44. Mendekati akhir

793 49 11
                                    


Gue rindu. Lo juga ngrasain hal yang sama kaya gue ngga? -Anonim

(2 chapter sebelumnya itu diceritain pake 3 sudut pandang Romeo, Argantara, sama Aghista)

..........
"Kak Aghista mirip gue banget ya, bang?"

Pertanyaan itulah yang pertama kali muncul ketika Romeo usai bercerita. Cowok itu tersenyum tipis sambil mengusap rambut adiknya pelan. "Mirip banget chel. Senyum sama tawa lo kadang ngingetin gue sama si Aghis"

Rachel termenung. Cewek itu beringsut mendekat ke tubuh kakaknya lalu memeluknya erat. Pikiran cewek itu sibuk berkelana ke satu sosok cowok yang saat ini benar-benar dirindukannya.

Jadi, Filososfi bangau yang Arga kasih ke gue itu dari saudara kembarnya? Ternyata Dia udah ngerencanain ini segitu sempurnanya. Lo nya aja yang bego chel, gampang banget dibuat ngefly.

Romeo menatap langit-langit kamarnya sambil memeluk tubuh Rachel erat "Kadang gue ngerasa kalau gue ini jahat banget chel, gue buat Aghis nanggung sakit segitu parahnya. Sementara gue sama sekali ngga bisa mencintai dia. Bahkan gue dengan begonya sampe pindah sekolah buat ngilangin rasa sesal gue sama dia" Cowok itu mendesah panjang, tiap mengingat sosok Aghista- relung hatinya yang paling dalam selalu saja terasa sesak.

"Lo nangis bang. Air mata lo jatuh" Rachel lekas berdiri- mengusap pipi kakaknya yang basah dengan ibu jarinya, Romeo terkekeh sendiri- bahkan ia tak sadar kalau ia baru saja menangis.

Sambil mengusap pipi kakaknya, Rachel bergumam pelan "Abang kangen sama Kak Aghista ya?"

Hening. Romeo lebih memilih diam sambil menatap langit-langit kamarnya, mencoba untuk mengelak hanya akan membuat adiknya mengerti kalau ia sedang berbohong. Karena saat ini, ia memang  merindukan sosok Aghista.

"Kemarin malem, sampe pagi, Siang, Sore, Lo meluk gue terus  bang. Nenangin gue yang nangis kejer kaya orang gila" Rachel nyengir- menyadari jika hari kemarin ia memang menyusahkan banyak orang karena dirinya yang menangis sampai air matanya nyaris habis. Membuat Bunda sampai frustasi dengan tingkahnya, juga Rainer yang memarahi Romeo karena kakaknya itu tak mau memberi tahu alasan apa yang membuat Rachel menangis sampai separah itu.

Tiba-tiba saja Rachel merentangkan kedua tangannya "Sekarang gantian," Cewek itu tersenyum ketika melihat kakaknya yang mengernyit bingung "Gue mau meluk elo, terus nenangin lo yang sedang sedih. Gue bakal nemenin lo sampe lo puas ngeluarin semua unek-unek yang ada di pikiran lo itu saat ini" Lanjutnya dengan senyum seakan semuanya baik-baik saja.

Romeo tertegun mendengar kalimat adiknya barusan. Bagaimana bisa adik kecilnya yang kemarin terlihat benar-benar kacau menjadi ceria seperti ini?

Melihat reaksi kakaknya yang diam saja, Rachel langsung mengerjapkan matanya lucu "Pelukan gue limited edition loh bang" Katanya dengan nada yang dilebih-lebihkan.

Romeo langsung terkekeh geli melihat tampang adiknya yang seperti sales sedang menjualkan barang-barangnya. Cowok itu lekas bangun dari tidurnya dan memberikan Rachel pelukan hangat. Sesekali cowok itu akan menciumi rambut Adiknya pelan. Dalam keheningan yang tercipta, Rachel mencelutuk dengan senyum lebar.

"Gue sayang banget sama lo bang" Kata Rachel.

Romeo membalas dengan nada kalem "Gue lebih sayang sama lo chel"

Rachel sadar, jika disini bukan hanya dia yang merasa sedih dengan semua keadaan yang membuatnya terluka, tapi ada sosok kakaknya yang mengalami luka sama seperti dirinya.

®®®

"Nanti yang ngurus surat pindahnya Rachel dari Teitan kak Rainer aja ya sayang?" Lexy menatap putri bungsunya yang terlihat lebih membaik dari hari kemarin.

D'OBSIDE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang