Intro

6.8K 439 11
                                    

"Seokjin, jangan lupa sarung tanganmu!"

"Baiklah."

.

.

.

"Pagi ini cukup dingin, bukan?"

"Berita mengatakan suhu akan turun hingga 4 derajat celsius."

.

.

.

"Jangan lupa dengan janjimu besok, Seokjin."

"Aku akan mengingatnya."

.

.

.

"Sampai jumpa besok, Seokjin!"

.

.

.

Hembusan napas keluar dari mulut Seokjin. Matanya menatap pohon yang daun-daunnya berubah coklat dan menjadi kering dikarenakan musim gugur yang pelan-pelan menyapa. Beberapa daun coklat kering tersebut menggugurkan dirinya dan pada akhirnya menyentuh tanah yang berlapis aspal itu. Mata Seokjin mengikuti sebuah daun yang terlihat beda sendiri, sebuah daun maple yang berwarna merah kejinggaan.

Matanya terus memerhatikan daun tersebut hingga daun itu menyentuh aspal, sama seperti daun-daun yang lainnya. Pikirannya bertanya kenapa bisa ada daun maple yang jatuh dari pohon yang jelas-jelas bukan pohon maple. Seokjin mengangkat kepalanya dan melihat sekitarnya.

Dan benar saja. Dia tidak menemukan keberadaan pohon maple di kanan maupun kirinya.

Wanita itu menyingkirkan kejanggalan tersebut dari kepalanya dan kembali menatap daun maple yang tadi menarik perhatiannya. Tangannya terulur untuk mengambil daun tersebut. Dirabanya permukaan daun tersebut dan Seokjin sedikit terkejut dengan tekstur halus dari daun yang dipegangnya.

"Halus," gumamnya secara spontan.

Dia pun menggelengkan kepalanya dan melepaskan daun maple yang ada di tangannya. Pikirannya baru saja melayang ke kejadian yang dia coba lupakan belakangan ini. Dan bohong jika Seokjin berkata dia tidak merasakan perasaan sedih dan rindu itu. Seokjin mengusap wajahnya dan dia pun berpikir akan lebih baik jika dia pulang sekarang. Sekarang menjadi semakin dingin dan dia tidak ingin masuk angin atau bahkan sampai flu dan demam. Hari ini Seokjin sangat sibuk dan dia memiliki janji dengan temannya besok.

Kakinya pun melangkah menjauh dari pohon yang baru saja menjatuhkan daun maple dan daun-daun kering lainnya. Dia menggosokkan kedua tangannya untuk menghangat dirinya sementara. Perhatiannya beralih ke kedua tangannya yang dibaluti sarung tangan. Hal tersebut mengingatkannya akan kebiasaan dirinya yang sukar lupa mengenakan sarung tangan di cuaca dingin seperti musim dingin dan musim gugur seperti sekarang. Dulu dia memiliki alasannya, namun sekarang alasan itu sirna.

Lampu hijau menyala. Mobil-mobil yang sudah menunggu lampu itu untuk menyala pun bergegas melaju sebelum lampu lalu lintas itu kembali berubah merah. Para pejalan kaki berhenti berjalan di pinggir jalan. Semilir udara musim gugur yang membuat tubuh menggigil menjadi selimut semua orang yang ada di luar. Toko-toko yang menjual makanan atau minuman hangat yang terletak di pinggiran jalan terlihat ramai akan pengunjung. Pagi itu merupakan pagi yang cerah walaupun dingin menusuk tubuh dan semua orang tetap melakukan aktivitas rutin mereka.

Sebuah pagi yang normal di Kanada bagi semua orang, termasuk Seokjin.

'Seandainya aku tidak memilih, apakah semua ini tetap akan terjadi?'

Lampu lalu lintas berubah hijau. Kerumunan manusia yang telah menunggu pun mengangkat kaki dan berjalan menyeberangi jalan raya yang lumayan padat itu. Seokjin melirik sekilas ke jam tangannya.

Dia masih memiliki tiga setengah jam sebelum rapat dimulai. Cukup banyak waktu untuk dipakainya untuk sekedar mampir sebentar ke toko kopi favoritnya dan membeli pesanan kesukaannya, yaitu café latte dan brioche french toast. Sepasang makan dan minuman manis yang sulit untuk Seokjin tinggalkan sebagai pembuka pagi harinya.

'Banyak yang berubah, tapi makanan dan minuman manis masih tetap menjadi favoritku.'

Suara bel di pintu berbunyi, menandakan ada pelanggan yang masuk. Seokjin menghampiri kasir dan memesan café latte dan brioche french toast dan setelah membayar pesanannya, Seokjin mencari meja kosong.

Sembari menunggu, Seokjin menatap ke luar jendela toko kopi tersebut. Matanya menelisik jalanan yang semakin lama semakin ramai. Hari ini hari yang sibuk karena weekdays dan Seokjin sendiri juga sibuk. Dia memiliki rapat dalam tiga setengah jam, pertemuan dengan pemilik perusahaan bursa di Kanada, dan masih banyak laporan yang harus selesai dibacanya hingga malam nanti.

"Banyak yang berubah selama lima tahun ini. Tapi bukan hanya selera makanku yang tetap sama, perasaanku pun tetap sama. Pertanyaannya adalah,"

Seokjin meremas tangannya sendiri. Dia ragu mengatakannya. Selama ini, dia ragu untuk menanyakan pertanyaan itu. Tapi, dia telah berubah. Semuanya telah berubah. Tapi bukankah itu tidak apa-apa baginya untuk berharap walaupun harapan tersebut memiliki kesempatan terkabulkan yang tipis?

"Apakah kau masih memiliki perasaan yang sama, Namjoon-ah?"

Hold On [ Namjin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang