Saat bel pulang sekolah berbunyi aku pun langsung bergegas menghampiri loker. Sebaiknya aku segera menyelesaikan misi terakhirku agar aku bisa pergi dari sini. Aku benar-benar tak tahan karena harus berbohong di depan semua orang apalagi Sean. Aku bahkan tak sanggup menatap wajahnya setelah kami bicara di rooftop. Aku tidak menyangka ayahnya dibunuh oleh anggota Shadow. Tapi aku tak bisa menyalahkan siapa pun yang mendapat misi untuk membunuhnya. Karena kami memang tidak bisa menolak. Apalagi jika posisi orang itu sepertiku yaitu menggantikan anggota keluarga yang mati. Bahkan setiap membunuh orang lain kami rasanya seperti mati bersama orang itu. Tapi kami tak punya pilihan.
"Kau baik-baik saja?" Pertanyaan Sean membuyarkan lamunanku. Kenapa dia tiba-tiba di sini?
"Aku minta maaf karena membuat suasana di antara kita menjadi kurang nyaman hari ini." Ucapnya tulus. Aku pun segera menggelengkan kepalaku.
"Tidak apa,aku mengerti." Jawabku sambil tersenyum tipis. Perkataannya membuatku semakin merasa tak enak. Aku harus segera pergi dari sini. Aku harus membunuh Levin hari ini dan kembali ke markas.
"Aku harus pergi sekarang." Pamitku padanya. Dia hanya mengangguk tanpa mengatakan apapun. Aku pun berjalan menuju parkiran dengan cepat. Aku harus pergi dari sini. Sesaat setelah memasuki mobil aku segera melajukan mobilku untuk pulang.
"SIAL! KENAPA JADI SEPERTI INI!" Geramku sambil memukul stirku. Tiba-tiba cairan bening keluar dari mataku. Entah kenapa rasanya hatiku benar-benar sakit. Ini terlalu berat untuk kulakukan. Padahal aku sudah berusaha meyakinkan diriku bahwa membuat Leon adalah hal yang benar. Karena dia adalah penjahat. Tapi kenapa semua orang menangisi kepergiannya? Aku tak mengerti.
***
Kulirik jam tanganku yang menunjukkan pukul 7 malam. Aku sudah menunggu Levin keluar rumah sejak 2 jam yang lalu. Aku yakin dia akan keluar sebentar lagi. Tiba-tiba mataku menangkap mobil sport putih keluar dari rumahnya. Itu adalah Levin. Aku pun segera melajukan mobilku untuk mengikutinya. Aku mengernyitkan dahi memikirkan kemana dia akan membawaku. Sampai akhirnya dia menghentikan mobilnya di depan sebuah bar. Aku menyeringai tipis sambil menggelengkan kepalaku. Apa yang dilakukan seorang pendidik di sini? Bisa-bisanya dia ke tempat menjijikan seperti ini. Oke berhenti memikirkan soal dia. Sekarang aku harus bergegas memperbaiki penampilanku. Aku tak mungkin ke sana dengan pakaian serba hitamku. Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling. Hingga akhirnya mataku menangkap sebuah toko baju. Dengan cepat aku turun dari mobil dan membeli gaun pendek berwarna merah. Setelah itu aku langsung mengganti bajuku. Aku harus bisa mencuri perhatian pria hidung belang itu. Aku memutar mobilku menuju bar,lalu memarkirkannya. Kutarik nafas kasar sebelum melangkahkan kakiku menuju tempat ramai ini. Baiklah,aku pasti bisa melakukannya. Dengan perlahan aku memasuki tempat itu sambil membawa tasku. Bau alkohol khas bar mulai menghinggapi indra penciumanku. Beberapa pria mulai menatapku mesum membuatku ingin mencongkel mata mereka keluar. Aku berusaha mengabaikan mereka dan mengedarkan pandanganku untuk mencari Levin. Sampai akhirnya aku menemukannya. Pria bernama Levin Aldric yang menjabat sebagai seorang guru itu tengah menggoda seorang wanita. Wanita berpakaian sopan itu terlihat tidak nyaman saat Levin menyentuh wajahnya. Ck,dasar tua bangka mesum. Aku melangkahkan kakiku dengan hati-hati untuk mendekati mereka.
"Tolong lepaskan aku,tuan." Rengek wanita itu. Aku mengepalkan tangan berusaha menahan diri untuk tidak melayangkan tinjuku ke arahnya sekarang.
"Jangan melawan! Aku tahu cara yang bagus agar hutangmu lunas tanpa mengeluarkan uang." Perkataan Levin terdengar sangat menjijikan. Sepertinya aku tahu apa maksudnya.
"Tuan tolong..." Lirih wanita itu saat Levin menariknya ke tempat lain. Dengan hati2 aku pun mengikuti mereka. Firasatku dia akan melecehkan wanita ini dan aku takkan membiarkannya. Dia menghentikan langkahnya di ruangan kosong dengan pencahayaan yang remang-remang. Jeritan wanita itu tak terdengar karena suara musik yang sangat keras. Aku pun segera menggunakan jaket kulit,sarung tangan dan maskerku untuk melakukan pekerjaanku.
"Cut!" Ucapanku membuatnya terkejut.
"Apa yang kau inginkan gadis muda?" Ucapnya tanpa melepaskan pegangannya dari leher wanita itu.
"Aku adalah salah satu muridmu pak." Perkataanku membuatnya sedikit terkejut. Dia pun melepaskan pegangannya dari leher wanita itu dan menatapku tajam.
"Lalu kau mau apa? Kau ingin aku membungkammu dengan menidurimu juga?" Aku terkejut mendengar perkataannya.
"Wah,ternyata begitu suara pendosa. Sekalipun dia ketahuan melakukan kesalahan,dia sama sekali tidak menyesal. Bahkan dia ingin melakukan kesalahan yang lain." Balasku sarkas membuat dia menatapku tak suka.
"Sebenarnya apa yang kau inginkan!" Bentaknya padaku. Aku menatapnya datar sambil berjalan mendekatinya. Dia menatapku bingung. Dengan cepat aku menusukkan pisau ku ke matanya.
"AAAAHHH!" Pekikkannya dan wanita itu menjadi satu. Wanita itu terjatuh sambil menutup mulutnya. Aku tak menghiraukannya dan kembali fokus pada Levin. Aku menendang kaki Levin dengan kuat hingga dia roboh seketika. Dia pun berguling di lantai sambil memegangi matanya yang mengeluarkan banyak darah.
"Astaga,berhentilah berteriak!" Geramku padanya. Tapi dia tetap berteriak. Aku pun segera menggorok lehernya dengan kuat hingga dia berhenti berteriak. Aku pun menghembuskan nafas kasar saat kurasa tak ada pergerakan darinya.
"Terimakasih..." Aku berbalik saat mendengar suara wanita di belakangku. Aku hanya mengangguk sekali dan berjalan melewatinya. Mungkin dia klien yang membayar Shadow untuk membunuh pria ini. Tapi dia kembali membuka suara.
"Apa kau pembunuh bayaran?" Tanyanya pelan. Aku berbalik dan menatapnya datar. Jika dia tidak tahu aku pembunuh bayaran berarti dia bukan klienku. Tapi tak ada gunanya juga aku membunuhnya di sini. Karena,dia tidak mengganggu sama sekali. Aku pun mengangguk sekali untuk menjawab pertanyaannya. Dia membelalakkan mata melihat anggukanku.
"Apa kau anggota Shadow?" Tanyanya penuh harap. Aku mengernyitkan dahi melihat tingkahnya. Tapi aku tetap mengangguk untuk menjawab pertanyaannya. Sebenarnya apa maunya?
"Bertahun-tahun yang lalu putriku dibawa oleh suamiku yang gila untuk masuk dalam organisasi itu. Sepertinya dia dipaksa ikut menjadi pembunuh bayaran. Mungkin kau bisa membantuku." Jelasnya dengan raut wajah sedih. Aku tak bisa mengatakan apapun. Karena aku mengerti bagaimana perasaannya. Tapi aku juga tidak bisa menebak siapa suami dan putrinya karena terlalu banyak orang gila di sana.
"Maaf nyonya,aku tidak tahu. Aku bahkan ditinggalkan oleh keluargaku." Balasku. Dia menatapku dengan sendu. Aku pun menghembuskan nafas kasar.
"Baiklah aku mengerti." Ucapnya sambil menunduk.
"Kudengar kau meminjam uang dari pria ini?" Pertanyaanku membuatnya menatapku kagum.
"Darimana kau tahu?" Tanyanya bingung.
"Aku mendengar pembicaraan kalian tadi." Jawabku cepat.
"Kau benar,aku memang membutuhkan uang karena anak laki-lakiku sedang sakit keras. Dia dirawat di rumah sakit." Jelasnya singkat. Aku mengangguk tanda mengerti. Mungkin aku bisa membantu.
##
Tbc?
-Life For Dance
.COLD.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESIRE TO SAVE 1- THE CRUEL WORLD (Revisi)
Misteri / ThrillerSeorang gadis terikat kontrak dengan pemimpin sebuah organisasi gelap setelah kematian ayahnya. Keadaan ini memaksanya menjadi seorang S-Shadow. Kesulitan demi kesulitan terus dilalui. Perlahan-lahan cahaya kehidupannya mulai redup. Semakin redup hi...