Chap 23: Lee Corp

779 81 2
                                    

Seokjin menoleh ke belakang ketika dia mendengar ponsel Namjoon bergetar, itu sudah kedua kalinya ponsel Namjoon bergetar. Seokjin bingung dia harus mengangkat panggilan telepon itu atau tidak karena yang menelepon adalah ibunya Namjoon.

Seokjin menggigit bibir bawahnya, dia masih ingat bagaimana ibunya Namjoon memperlakukannya kemarin. Sepertinya akan lebih baik jika dia tidak mengangkat panggilan telepon itu.

"Siapa yang menelpon, Jinseok?"

Suara Namjoon mengejutkan Seokjin yang melamun. Seokjin mendongakkan wajahnya dan melihat Namjoon yang tengah berdiri di depan cermin.

"Kenapa tidak kau angkat?" Namjoon bertanya lagi.

Seokjin menghela napas ketika melihat Namjoon yang kesulitan memasang dasinya. Dia kemudian menghampiri Namjoon, "Biar aku pasangkan."

Namjoon tersenyum sebagai tanda terima kasih dan membiarkan Seokjin mengambil alih pekerjaannya barusan.

"Jadi..."

Seokjin menatap Namjoon dan berdeham, "Kenapa?"

Namjoon melihat ke belakang Seokjin kemudian balik menatapnya.

Mengerti maksud Namjoon, Seokjin menghindari tatapan penuh tanya Namjoon dan lebih memilih untuk fokus pada dasi yang ada di tangannya. "Kenapa kau ingin tahu?"

Namjoon mengerutkan keningnya ketika mendengar pertanyaan Seokjin, "Karena seseorang baru saja menelponku dan kelihatannya kau mengabaikannya, Jinseok."

Seokjin tidak berkata apa pun.

Beberapa saat kemudian, ponsel Namjoon kembali bergetar. Karena penasaran, Namjoon mengambil langkah menuju nakas di samping tempat tidurnya untuk mengambil ponselnya. Saat dia baru mengambil satu langkah, Seokjin menarik dasinya.

"Astaga." Namjoon mengeluh dan mengusap lehernya, "Kenapa kau menarik dasiku? Kau ingin mencekekku?"

"Ibumu yang menelpon, Namjoon. Apakah sekarang kau masih ingin mengangkatnya?"

"Dia tidak mungkin menelponku." Namjoon berucap dingin.

Seokjin melepas genggamannya di dasi Namjoon dan berkata, "Kalau begitu, kau bisa memeriksanya sendiri. Aku tidak akan mencegahmu tapi.."

Getaran ponsel Namjoon yang ada di nakas terdengar jelas di telinga Seokjin. Dia sedikit terkejut ketika Namjoon melangkah dengan lebar dan mengambil ponselnya.

Seokjin dapat melihat Namjoon menggengam erat ponsel yang ada di tangannya. Dia tidak dapat melihat wajah Namjoon, tapi Seokjin dapat menebak ekspresi wajah Namjoon.

"Lebih baik jika kau tidak mengangkatnya, Namjoon. Tapi jika kau ingin mengangkatnya, aku tidak akan memaksamu."

Namjoon berdecak, "Aku? Mengangkat panggilan wanita tua itu? Hah! Yang benar saja!"

Seokjin meringis ketika Namjoon melempar kasar ponselnya ke nakas. Ketika Namjoon berjalan keluar kamar, Seokjin hanya diam. Beberapa saat kemudian, layar ponsel Namjoon menyala dengan tulisan 'Ibu' terpampang jelas, ponsel itu bergetar untuk keempat kalinya pagi itu dan untuk yang keempat kalinya juga Seokjin tidak mengangkat panggilan telepon tersebut.

Dengan menarik napas, Seokjin berjalan keluar kamar, dia harus menyiapkan sarapan sebelum Namjoon berangkat kerja. Seokjin tidak bisa membiarkan Namjoon berangkat kerja dengan kondisi perut kosong dan suasana hati yang tidak bagus.

Hold On [ Namjin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang