Tidak terasa empat bulan telah terlampaui. Musim panas kini digantikan dengan semilir sejuk udara musim gugur. Daun-daun di pepohonan berubah jingga kemerahan dan juga coklat. Masa liburan berakhir, anak-anak kembali sekolah dan para pekerja kembali beraktivitas.
Berakhir sudah masa bersantai-santai. Namjoon kembali disibukkan dengan tumpukan kertas, baik berkas-berkas maupun kontrak kerjasama dengan perusahaan lain. Musim panas baru saja berakhir sebulan yang lalu, tepatnya bulan September, dan saat ini merupakan bulan kesibukkan, yakni Oktober.
Kecelakaan yang dialami Seokjin dan Taehyung sudah berlalu empat bulan lalu, di akhir bulan Juni. Mereka berdua sudah keluar dari rumah sakit setelah dirawat selama sebulan. Sekarang sudah terhitung empat bulan masa pemulihan Taehyung dan Seokjin, yang berarti mereka berdua sudah sembuh total.
Namjoon senang akan hal itu. Tapi rasa senang itu ditepis dan digantikan dengan rasa jengkel berkat Taehyung yang terus membujuknya. Taehyung ingin bekerja di perusahaan keluarga mereka.
Tentu saja hal tersebut langsung ditolak Namjoon. Alasannya ada dua. Alasan pertama, Namjoon tidak ingin Taehyung berurusan dengan ibunya. Dia takut ibunya akan mengasingkan Taehyung seperti 15 tahun lalu. Dan alasan kedua, Taehyung baru dinyatakan sembuh total oleh Dokter Jung. Taehyung sudah bisa berjalan dan beraktivitas seperti biasa, tapi Namjoon masih mengkhawatirkan adiknya itu.
"Namjoon, aku rasa kau harus memperbolehkan Taehyung masuk. Dia masih berdiri di depan pintumu dan terus membujukku untuk membujukmu."
Jimin, sang asisten, menyerahkan map yang berisi berkas yang Namjoon minta. Dia menatap Namjoon di depannya dan Taehyung yang di luar ruangan secara bergantian.
Kening Namjoon berkerut samar, "Maksudmu dia membujukmu agar kau bisa membujukku untuk memperbolehkannya masuk?"
Jimin mendesah kesal, "Seperti itulah."
Namjoon menggelengkan kepalanya mendengar perkataan Jimin yang sempat membuatnya bingung. Dia kemudian membuka map yang diserahkan Jimin dan mulai membaca beberapa halaman pertama. Sebenarnya dia tidak perlu mengecek berkas-berkas tersebut. Jimin sudah mengecek semuanya dan tinggal menerima persetujuan Namjoon.
Namun apa salahnya mengecek ulang, pikir Namjoon.
Dengan mata yang terfokuskan pada berkas di tangannya, Namjoon menyuruh Jimin untuk membiarkan Taehyung masuk. Jimin dengan senang hati membukakan pintu ruangan tersebut. Jimin tertawa ketika Taehyung terlompat kaget.
"Aku akan meninggalkan kalian berdua." Jimin menoleh ke Taehyung dan berbisik, "Kau sebaiknya jangan mengangkut soal ingin bekerja di sini. Bisa-bisa Namjoon-hyung kena darah tinggi."
Taehyung yang mendengarnya hanya diam. Jimin pun melangkah keluar ruangan kerja Namjoon, meninggalkan kakak beradik Kim tersebut.
Sebenarnya Taehyung tahu Jimin hanya bergurau. Tapi dia juga sedikit takut apa yang dikatakan Jimin bisa menjadi kenyataan. Dia sudah mencoba membujuk kakaknya selama beberapa hari belakangan ini. Apakah benar kakaknya akan darah tinggi jika dia terus memaksa kakaknya yang sedang sibuk dengan urusan kantor?
"Apa pun yang ada di pikiranmu itu tidak benar, Tae. Dan jika aku menjadi dirimu, aku akan lebih memilih duduk ketimbang berdiri di tengah ruangan layaknya anak kecil yang dihukum."
Taehyung tertawa pelan. Dia menarik kursi yang tersedia dan mendudukinya. Tangannya menggaruk belakang lehernya yang tidak gatal, tanda bahwa dia merasa canggung.
Namjoon berdeham, "Jadi, kenapa kau datang ke sini dan membujuk Jimin untuk membujukku?
Kening Taehyung berkerut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold On [ Namjin ]
FanfictionSetelah satu tahun menjalin hubungan dengan kekasihmu, kalian seharusnya menjadi lebih kuat dan lebih dekat karena kalian sudah belajar tentang satu sama lain selama satu tahun. Kim Seokjin percaya itu. Mungkin takdir ingin menguji cintanya terhadap...