Chap 13: First Love

969 111 4
                                    

Taehyung menatap Namjoon yang menyetir mobil. Suasana sunyi di mobil tidak memudar sejak keduanya meninggalkan gedung. Dan bukan hanya suasana, ekspresi datar juga tetap terpampang di wajah Namjoon tanpa ada perubahan sedikit pun. Walaupun begitu, tidak ada yang bisa Taehyung lakukan.

Taehyung bisa saja mencoba menghibur sang kakak, namun sepertinya Namjoon hanya akan mengabaikannya. Dia merasa saat ini bukanlah saat yang tepat untuk bercanda, walaupun mungkin sedikit dibutuhkan untuk mencairkan suasana. Tapi Taehyung juga merasa saat ini pikiran serta suasana hati Namjoon sedang berantakan.

Taehyung pikir akan lebih baik jika dia membiarkan Namjoon. Bukan dalam artian tidak peduli atau mengacuhkan, hanya saja menurut Taehyung itu yang terbaik. Membiarkan Namjoon menata pikiran dan suasana hatinya.

Mobil hitam milik Namjoon berhenti di sebuah bangunan bertingkat lima, apartemen Taehyung. Pemilik mobil hitam itu masih saja diam saat Taehyung berterima kasih dan pamit. Tapi Namjoon sempat melirik ke arah Taehyung yang menatapnya.

"Berhati-hatilah, hyung." Taehyung berujar pelan.

Taehyung menutup pintu mobil dan berjalan menuju gedung apartemen.

Taehyung membalikkan badannya, dia melihat kepergian kakaknya hingga mobil hitam tersebut hilang di kejauhan.

.

.

.

Sepanjang perjalanan, pikiran Namjoon kosong. Dia tidak membalas saat adiknya berbicara. Suasana hatinya benar-benar berada di bawah batas.

Namjoon harap suasana hatinya setidaknya membaik saat dia sampai di apartemen Seokjin. Namjoon tidak ingin mengabaikan perempuan itu seperti dia mengabaikan adiknya barusan.

Walaupun Seokjin mungkin akan mengerti bahwa suasana hatinya sedang buruk, tapi tetap saja. Seokjin akan melakukan segala hal untuk membuatnya senang. Bahkan hanya untuk senyuman kecil yang sangat kecil, perempuan itu akan melakukan berbagai hal.

Namjoon tidak ingin Seokjin bersusah payah membangkitkan suasana hatinya dan Namjoon sangat tidak menginginkan jika dia sampai membentak Seokjin.

"Sial." Namjoon mendesah frustasi, "Tenang, Namjoon, tenang. Besok merupakan hari penting. Jangan mengacaukannya."

Kedua tangannya mencengkeram setir mobil hingga buku-buku jarinya berubah putih. Namjoon menghela napas dan membuangnya kasar.

Saat ini mobilnya tengah menepi di pinggiran jalan. Dia tidak bisa berkendara seperti ini. Lebih baik menepi dan menenangkan diri daripada nekat berkendara dalam keadaan kacau.

Setelah merasa lebih tenang, Namjoon kembali menginjak gas. Karena malam ini merupakan malam yang spesial baginya dan Seokjin, Namjoon berpikir akan bagus jika dia menginap di apartemen Seokjin. Dia ingin menghabiskan waktu dengan kekasihnya itu. Dan berhubungan besok natal, yang berarti libur, kenapa tidak?

Perjalanan menuju apartemen Seokjin membutuhkan waktu sekitar emput puluh menit karena jalanan ramai akan mobil dan juga orang-orang. Kwang-sun, pemilik apartemen, memberitahu Namjoon bahwa dia sampai tepat pada waktunya untuk makan malam. Dari apa yang Kwang-sun bilang, Seokjin baru saja tiba dari supermarket dan saat ini Seokjin sedang memasak makan malamnya.

"Benarkah, Paman?" Namjoon bertanya memastikan.

"Ya. Lagipula, aku dapat mencium bau harum yang aku sangat yakin berasal dari apartemen Seokjin." Kwang-sun tersenyum, "Siapa lagi yang memiliki hobi memasak di sini selain Seokjin?"

Namjoon terkekeh mendengar penuturan Kwang-sun.

Di bangunan ini hanya Seokjin yang memiliki hobi memasak. Orang-orang yang juga tinggal di sini jarang memasak karena sebagian besar tidak bisa dan malas. Jadilah Seokjin menawarkan untuk memasak untuk mereka semua karena jumlah penghuni apartemen ini tidak banyak. Hanya ada sekitar 10 orang, termasuk Seokjin dan Kwang-sun.

Hold On [ Namjin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang