang menjulang tinggi. Aku tidak bisa membayangkan siapa yang tengah duduk di sana. Aku benar-benar tidak ingin masuk ke sana.

Grep!

Aku membelalakkan mata saat seseorang mendorongku ke dalam ruangan itu. Tiba-tiba pintu tertutup otomatis.

"HEI!" Teriakku sambil berusaha untuk menenangkan diri. Apa yang terjadi!

"Rachel Ashlee." Suara robot dengan nada rendah yang mampu membuatku bergidik tiba-tiba terdengar dibalik kursi besar itu. Tekanan macam apa ini. Aku memundurkan tubuhku ke arah pintu sambil terus mengawasi kursi itu.

"Aku turut berduka atas apa yang menimpamu. Kau tahu,Stephen Ashlee terikat kontrak denganku. Kontrak itu tidak menghilang ketika dia mati. Justru kontrak itu kini menjadi hutang." Aku menggertakkan gigiku mendengar perkataan robot itu. Apa nyawa manusia tidak berharga baginya!

"Aku tahu menggantikannya bukan tugas yang mudah..." Ucapannya langsung kupotong.

"CUKUP! BERHENTI BICARA SEPERTI TIDAK TERJADI APA-APA! Ayah... STEPHEN ASHLEE TELAH GUGUR KARENA KAU DAN TEMPAT BODOH INI!" Geramku dengan nada bergetar sambil berusaha menahan tangis.

"Gadis yang malang. Gadis yang sangat malang. Kau harus merasakan sakit ini karena ayah bodohmu yang memilih jalan ini." Aku mengepalkan tanganku mendengar perkataannya.

"AYAH TIDAK BODOH!" Teriakku padanya. Amarahku benar-benar memuncak mendengar penghinaan ya.

"Ibumu meninggalkan kalian karena kebodohannya memilih kami." Aku mengepalkan tanganku kuar saat mendengar perkataannya.

"IBU YANG BODOH!" Teriakku lantang. Ya! Wanita itu bodoh karena meninggalkan ayah yang malang. Dia bahkan meninggalkan aku.

"Ya ampun,ternyata Stephen sudah membesarkan gadis yang kasar." Ucapnya santai.

"Berhenti menyebut nama ayahku dengan mulut kotormu itu,iblis sialan!" Geramku padanya.

"Terserah kau ingin menyebutku apa. Tapi karena kau sudah berada di sini itu berati kau adalah S-Assassin yang akan menggantikannya. Tugasmu adalah menghapus orang-orang yang ada di daftar hitam. Tapi jangan lupa,jika kau mati maka kau harus memilih penerusmu. Jika tidak,maka nyawa seluruh keluargamu sebagai gantinya. Aku akan menjamin hidupmu dan kau akan mengabdikan hidupmu. Kesepakatan yang bagus bukan?" Amarahku memuncak mendengar penjelasan bodohnya. Aku benci ketidakberdayaanku.

"Berapa umurmu?" Aku kembali tersadar dari lamunanku saat aku mendengar perkataannya.

"7 tahun." Jawabku singkat yang di balasnya dengan tawa yang memecahkan keheningan.

"Welcome to Shadow Rachel Ashlee." Ucapnya dingin. Aku menarik nafas kasar sambil memikirkan nasibku di masa depan. Aku harus menjadi kuat untuk membunuhnya dan menghancurkan organisasi bodoh ini.



##
Selamat datang untuk pembaca baru dan pembaca dari Revenge Series. Jangan lupa untuk vomments ya.
-Life For Dance
.COLD.

DESIRE TO SAVE 1- THE CRUEL WORLD (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang