18. Pergi?

748 55 12
                                    


Setelah sekian lama rasa itu mengilang-mencoba untuk sedikit saja mengikhlaskan, nyatanya ketika mendengar nama itu disebut lagi- semua amarah Dan letupan emosi juga kenangan yang memilukan menguar begitu saja dari dalam lubuk hatinya. Argantara


....
Argantara menghentikan mobilnya disebuah pemakaman yang terlihat sepi. Cowok itu menarik nafas panjang- menghembuskan sedikit saja rasa sesak yang sering mengganggunya. Cowok itu lalu turun dari mobil sambil membawa sebuket bunga lily putih yang selalu dibawanya ketika berkunjung ke sini.

"Selamat pagi Mas Argantara" Pak Tedjo- penjaga makam yang sengaja dibayar oleh Pemuda itu untuk merawat makam seseorang yang sangat disayangi olehnya - menyapanya dengan ramah.

Argantara tersenyum tipis- sangat tipis sampai-sampai orang lain tak akan mengira bahwa itu adalah senyuman

"Selamat pagi pak" Demi menjaga kesopanan kepada seorang yang tiap minggunya datang untuk merawat makam seseorang yang sangat diayanginya itu Argantara bertanya pelan "Bagaimana kabarnya pak? Sehat? "

Pak Tedjo mengangguk kecil- Demi semua kekayaan yang dimiliki oleh pemuda tersebut- ia sangat bersyukur karena ia digaji sangat banyak hanya untuk merawat sebuah makam yang bahkan hanya didatanginya seminggu tiga kali.

"Kemarin sore ada juga yang datang kesini mas. Kalau ngga salah namanya mas Romeo- dia juga bawa bunga lily putih seperti yang sering mas Argantara bawa" Ucap Pak Tedjo menyampaikan.

Argantara bisa merasakan dirinya yang terdiam cukup lama. Cowok itu serta merta menatap Pak Tedjo dengan tajam.

"Jangan biarkan dia datang kesini lagi, bapak mengerti?! Karena saya tidak suka jika ada orang lain yang mengunjungi makam seseorang yang sangat saya sayangi selain saya"

Setelah mengucapkan kalimat itu Argantara lekas pergi masuk kedalam area pemakaman. Ia tak memungkiri kalau emosinya baru saja menguar dari dalam lubuk hatinya.

®®®

Argantara menaruh sebuket bunga lily putih diatas makam yang sering dikunjunginya hampir setiap hari. Ia mengusap Batu nisan itu lama- dadanya sesak menahan letupan rasa rindu yang sering menghantuinya tanpa jeda.

Aghista

Nama yang tertera di Batu nisan itu adalah nama orang yang sangat disayanginya. Nama yang sangat dilindunginya. Nama yang sangat dirindukannya. Dan juga, Nama yang kini pergi meninggalkanya.

Argantara tersenyum tipis "Apa kabar gis? Lo pasti lagi seneng karena kemarin lo ulang tahun ke 18 tahun?" Ada nada sedih dalam kalimat Argantara barusan. Cowok itu berbicara seolah-olah Aghista bisa mendengarnya.

"Gue inget dulu lo ngrengek minta jalan-jalan ke paris sama gue sambil nangis kejer" Argantara lagi-lagi tersenyum tipis, ia mencoba untuk tegar- nyatanya saat ini ia seperti ingin menangis.

"Gue juga inget pernah janjiin ke elo buat pergi bareng ke Negara impian lo itu dua tahun lagi" Jeda sejenak- Argantara menggunakan waktu itu untuk menetralkan hatinya yang kian sesak.

Argantara menarik nafas panjang "Dua tahun doang lo disuruh buat nunggu gis- lo malah sekarang pegi gitu aja, typical lo banget ya, ngga sabaran" Cowok itu ingat dengan jelas bagaimana Sifat cewek itu. Ia ingat semua tentangnya. Karena mengingat Aghista sama saja dengan mengingat setiap detail tentang dirinya sendiri.

Argantara menunduk dalam-dalam, Cowok itu tak kuasa menahan air matanya untuk tidak jatuh. Selalu seperti ini- ia yang akan lemah saat bertemu dengan seseorang yang sangat disayanginya itu. Argantara mengingat dengan jelas bagaimana ia menangis dalam diam karena merasakan sakit yang luar biasa ketika mengetahui fakta bahwa Aghista telah pergi meninggalkannya.

"Gue rindu gis. Cowok yang sering lo bilang cengeng ini kangen banget sama elo"
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Jangan lupa votenya kakak.
😙😙😙

Salam Aghista dari surga, 🐺

Pekalongan, 15 juni 2017

D'OBSIDE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang