21. Hubungan yang pasti

681 57 7
                                    

Awalnya aku takut dengan sebuah komitmen- Tapi ketika aku tahu bahwa kamu akan selalu ada untukku- sepertinya aku tak akan ragu untuk menjalin sebuah komitmen lebih serius denganmu -Audrey

(Masih bermain dengan masa lalu)


.....
Seminggu terasa lebih cepat untuk dilalui oleh Rai dan Audrey. Dalam waktu itu banyak perubahan yang terjadi dalam hubungan mereka. Kini Mereka semakin dekat layaknya sepasang kekasih. Rai tak memungkiri bahwa ia mulai menyayangi perempuan yang berhasil membuatnya seperti ini.

Rai akhirnya memutuskan untuk ikut pindah ke Jakarta- ia sudah berbicara kepada Bunda-Ayahnya, mereka langsung senang ketika mengetahui kabar tersebut. Dan soal pekerjaan - Rai akan tetap menjadi seorang Arsitek di Jakarta nanti- untuk masalah klien, Rai tak begitu cemas- Banyak kenalan sana yang menginginkan sebuah design bangunan dari seorang Arsitek terkenal seperti Rainer Harsyavardana.

Saat ini Rai dan Audrey sedang berada di Bandara, mereka akan segera pulang ke Indonesia, Mengingat segala urusan mereka yang telah selesai dikerjakan.

Rai mengusap peluh yang entah kenapa malah menetes dikeningnya saat ia berada di bandara yang jelas-jelas bersuhu dingin. Lelaki itu tahu penyebabnya. Ini tak lain karena ia gugup untuk menyampaikan sesuatu kepada sosok perempuan yang kini duduk disampingnya.

Rai menggenggam sesuatu ditangannya- ia sibuk dengan pikirannya untuk merangkai kata. Bodoh! ini akibatnya kalau lo ngga pernah kenal sama Cewek, Rai!

Audrey yang sepertinya tahu ada sesuatu yang disembunyikan oleh lelaki tersebut bertanya heran

"Kamu kenapa sih Rai?" Audrey mengambil tisu- lalu menghapus peluh lelaki itu lembut "Kok kringetan gini?  Padahal udaranya lagi dingin loh" Ucapnya tak mengerti.

Rai lebih tak mengerti lagi- Karena dia hanya diam sambil memperhatikan wajah Audrey dari dekat. Cantik

Suara peringatan tanda pesawat yang akan mendarat di bandara Soekarno-Hatta Indonesia, terdengar.

Audrey langsung berdiri "Ayo Rai- udah mau jalan pesawatnya" Kata Perempuan itu lalu berjalan lebih dulu.

Rai menatap punggung kecil itu dalam diam. Ia tak pernah merasakan perasaan seperti ini. Ia tak pernah menginginkan seseorang yang sampai membuatnya rela pindah pekerjaan seperti ini. Yang ada difikranya hanyalah ia merasa nyaman berada didekat perempuan itu dan ia menginginkan yang lebih tentang hubungan mereka selama ini.

Sambil menarik nafas panjang- lelaki itu lalu berjalan mengikuti Audrey dari belakang, iya. Rai telah memutuskan kalau ia akan mengatakannya sekarang.

Audrey sudah duduk di bangku pesawat saat Rai datang dan duduk disampingnya. Perempuan itu mengeluarkan kotak makan yang dibawanya dari rumahnya dulu.

"Kamu mau makan ngga Rai?  Aku tadi pagi buat Sandwich isi tuna kesukaan kamu"

Rai malah balik bertanya dengan wajah serius "Kamu mau tunangan sama aku drey?  Karena apa yang aku ucapin sekarang adalah apa yang ada didalam lubuk hatiku" Ucapnya menatap kedua mata perempuan itu tepat dimanik matanya.

"Aku nawarin kamu Sandwich isi tuna dan kamu nawarin aku tunangan? Are you kidding me?" Audrey pura-pura terlihat bingung walau nyatanya ia merasakan letupan kembang api dalam hatinya yang senang mendengar kalimat lelaki itu barusan.

Rai meringis kecil- Membodohi dirinya dengan sumpah serapah karena melamar seorang perempuan tanpa persiapan sama sekali

"Maafkan lelaki bodoh ini yang mengatakannya disaat waktu dan tempat yang tidak tepat, tapi yang harus kamu tahu adalah- bahwa aku menginginkan kamu untuk menjadi tunangan aku. Istri aku. Ibu dari anak-anak aku nanti dan perempuan yang akan aku cintai sampai akhir. Aku ngga jago dalam hal berpacaran drey- Makanya walaupun kita sudah mengenal lebih dari satu Bulan dan kita sama-sama merasa nyaman aku ngga berani ngomong ke kamu. Karena inilah aku drey Rainer harsyavardana yang tak bisa main-main dalam sebuah hubungan"

Setelah mengucapkan kalimat panjang itu- Rai mengeluarkan sebuah cincin dari saku kemejanya. Ia menatap Audrey serius "Apakah Kamu mau menerima lelaki bodoh ini untuk menjadi Imam kamu kelak drey?"

Audrey mengerjap pelan- dadanya diliputi satu perasaan hangat yang tak pernah sekalipun ia rasakan. Ia menunduk dalam-dalam. Menarik nafas panjang lalu menatap Rai dengan senyum hangat yang hanya ia berikan kepada satu sosok lelaki yang kini terlihat takut untuk mendengar jawabannya.

"Kamu pernah bilang ke aku kalau kamu hanya mengizinkan keluarga kamu yang boleh memanggil kamu dengan nama asli kamu, Rainer. Benar? "

Bukannya mendengar jawaban dari Audrey- Rai malah diberikan satu pertanyaan oleh perempuan tersebut.

Walaupun agak bingung- Rai mengangguk kecil, ia memang tak suka jika orang lain yang bukan keluarganya memanggil nama aslinya, Rainer- menurut dia nama itu terlalu spesial. Makanya semua kenalan Rai selalu memanggil nama lelaki itu dengan tiga kata awal namanya saja. Karena Rai akan menegur tak suka jika ada yang memanggilnya  dengan nama Rainer.

Lagi-lagi Audrey tersenyum hangat-ia meraih tangan Rai lalu menggenggamnya erat.

"Kalau begitu, mulai sekarang aku akan manggil kamu Rainer. Karena sebentar lagi aku akan menjadi tunangan kamu. Istri kamu. Ibu dari anak-anak kamu kelak. Dan Perempuan satu-satunya yang akan kamu Cintai sampai akhir juga menjadi keluarga kamu."

Tak ada ungkapan yang bisa Rai gambarkan lagi ketika ia mendengar kalimat Indah itu keluar dari satu-satunya perempuan yang sangat ia inginkan menjadi masa depannya kelak.

Rai langsung meraih tubuh Audrey lalu memeluknya erat- Lelaki itu tersenyum lega- ia bahkan menciumi kepala perempuan yang saat ini dipelukannya berkali-kali

"Sampai Jakarta nanti aku akan bilang ke Mama Papa Kamu buat izin nikahin putri mereka yang bakal jadi istrinya aku kelak"

Audrey mengiyakan dengan hati yang luar biasa diliputi oleh perasaan senang.

Bukankah komitmen terasa lebih indah ketika bersama dengan orang yang sangat kita sayangi?
.
.
.
.
.
.

Jangan lupa votenya kakak 😙😙😙

Salam cinta dari Rainer dan Audrey yang sedang berbahagia 😇😇😇

Pekalongan,  16 mei 2017

D'OBSIDE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang