DISCUSSION

48 28 52
                                    

Sean
Dia sudah pergi.

Satu pesan berjuta makna dari Sean terpampang di layar ponselku. Aku pun mulai memanjat balkon apartemen Sean dengan hati-hati. Hingga akhirnya aku berhasil sampai di sana. Aku menarik nafas lega sambil terduduk di lantai balkon. Tiba-tiba Sean datang dan memberiku sebotol air. Aku pun menatapnya sepintas dan mengambil botol itu dari tangannya.

"Kau memang gadis gila." Ucap Sean sambil duduk di depanku. Aku memutar bola mataku tanpa menjawab perkataannya.

"Apa pria itu curiga?" Tanyaku tanpa mempedulikan perkataannya tadi.

"Ya,dia sangat mencurigaiku. Bahkan dia bertambah curiga saat melihat cangkir kopi kita. Apa kopi itu spesial?" Aku mengernyitkan dahi mendengar perkataan Sean. Bagaimana bisa O-Shadow tahu kebiasaanku dengan begitu baik?

"Lalu?" Ucapku memintanya melanjutkan.

"Dia sangat curiga dan mulai memeriksa tempat ini. Bagaimana jika dia curiga tentang kedekatan kita?" Aku mengangguk mengerti mendengar perkataan Sean.

"Tak perlu khawatir. Kau hanya perlu bersikap tenang. Tekankan bahwa kau tidak pernah mengenalku dan semuanya akan baik-baik saja." Perkataanku membuat Sean menatapku tajam.

"Oke,tapi berhentilah melakukan hal tidak terduga." Ucapnya sambil menunjuk wajahku. Aku hanya menatapnya tanpa mengatakan apapun.

"Masuklah,sebaiklah kau mandi dan mengganti pakaianmu." Aku terdiam mendengar perkataan Sean. Kutatap dressku yang kotor.

"Aku akan pulang." Pamitku sambil berjalan ke dalam.

"Tetaplah di sini untuk malam ini. Aku tahu kau pasti lelah. Walaupun aku tak tahu apa yang kau lakukan." Ucapnya sarkas. Aku pun menghembuskan nafas kasar dan menggeleng pelan.

"Aku pulang." Ulangku sambil mengambil tasku.

Grep!

Aku membelalakkan mata saat Sean menarik tanganku.

"Kubilang tetaplah di sini." Ucapnya dengan penuh penekanan.

"Lepaskan aku!" Ucapku sambil menarik paksa tanganku.

"Bisakah kau percaya padaku? Bukankah kita adalah rekan?" Ucapnya sambil mengernyitkan dahi. Aku pun menatapnya bingung.

"Maksudmu?" Ucapku bingung.

"Lupakan saja,apapun yang kau lakukan di belakang kami,kuharap itu tidak merugikan kami." Balasnya dengan wajah datar. Aku meneguk salivaku melihat ekspresinya.

"Kau tidak perlu mengkhawatirkan itu." Ucapku. Tiba-tiba dia melemparkan handuk ke arahku.

"Tidurlah di sini." Ucapnya tak bisa di bantah.

***

Kubuka mataku perlahan saat seberkas cahaya memasuki penglihatanku. Kulirik jam yang menunjukkan pukul 6. Baiklah,hari yang panjang untuk Sean akan segera di mulai. Aku pun beranjak dari tempat tidur dan berjalan keluar kamar. Tiba-tiba mataku menangkap sosok yang tengah terlelap damai di sofa empuk. Aku pun berjalan mendekatinya perlahan. Kutatap wajahnya dari dekat. Ternyata dia cukup tampan,pantas saja Chloe sangat menyukainya. Bibir tipisnya berwarna merah,rahangnya yang tegas dan pundaknya yang lebar. Dia adalah laki-laki dengan fisik sempurna. Tapi sayangnya dia memiliki banyak sifat buruk yang sangat kubenci. Aku yakin takkan bisa sepenuhnya akur dengannya. Karena sifatnya sangat kekanakan dan ceroboh. Tapi kalian jangan salah paham. Aku mengatakan ini bukan karena menyukai. Aku hanya mulai menerimanya sebagai rekan. Lagipula semua ikatan ini akan berakhir setelah semuanya selesai. Aku tidak boleh membiasakan diri dengan mereka. Aku menghembuskan nafas kasar dan beranjak meninggalkannya. Kulangkahkan kakiku memasuki dapur. Aku harus menyiapkan sarapan. Dengan perlahan aku mulai membuka lemari es untuk mengambil bahan makanan. Kuambil dua butir telur,daging asap dan roti. Kumasukan dua lembar roti ke dalam alat pemanggang. Lalu aku mulai memanggang daging dan menggoreng telur. Sambil menunggu semuanya matang aku pun mulai menyiapkan dua gelas susu. Tak perlu waktu lama kini roti panggangku sudah siap. Aku pun mulai mengedarkan pandangan untuk mencari saus. Aku pun membuka pintu lemari di atas penggorengan. Saat kulihat apa yang ku cari ada di sana,aku pun mencoba untuk mengambilnya. Tapi sayangnya aku tidak bisa mencapainya. Tiba-tiba sebuah tangan menjulang ke atas untuk mengambil benda yang kuinginkan.

"Kau bisa membangunkanku jika perlu bantuan." Ucap Sean sambil memberikan botol saus itu padaku.

"Thanks." Ucapku sambil mengambil botol itu. Aku pun segera menuangkan saus itu ke roti panggang. Sedangkan Sean membawa dua gelas susu tadi ke meja makan. Saat aku ingin membawa dua piring roti yang telah siap,Sean langsung datang dan merebut piring itu dari tanganku. Dia memberi isyarat untuk pergi ke meja makan. Aku tersenyum tipis dan membiarkan Sean yang membawa makanan kami. Setelah Sean meletakkan makanan itu di meja,kami pun mulai menyantapnya. Tak ada pembicaraan di antara kami karena sibuk dengan makanan masing-masing. Hingga akhirnya kami selesai makan.

"Jadi apa rencanamu?" Tanyaku padanya.

"Aku akan berusaha berbaur dengan mereka. Lalu..." Aku langsung memotong perkataannya.

"Kau akan bergabung dalam misi untuk memburuku?" Tebakku. Dia mengangguk membenarkan perkataanku. Aku pun menghembuskan nafas kasar dan menggeleng.

"Tidak semudah itu,bodoh." Ucapku sarkas. Dia membalas perkataanku dengan wajah tak terima.

"Aku tahu,perlu waktu untuk membuat bajingan itu tertarik padaku." Aku mengangguk menyetujui perkataannya. Perlahan kumasukkan sepotong roti ke dalam mulutku.

"Dan satu-satunya cara adalah melakukan pembunuhan berantai." Sambungnya penuh keyakinan. Aku kembali mengangguk menyetujui perkataannya. Aku pun meneguk minumanku sebelum akhirnya bicara.

"Aku tahu ini tak mudah. Tapi cara yang tepat untuk mendekati musuh adalah dengan menjadi dirinya." Ucapku mengibaratkan. Dia mengangguk mengerti.

"Tapi aku tak sanggup untuk melakukannya. Bahkan untuk membayangkannya saja aku tak mampu." Ucap Sean sambil menghembuskan nafas kasar.

"Maaf aku tak bisa memikirkan cara lain untuk tidak melibatkanmu. Aku bahkan tak bisa melakukan pemberontakkan tanpa mengotori tanganku dengan darah orang lain." Ucapku jujur. Aku mengepalkan tanganku menyadari ketidakberdayaanku dalam situasi ini. Padahal Sean adalah anak yang melarikan diri agar tidak menjadi penerus ayahnya. Tapi,sekarang dia harus melakukannya sendiri.

"Aku tidak peduli soal itu. Kini kau adalah bagian dari hidupku juga." Aku mengangkat kepalaku saat mendengar perkataannya. Ada sesuatu yang aneh di dalam dadaku saat mendengarnya.

"Aku adalah pembunuh. Aku tidak pantas menjadi bagian dari hidupmu. Kita hanyalah rekan yang kebetulan memiliki misi yang sama." Ucapku berusaha meyakinkannya dan diriku sendiri.

"Berhenti berpikir kau tidak pantas untuk siapa pun. Kita semua hanyalah korban." Aku terdiam mendengar perkataan Sean. Dia benar,seharusnya aku coba untuk menerima diriku.

"Untuk mendapatkan sesuatu,seseorang harus mengorbankan sesuatu juga. Jadi aku akan mengorbankan diriku untuk mendapatkan kematian bajingan itu." Aku meneguk salivaku mendengar perkataannya.

"Baiklah,jadi kau siap untuk mengambil resiko ini. Karena kau pasti akan melakukan pembunuhan. Saat itu akan tiba jika mereka merasa kau sudah siap melakukan misi pembunuhan pertamamu." Jelasku padanya. Tiba-tiba aku mendapatkan ide. Aku pun menatap Sean sambil menyeringai tipis.

"Tunggu,bagaimana jika pembunuhan pertamamu tidak pernah ada?"

##
Tbc?
-Life For Dance
.COLD.

DESIRE TO SAVE 1- THE CRUEL WORLD (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang