8. Pertemuan kedua

984 76 5
                                    


Dia jutek aja gue suka- apalagi dia yang Senyum, Kayaknya gue bisa gila- Rachel


.....
Teitan international senior high school terkenal dengan Tatanan gedung mewahnya yang hampir seluruh isi gedungnya berwarna putih. Mulai dari Gedung sekolah, Ruang kelas, Ruang guru, Ruang ekskul sampai perpustakaan mewahnya.  Sekolah tersebut lebih mementingkan bakat untuk diasah lebih mendalam. Syarat utama untuk bisa masuk ke sekolah bergengsi tersebut adalah bisa bermain alat musik apa saja ataupun bernyanyi. Karena tiap tahun disana akan diadakan pentas seni terbesar yang sering dinanti nantikan oleh masyarakat diluar sana.  Warna putih adalah ciri khas dari sekolah bergengsi tersebut....

Rachel menguap lebar, Ia sudah membaca artikel itu beberapa kali. Dan menurut dia ini adalah pelajaran yang amat membosankan selain pelajaran matematika, Hari ini dan 2 hari kedepan siswa baru di teitan akan dibekali dengan ilmu berdirinya sekolah bergengsi tersebut. Hampir 4 kelas siswa baru yang ada disana terlihat malas untuk mengikuti sesi kelas ini. 

Gita menyenggol lengan Rachel "Tebak, Gue tadi baru dari mana?" Bisiknya dengan suara yang sangat pelan, Takut guru yang sedang mengajar didepan memergokinya

Rachel menatap malas "Toilet kan?" Jawabnya singkat lalu merebahkan kepalanya dimeja. Gita menjitak kepala teman barunya itu pelan

"Kreatif dikit dong, jawabnya" sungutnya jengkel dan detik berikutnya kedua mata cewek itu berbinar "Gue barusan dari Ruang ekskulnya anak-anak dance, terus tadi gue ketemu sama kak Maxwell. Sumpah
ya chel, dia ganteng banget" lanjutnya dengan senyum mengembang

"Yang mirip bencong itu ya?"

"Enak aja lo bilang dia mirip bencong" Gita bersungut jengkel "Dia itu mirip oppa- oppa dikorea tahu, Charming begitu lo bilang bencong, otak lo geser ya chel?" lanjutnya tak habis fikir dengan kalimat rachel barusan. 

Rachel mengangkat bahu ringan "Gue ngga suka sama cowok yang menye-menye begitu, Gue tuh lebih-

"ITU BERDUA YANG DUDUK DIPOJOK KELAS!  IYA. KALIAN YANG ASYIK NGOBROL SENDIRI!"

Mampus! Rachel  langsung mengangkat wajahnya dari meja, Gita disampingnya sudah kicep dengan wajah menunduk. 

"Dari tadi saya perhatikan kalian malah asyik ngobrol sendiri. Memangnya kalian sudah faham dengan pelajaran yang saya sampaikan?!" Miss Elen yang terkenal killer itu bertanya dengan suara tinggi.

Seisi kelas kini menatap Rachel dan Gita dalam diam. 

Rachel mengangguk kecil       "Paham kok Miss" Ucapnya dengan ragu, Mendengarkan saja tidak bagaimana ia bisa paham? 

"Kalau begitu saya tanya sama kamu, Siapa pemilik Sekolah ini?" Tanya Miss Elen dengan kedua mata menajam sempurna. 

Rachel menelan ludah gugup,  mending gue ditanyain pencipta indomie aja deh dari pada ditanyain beginiian.

"Ayo jawab!"

Ngga apa-apa chel. Paling-paling habis jawab ini, lo bakal diketawain sama anak kelas terus lo bakal disuruh keluar karena lo bener-bener ngga tahu jawaban yang bener

"Raul lemos kan Miss?" Jawabnya dengan senyum kikuk.

Benar saja, seisi kelas langsung tertawa mendengar jawaban Rachel barusan. Miss Elen terlihat kesal, ia memukul meja agar anak-anak dikelas diam.

"Raul Ferdinand Ariendra adalah pemilik sekolah ini.  bukan Raul lemos!" Bentak Miss Elen dengan keras.   

"Sekarang kamu keluar dari kelas, pergi ke perpustakaan dan cari buku tentang sejarah berdirinya sekolah ini!"

Rachel mengangguk kecil, ia berdiri lalu melangkah keluar. Diluar kelas ia masih mendengar suara Miss Elen yang menyuruh Gita untuk keluar kelas. Bedanya hanya dia yang disuruh mencari buku sialan itu.

                          ®®®

Rachel mengeluh panjang, ia tak pernah menyangka kalau perpustakaan di sekolah ini sangat besar. Terdiri dari empat lantai yang tiap lantainya diisi oleh ratusan buku antahbrantah yang kebanyakan isinya berbahasa inggris dengan rak-rak buku yang menjulang tinggi.

Rachel sudah bertanya kepada penjaga perpustakaan tentang keberadaan buku sialan itu.  Dan katanya buku itu ada dilantai tiga deret rak 02 di barisan A-4. Samping jendela besar nomer 3 dari ujung ruangan. Ribet? Emang bener. Rachel aja sampe melongo mendengar penjelasan dari penjaga perpustakaan tersebut.

Ini rak nomer 02. Terus A-1. A-2.A-3.A-4. samping jendela besar nomer 1.2.3 Dan BINGGO! 

Rachel memekik senang dalam hati. Akhirnya ia menemukan tempat buku sialan itu. Semoga saja ia segera menemukannya.

Ketika Rachel akan melangkah ia tak sengaja melihat seseorang yang sedang tertidur di sofa panjang yang menghadap ke jendela. Rachel mendekat karena penasaran dengan sosoknya. Dan ternyata itu adalah cowok yang ia temui di atap beberapa hari lalu.

Ganteng banget ya lord

Rachel berjalan mendekat. Ia tak bisa menyembunyikan senyum senangnya bisa bertemu dengan sosok ini.  Rachel duduk disamping wajah yang sedang tertidur pulas itu. Alisnya tebel,  Hidungnya mancung, bibirnya merah,  Rambutnya sekarang coklat gelap,  Dan ini benar-benar mahakarya tuhan paling indah

Kedua mata yang awalnya terpejam itu membuka sempurna. Cowok itu langsung beranjak bangun ketika melihat Rachel disampingnya.

"Ngapain lo barusan?" Tanyanya tajam

Rachel tersenyum lebar- ia mengulurkan tangannya

"Gue Rachel anak kelas 1.A. Ipa Lo kelas berapa? "

Cowok itu mengernyit tak suka- ia hanya menatap cewek itu dengan datar

Rachel tersenyum lagi- cewek itu tak merasa sakit hati Karena uluran tangannya tak diterima, ia berdiri  "Gue udah tahu nama lo kok. Argantara kan?" Tetap tak ada respon     

"Gue bakal tahu lo kelas berapa. So, salam kenal ya Argantara. Semoga kita ketemu lagi" Rachel tersenyum manis lalu melangkah pergi dengan langkah ceria. Ia sangat senang hari ini dan bahkan, ia melupakan hukumannya untuk mencari buku sialan tersebut.

Argantara mendengus jengkel- ia mengeluarkan ponselnya dari saku, lalu menekan satu nomer yang sudah ia hafal diluar kepala "Lo urus cewek namanya Rachel anak kelas 1.A. Ipa, Buat dia kapok sekolah disini" Setelah itu Argantara mematikan telfonnya lalu ia melanjutkan tidurnya yang tertunda karena ulah cewek barusan.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jangan lupa votenya kakak, 😙😙😙

Salam hangat dari Arga yang juteknya ngga ketulungan,  😒😒😒

D'OBSIDE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang