17. Arsitek- Dokter

868 57 3
                                    


Cinta tidak dilihat dengan mata, tapi dengan pikiran. Karena itu Cupid digambarkan buta. Cinta juga bukan suatu hal yang konyol- Karena ketika merasakannya maka semua hal yang terlihat akan menjadi lebih indah- Audrey

(Masih bermain dengan masa lalu) 

....
"Gambar yang sudut ini ngga boleh miring drey, harus lurus biar ngga aneh" Dengan penuh kesabaran Rai mengajari Audrey untuk menggambar sebuah bangunan atas permintaan perempuan tersebut.

Sudah satu Bulan lebih Rai dan Audrey saling mengenal. Setelah pertemuan mereka di pesta beberapa minggu yang lalu- entah bagaimana caranya mereka menjadi dekat seperti saat ini. Audrey yang berkerja sebagai seorang dokter spesialis jantung di salah satu rumah sakit terkenal yang berada di sydney memutuskan kalau ia merasa nyaman dengan kedekatan mereka saat ini. Kadang Audrey menyempatkan datang ke kantor lelaki tersebut- begitu pula dengan Rai. Lelaki itu hampir seminggu ini rutin menjemput Audrey pulang dari Rumah sakit- melupakan fakta kalau sebenarnya hubungan mereka tak lebih dari sekedar teman.

Audrey menyerah- gambar yang ia buat selalu terlihat aneh "Aku capek ah Rai,  gambarnya mencong melulu" Rungutnya jengkel- ia memberikan buku sketsanya kepada Rai yang menerimanya dengan tawa.

"Kamu kalo masalah bongkar-bongkar jantung orang aja jago. Gambar bangunan gini doang ngeluh terus" Ejeknya dengan senyum jenaka.

"Itu kan emang pekerjaan aku. Gimana sih kamu?!" Sungut Audrey tak terima.

Rai terkekeh kecil- Diacaknya rambut perempuan itu pelan. "Dih, ngambek" Ledeknya iseng. Lelaki itu sangat senang jika melihat wajah Audrey yang merengut kesal seperti ini- kalau Rai bilang itu cute.

"Ish, bodo ah" Kata Audrey memalingkan muka. Sebenarnya ia hanya pura-pura kesal dengan lelaki yang duduk disampingnya ini.

Rai tertawa kecil "Iya-iya. sorry dokter audrey, tadi aku bercanda doang" Ditariknya tubuh Audrey agar melihatnya- seperti dugaan Rai- perempuan itu sudah tersenyum lebar menunjukan cengirannya.

Suasana Taman di sore hari itu terlihat cukup sepi- angin sejuk berhembus pelan diikuti dengan kicauan burung yang bersenandung ria menambah kesan damai didalamnya.

Rai tiba-tiba bertanya "Gimana soal pekerjaan kamu yang katanya mau pindah di rumah sakit Indonesia. Udah dapet izinnya?" Lelaki itu mengingat dengan jelas bagaimana Usaha Audrey untuk bisa mendapatkan tempat kerja dinegara lahirnya tersebut- tapi karena perempuan itu sudah lama berkerja di sydney membuat dirinya susah mendapatkan izin karena Rumah sakit tempatnya berkerja sangat membutuhkan dokter seperti Audrey yang tanggap dalam menangani pasien. Padahal bisa saja Audrey melampirkan surat resign tapi ia tak mau karena ia menginginkan surat recomended dari Rumah sakit tempatnya berkerja itu untuk memdapatkan Rumah sakit yang Bagus di Jakarta nanti.

Audrey tersenyum lebar "Udah. Kemarin sore aku dapet juga surat izinnya- terus kata dr. Afred aku bisa segera pindah satu minggu lagi" Kedua matanya berbinar senang "Dan kamu tahu Rai?  Aku akan ditempatkan di Rumah sakit Pondok Indah puri Indah di Jakarta. Itu deket banget sama rumah aku Rai" Lanjutnya girang.

Rai tertawa kecil- entah kenapa ia merasa sedih karena fakta sebentar lagi mereka harus berpisah.

"Congratulation ya. Akhirnya usaha kamu selama ini ngga sia-sia" Ucapnya tulus. Lebih baik ia melupakan perasaanya yang sedikit egois karena menginginkan perempuan itu untuk tetap tinggal.

Audrey mengangguk senang- tapi detik berikutnya wajah itu terlihat sedih.

Rai mengernyit bingung "Loh,  kenapa? " tanyanya heran.

Audrey menunduk dalam "Bentar lagi kita pisah dong Rai?  Padahal aku udah nyaman banget sama kamu''

Ya tuhan, kenapa jantung gue jadi blingsitan gini sih. Norak lo Rai- audrey baru ngomong gitu doang lo baper.

Rai sadar jika dirinya merasa senang dengan kenyataan bukan hanya dirinya yang merasa nyaman dengan sosok Audrey selama ini.

"Kamu juga bisa main kesini kapan-kapan kok drey, nanti aku deh yang jemput kamu di bandara" Hibur Rai dengan senyum lebarnya.

"Kenapa kamu ngga pindah juga, Rai di jakarta nanti?  Jadi kita bisa ketemu terus" Kedua mata yang awalnya terlihat sedih itu kembali berbinar setelah mengutarakan pendapatnya barusan.

Rai meringis kecil "Aku udah nyaman tinggal disini drey- soalnya inspirasi aku dapet banget sama suasana disini" Ucapnya merasa sedikit bersalah karena binar ceria itu kembali meredup.

Rai langsung panik "Hey,  jangan sedih gitu dong" Dirangkulnya bahu perempuan itu pelan. Sebenarnya kalau boleh jujur Rai sedikit tertarik dengan usul Audrey barusan- bahkan Bunda dan Ayahnya saja menyuruh Rai untuk bekerja di Indonesia- biar dekat dengan keluarga. Tapi Rai harus mengingatkan dirinya kalau ia bukan siapa-siapa perempuan tersebut.

Kalimat Audrey selanjutnya benar-benar membuat Rai terkejut. Perempuan itu kini menatapnya serius

"Rainar. Kalau aku minta kamu pindah karena aku sayang sama kamu boleh? Atau alasan kalau aku sangat nyaman berada didekat kamu dan aku ngga tahu bakal semembosankan hidup aku gimana nanti kalau kamu ngga berada didekat aku"

Rai tak punya pilihan lain bukan? 
.
.
.
.
.
.
.

Jangan lupa vote nya kakak  😍😍😍

Salam hangat dari Audrey dan Rainer  yang sedang jatuh cinta 😁😁😁

D'OBSIDE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang