Pagi itu merupakan pagi yang cerah. Matahari bersinar dengan terang dan memancarkan cahaya kuningnya serta memberikan kehangatan bagi penduduk bumi. Pagi yang cerah dan hangat seperti biasanya. Dan mungkin sedikit tambahan untuk Yoongi.
"Yoongi-ah!"
Tambahan yang berisik dan menyebalkan, pikir Yoongi.
Yoongi terus berjalan tanpa memedulikan orang yang terus memanggilnya. Kening Yoongi berkedut, suara orang itu mengundang perhatian di sekitarnya dan dia tidak menyukainya. Walaupun begitu, Yoongi tetap berjalan dengan tegap, masih menulikan pendengarannya dari panggilan seseorang yang sangat dia benci.
"Astaga, kenapa kau mempercepat langkahmu, Yoongi-ah?"
Yoongi mendengus, "Jangan salahkan aku, dasar kaki pendek!"
"Aku tidak menyalahkanmu, Yoongi-ah. Aku hanya bertanya."
"Aku tidak peduli." Yoongi berdecak kesal, "Kau merusak pagiku dengan suara kerasmu itu, Park."
"Maafkan aku, lagipula, kau kelihatan tidak mendengar panggilanku barusan."
Dua hal yang sangat Yoongi benci adalah suara keras dan menjadi pusat perhatian. Dua hal tersebut dimiliki oleh seorang laki-laki pendek bernama Park Jimin.
Park Jimin, seorang laki-laki yang terkenal dengan bakatnya dalam menari dan bernyanyi. Park Jimin, laki-laki yang dikenal dengan keramahannya dan senyumannya yang membuat matanya "menghilang". Park Jimin, seseorang yang sangat Yoongi benci.
Yoongi mengambil langkah lebar masih dengan tubuh yang tegap, "Aku mendengarmu dengan sangat jelas."
"Lalu kenapa kau mengabaikanku?" Jimin mengikuti Yoongi, "Aku pikir saat kita memanggil seseorang itu berarti orang tersebut harus membalas kita."
Jimin tersenyum ketika mengingat sesuatu, "Ibuku bilang jika seseorang memanggilku, maka aku harus mengalihkan perhatianku dan mendengar apa yang akan orang itu katakan. Kita tidak tahu apa yang akan dikatakan orang itu, bisa saja itu merupakan sesuatu yang penting."
Yoongi menghentikan langkahnya tiba-tiba. Jimin yang masih berbicara, tidak menyadarinya dan berakhiran menabrak punggung Yoongi.
Permintaan maaf keluar secara otomatis dari mulut Jimin. Dia kemudian terkekeh, "Apakah semuanya baik-baik saja, Yoongi-ah?"
Hening beberapa saat sebelum Yoongi berbalik badan dan menatap Jimin tepat di matanya. Wajah datar Yoongi terlihat sangat kontras dengan Jimin yang terseyum.
Layaknya warna hitam dan putih, mereka berdua selalu terlihat berbeda. Jimin dengan kepribadiannya yang hangat, ramah, dan murah senyum akan selalu berbanding terbalik dengan Yoongi yang dingin, tertutup, dan berwajah datar.
Itulah kenapa Yoongi membenci Jimin. Karena Yoongi tidak suka dengan keramahan Jimin, dia tidak tahan melihat Jimin yang selalu saja menghampirinya dengan wajah ceria dan tersenyum.
"Semuanya tidak baik-baik saja, sejak awal pun tidak, Park." Yoongi berkata dingin.
"Apakah ada yang mengganggumu, Yoongi-ah? Jika iya, maka aku akan memberi mereka pelajaran." Jimin berucap serius.
Entah kenapa, tapi Yoongi dibuat bingung dengan wajah Jimin yang tiba-tiba berubah serius dalam hitungan detik. Menyingkirkan pikiran tersebut, Yoongi sudah siap memberitahu Jimin sesuatu yang sudah dia simpan dari jauh-jauh hari.
"Ya, memang ada yang menggangguku." Yoongi mengangkat telunjuknya, "Kaulah orang itu. Oleh karena itu, pelajaran yang harus kau terima adalah menghilang dari hadapanku."
.
.
.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hold On [ Namjin ]
FanfictionSetelah satu tahun menjalin hubungan dengan kekasihmu, kalian seharusnya menjadi lebih kuat dan lebih dekat karena kalian sudah belajar tentang satu sama lain selama satu tahun. Kim Seokjin percaya itu. Mungkin takdir ingin menguji cintanya terhadap...