DONE

56 32 83
                                    

Kulangkahkan kakiku menaiki tangga menuju kelas. Perlahan kusentuh pegangan tangga sambil tersenyum tipis. Akan kupastikan aku tidak akan merindukan tempat ini nanti.

"FREAK!" Oh tidak,aku salah. Aku akan sangat merindukan tempat ini. Karena hanya di sini ada babi yang bisa bicara.

"Pukulanku kurang keras ya?" Ucapku sarkas. Chloe menatapku tajam. Lalu dia memberi kode pada Grace dan Jade untuk menyeretku. Aku hanya tertawa kecil sambil mengikuti mereka.

"Aku akan memberimu pelajaran untuk membalas yang kemarin!" Geramnya. Lalu melayangkan tamparan ke wajahku.

PLAK!

Aku terdiam meresapi tamparan lemah di pipiku. Sedangkan kedua tanganku di tahan oleh Jade dan Grace. Baiklah,kita lihat permainannya.

"Astaga,kau menyebut itu tamparan?" Tantangku sambil menyeringai tipis.

"Kau bertindak sok keren tapi wajahmu memerah! Mana sikap sok jagoanmu itu? Kemarin kau bisa memukul kami karena kami membiarkanmu. Tapi kali ini kau akan mati di tanganku." Aku tertawa kecil mendengar ancamannya. Si bodoh ini bicara apa? Dia bicara soal kematian yang telah kulihat berulang kali dalam hidupku. Bahkan akulah sang kematian itu.

"Kau bahkan tidak pernah melihat kematian itu seperti apa." Balasku sarkas sambil menyeringai lebar. Dia membelalakkan mata menatapku. Aku dapat merasakan amarahnya yang memuncak.

"Kau memang gadis gila!" Geramnya sambil kembali melayangkan tamparan ke wajahku.

PLAK! PLAK!

Aku tersenyum tipis ke arahnya setelah dia selesai.

"Oke sekarang giliranku." Balasku sambil tersenyum.

DUK!

Kulayangkan tendanganku tepat di ulu hatinya dengan keras. Hingga dia jatuh terpental. Kedua temannya yang menyaksikan jatuhnya si bodoh itu pun langsung melepaskan pegangan mereka dariku dan mendekatinya.

"CHLOE!" Teriak Grace sambil membantu gadis itu bangun. Aku pun segera mendekatinya.

DUK!

"GRACE!" Teriak Jade saat aku menendang bahu Grace hingga tubuhnya telentang. Lalu aku menarik kerah baju Chloe dengan kencang.

"Beraninya gadis hina ini menyentuh wajahku." Ucapku penuh amarah. Kulayangkan tamparan dengan kekuatan penuh secara beruntun ke wajah manisnya.

PLAK! PLAK! PLAK!

"Astaga!" Ucap Jade yang melihat perlakuanku. Tapi dia tidak menghentikanku. Dia malah hanya membantu Grace untuk bangun.

"Mau kemana kalian?" Ucapku sambil menjambak rambut mereka berdua hingga mereka kembali duduk.

"Arghh!" Geram kedua gadis itu merasakan tarikan rambut yang sangat kuat.

"Chloe,lihat mereka ingin meninggalkanmu sendiri. Bagaimana kalian bisa melakukan itu? Bukankah selama ini kalian bertindak seperti anjing penjaga? Lalu kenapa kalian ingin meninggalkan tuan kalian begitu saja? Padahal kudengar anjing adalah hewan yang setia. Sepertinya itu tidak berlaku pada kalian." Ucapku sarkas sambil tertawa kecil.

"Astaga cukup,Rash!" Ck. Baru saja aku ingin bermain-main sedikit.

"Ini dia pahlawan Sean telah tiba." Ucapku sarkas sambil menertawakan Sean. Sean menatapku tak percaya dan mencoba berjalan mendekat.

"Sean..." Gumam Chloe.

"Ya teruslah memanggilnya." Ucapku menyemangati Chloe.

"Ada apa denganmu?" Tanya Sean padaku dengan wajah prihatin. Dia mulai menggenggam tanganku perlahan.

"Lepaskan aku." Ucapku sambil menghempaskan tangannya.

"Jelaskan padaku sekarang." Ucapnya sambil kembali menggenggam tanganku. Ck,aku tak butuh sikap sok pahlawannya ini. Aku pun kembali melepaskan pegangannya.

"Kau bisa menyimpulkannya sendiri seperti saat itukan? Kau tinggal menuduhku dan mencaci makiku sekarang." Tantangku padanya. Dia menatapku dengan tatapan merasa bersalah.

"Rash..." Panggilnya. Tapi aku tidak mempedulikannya dan berjalan meninggalkan mereka. Berhenti bertingkah sok peduli pada pembunuh sepertiku.

***

Kriiing...

Seluruh siswa di dalam kelas langsung menghentikan aktivitasnya saat mendengar alarm kebakaran.

"PERHATIAN! SELURUH MURID DIHARAPKAN TURUN KE LAPANGAN SECARA PERLAHAN!" Ucap suara seseorang yang keluar dari speaker kelas.

"Apa terjadi kebakaran?" Tanya Sean yang duduk di sampingku dengan nada perlahan. Aku tidak mengatakan apapun dan mulai berdiri mengikuti murid yang lain. Apa rencana Sam sudah di mulai? Kuharap apapun rencananya dia akan berhasil. Saat aku berjalan di koridor ternyata semua orang sedang berdesakan untuk segera turun. Ck,aku benci keramaian.

Grep!

Aku terkejut saat Sean menarikku ke dalam pelukannya dan menjagaku agar tidak terdorong oleh orang lain.

"Jangan panik." Bisiknya di telingaku. Aku tak mengatakan apapun dan tetap berjalan. Suasananya sangat gaduh karena beberapa siswa panik. Tapi perasaanku sangat tenang karena perlindungan dari laki-laki ini. Sial,kenapa dia selalu begini? Kenapa dia selalu membuatku bingung dengan perlakuannya padaku? Terkadang sikapnya sangat baik dan terkadang sebaliknya.

"Semuanya berbaris di lapangan!" Perintah seorang guru saat kami sampai di bawah. Karena di bawah suasananya sudah agak terkendali,aku memutuskan untuk memisahkan diri dari Sean. Tapi tiba-tiba seseorang menahanku.

Grep!

"Tetaplah di sisiku,aku tak ingin kau terluka." Aku meneguk salivaku saat Sean menarik tanganku dan mengatakan hal itu.

"Baiklah,tapi lepaskan aku." Ucapku padanya. Dia pun segera melepaskan genggamannya sambil mengangguk canggung. Aku menghembuskan nafas sambil berusaha menetralkan detak jantungku. Sial,sebenarnya apa yang terjadi padaku? Ck,ini bahaya!

"AAAAHHH!" Teriakkan seorang gadis membuyarkan pikiranku. Aku segera mengalihkan pandanganku ke arahnya. Bahkan tatapan semua orang kini juga tertuju padanya. Gadis itu tidak mengatakan apapun dan hanya menunjuk ke atas. Kini seluruh mata pun mengikuti arah dari sesuatu yang dia tunjuk. Mataku terbelalak saat melihat seorang gadis berdiri di rooftop.

"Astaga!" Ucapku panik. Tapi tiba-tiba suara tangisan dan teriakan kembali terdengar. Aku pun mengalihkan pandanganku ke sana. Ternyata teriakan itu berasal dari Chloe.

"GRACE,APA YANG KAU LAKUKAN!" Teriaknya. Aku pun kembali mengarahkan pandanganku ke atas. Aku tak bisa melihat dengan baik apakah gadis itu adalah Grace. Perlahan kupicingkan mataku untuk melihat dengan baik apakah itu memang gadis itu. Tunggu! Apa ini adalah rencana yang Sam katakan? Apa ini adalah perbuatan Sam? Apa Sam dalang dari semua ini? Saat pikiranku sedang menebak-nebak apa yang sebenarnya terjadi tiba-tiba suara teriakan kembali terdengar. Aku pun segera menatap ke atas untuk melihat apa yang terjadi.

Grep!

"Jangan lihat." Ucap Sean sambil memelukku erat. Aku tertegun dan tidak bisa mengatakan apapun. Dia melindungiku untuk melihat semua itu seolah-olah aku adalah gadis suci. Seolah-olah aku gadis baik yang tidak pantas melihat sesuatu yang buruk. Padahal aku adalah penyebab dari kejadian ini. Aku menutup mata sambil menarik nafas kasar. Tak terasa air mataku menetes dalam pelukan Sean. Sial,aku benar-benar iblis. Aku tak sanggup hidup dalam penderitaan seperti ini! Aku tak sanggup membohongi banyak orang lagi. Apalagi harus membohongi orang baik seperti Sean. Aku tak punya cara lain. Jika aku ingin semua ini selesai,aku harus segera menemukan anak dari Mavis Rex dan bergabung dengannya.

##
Tbc?
-Life For Dance
.COLD.

DESIRE TO SAVE 1- THE CRUEL WORLD (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang