Masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Tiga time setting atau alur yang ada di cerita-cerita, pelajaran sejarah, dan juga dunia ini. Tanpa adanya masa lalu, tidak akan ada masa sekarang dan masa depan. Lalu jika masa sekarang tidak ada, maka masa depan tidak akan pernah ada. Mereka bertiga merupakan penyusun waktu di dunia sejarah.
Peribahasa mengatakan jangan jatuh pada lubang yang sama. Itulah gunanya masa lalu, agar kita tidak melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. Tapi kebanyakan orang tidak sadar bahwa mereka jatuh di lubang yang sama. Entah itu yang kedua kalinya, ketiga, keempat, bahkan sampai kesepuluh kalinya.
Itu tidak apa-apa. Asalkan suatu saat nanti kau bisa menghindar lubang itu. Jika setelah itu kau jatuh di lubang itu lagi, itu tandanya kau harus lebih berhati-hati.
Seokjin sudah jatuh di lubang yang sama sejak dia kecil. Dia sadar akan hal itu, tapi tidak memiliki keberanian untuk menghindar karena jalan untuk menghindar lubang itu sangat sempit dan kecil. Dia takut jika dia berjalan di jalan itu dia akan jatuh lebih dalam lagi dan terluka lebih parah lagi.
Tapi dia sudah menetapkan hatinya. Keputusannya sudah mantap. Jika dia sudah menghadapi masa lalunya, maka sudah saatnya dia menghadapi 'masa sekarang'. Dia akan menghadapi masalah yang selalu dia hindari sejak kecil.
Sudah saatnya dia berdiri tegap di hadapan orang-orang yang merendahkannya.
.
.
.
Waktu menuju pergantian tahun kurang dari 48 jam lagi. Tapi di sinilah Seokjin, berdiri di tengah ruang auditorium kampusnya dengan buku penilaian di tangan dosennya. Murid-murid yang lain tengah duduk di bangku yang tersedia. Ada yang memerhatikan, menanggapi akting Seokjin sambil berbisik, menghapal line mereka, atau sibuk dengan ponsel mereka.
Dosennya memaksa agar murid-murid yang diajarnya untuk mengambil nilai akting sebelum tahun baru. Tentu saja mereka tidak memiliki pilihan lain, dosen mereka terkenal dengan ketegasannya di fakultas mereka.
Seokjin memusatkan seluruh fokusnya pada peran yang tengah dia mainkan. Beberapa bulan sebelum penilaian, Seokjin memilih untuk menampilkan pertunjukan monolog teater. Di mana semua peran dalam cerita dimainkan oleh Seokjin seorang diri.
Saat peran yang dia mainkan sedang senang, Seokjin akan tersenyum dan melafalkan line-nya dengan intonasi yang cerah dan sedikit tinggi. Air mukanya akan berubah ketika peran yang dimainkan marah, sedih, kecewa, dan masih banyak lagi. Ekspresi wajah dan intonasi suaranya terus berubah sesuai perasaan yang dimiliki peran yang tengah dimainkan.
Itulah kenapa Seokjin memilih monolog teater. Dia ingin menunjukkan bahwa dia mampu. Dia sudah mempersiapkan semuanya untuk penilaian ini, Seokjin berharap sekecil-kecil nilainya hanya mencapai B.
Di penghujung penilaiannya, Seokjin dapat mendengar suara beberapa murid yang mengolok-oloknya. Seokjin berusaha sekuat tenaga agar tidak terpengaruh dengan omongan-omongan itu.
Dan hembusan napas lega keluar dari mulutnya ketika dia sampai di line terakhir. Hening beberapa saat sebelum ruangan itu dipenuhi suara tepuk tangan serta pujian. Seokjin tersenyum lalu membungkukkan badannya hingga 90 derajat. Dia dapat melihat dosennya yang tersenyum puas dan mengangkat dua ibu jarinya.
Setelah membungkuk lagi, Seokjin beranjak kembali ke tempat duduknya. Beberapa murid menghampirinya dan memuji aktingnya. Mereka juga memberitahu Seokjin betapa gugupnya mereka.
"Kalian harus percaya bahwa kalian bisa. Jika kalian tidak percaya kalian bisa, bagaimana orang lain akan percaya?" ucap Seokjin pada dua mahasiswi yang meminta sarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold On [ Namjin ]
أدب الهواةSetelah satu tahun menjalin hubungan dengan kekasihmu, kalian seharusnya menjadi lebih kuat dan lebih dekat karena kalian sudah belajar tentang satu sama lain selama satu tahun. Kim Seokjin percaya itu. Mungkin takdir ingin menguji cintanya terhadap...