9. Roller coaster

922 72 5
                                    


Kita tak pernah tahu bagaimana tuhan mengatur semua skenarionya- Anonim

(Four years ago)
...........
Menurut Andreas, Rai adalah tipe lelaki pekerja keras Yang tak kenal waktu untuk sejenak bersantai-santai. Dan Andreas sangat paham jawaban dari Rai yang langsung menolaknya dengan keras.

"Gue ngga bisa main-main ndre. Lo sendiri tahu gimana pekerjaan gue" Jawaban itu mutlak. Rai lekas membuka laptop didepannya- Berkutat dengan Detail bangunan gedung yang harus segera ia kerjakan.

Andreas mengeluh panjang, ia tak akan menyerah kali ini- Cukup ia melihat sobat karibnya itu seperti robot yang tiap harinya hanya bekerja dan bekerja tanpa kenal lelah "Ayolah Rai, tanpa Arsitekpun, gedung yang sedang lo rancang itu bakal tetep jadi kan?" Bujuknya dengan keras.

Rai menggeleng tegas "Iya, tanpa seorang Arsitek gedung itu bakal tetep jadi- Tapi lo juga harus ingat kalau gue ada tugas buat merancang gedung baru lainnya" Balasnya tak mau kalah.

" Ok, kalau lo tetep nolak ajakan gue kali ini-" Senyum miring terbit diwajah tampan Andreas "Tapi lo harus terima konsekuensi, kalau gue bakal ngomong ke Tante Lexy- Bahwa anak kesayanganya kemarin-"

"Fine!" Rai menyerah secara final. Sobat dekatnya itu sangat tahu tentang kelemahanya. Dan Rai sangat membenci fakta itu.

Andreas terkekeh geli- bercampur senang "Sekarang lo tutup laptop sialan lo itu terus ikut gue keluar. Anak-anak udah nungguin di tempat parkir" Lelaki itu berdiri "Kita pake mobilnya Darren" lanjutnya lalu berjalan dengan langkah panjang.

Sedikit menggerutu- Rai akhirnya mengikuti langkah sobat karibnya tersebut "Mau kemana sih emang?" Tanyanya jengkel.

"Walt disney world. Because my friend, this is a time for a moment you forget your work,  Right?"

                          ®®®

  Rai tak pernah menyangka kalau Andreas sangat serius dengan ucapanya barusan. Sekarang mereka berlima ada di salah satu Taman bermain terbesar di dunia.

Sepanjang berjalan, Rai tak berhenti mengumpat kesal- Sementara keempat sobat karibnya hanya terkekeh geli tanpa merasa bersalah sedikitpun.

Maximillian menyeringai geli melihat wajah keruh dari sobat karibnya itu "Come on Rai, Richard sama gue baru sampe dari Jakarta, dan kita cuman mau main sama temen lama. It's totally wrong?" Ucapnya dengan senyum lebar.

Rai mendengus jengkel "It is totally wrong! Karena sekarang kalian bermain layaknya anak smp di dufan sana. Are you kidding on me?  Please dude, i better work than here"  Kali ini Rai benar-benar jengkel. Keempat sobat karibnya itu tak pernah berubah, Mereka selalu saja berhasil membuat dirinya kesal dengan tingkah mereka.

Darren merangkul bahu Rai sambil tersenyum geli.     

"Lebih baik sekarang kita cobain naik Roller coaster itu Rai, Dari pada lo ngomel melulu dari tadi" Darren menunjuk Roller coaster tinggi didepanya dengan seringai kecil. 

Rai menggeleng tegas "Gue ngga mau! "

Andreas menyeringai "Bisa gue asumsikan kalo sekarang lo lagi takut dude? "

Rai melotot tajam, ia paling tak suka jika ada yang meremehkannya. Belum sempat ia membalas- ucapan Richard selanjutnya  membuat Rai benar-benar jengkel.

"Are you seriously afraid of roller coaster dude?"

Mendengar tawa dari teman-temannya Rai langsung berucap dingin "Ok. Let's get on that damn roller coaster!"
Ucapnya lalu berjalan pergi meninggalkan keempat temanya yang tertawa keras. 

Kali ini mereka berhasil mengeluarkan Rai dari zona membosankan lelaki tersebut. 

                           ®®®

Sumpah serapah tak pernah luput dari mulut Rai untuk keempat temanya yang kini duduk berdampingan didepannya. Andreas bersama dengan Maximilian dan Richard bersama dengan Darren- Sangat sengaja membuat Rai duduk sendirian di bangku penumpang belakang.

Hingga Seseorang tiba-tiba duduk disamping Rai- Lelaki itu menoleh, Melihat seorang Perempuan yang sedikit pucat, bahkan Ia bisa mendengar perempuan itu terus berdoa dalam ucapan bibirnya. Rai masa bodoh- lelaki itu mengangkat bahu ringan, tak  mau ambil pusing dengan sosok disampingnya. Dan ketika pengaman dari roller coaster itu mulai dipakaikan secara otomatis ke tubuh mereka- perempuan itu langsung menggenggam tangan Rai erat.

"I am very afraid mister. Allow me to like this. I am really going to die now" Ucap perempuan itu dengan wajah pucatnya. Genggaman tanganya kian mengerat ketika roller coaster akan segera berjalan

Rai mendesah panjang- Kali ini ia akan membiarkannya. Lagi pula, ia merasa kasihan dengan perempuan satu ini.

Rai memejamkan mata, Ia akan pura-pura sedang bermimpi menaiki roller coaster sialan ini. Iya, Ia rasa Itu lebih baik.

One. Two. Three. Go...

Roller coaster itu pun melaju dengan kencang. Dan Rai tak pernah menyangka kalau ia akan bertemu dengan perempuan roller coaster ini lagi.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jangan lupa votenya kakak 😙😙😙

Salam hangat dari Andreas's squat Yang jail.  😅😅😅

D'OBSIDE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang