Chap 20: A Dark & Sad Past

939 84 5
                                    

"Dasar anak terkutuk!"

Sebuah meja kecil yang terbuat dari kayu dilempar ke lantai, menimbulkan suara berdebum yang keras di ruangan 3×3 meter tersebut. Terdapat kursi kayu yang telah hancur, dibiarkan tergeletak di lantai. Tirai dibiarkan menutupi jendela, menghalangi masuknya cahaya matahari. Secara keseluruhan, ruangan itu tampak sangat pengap, dengan lampu yang hanya menjadi sumber cahaya serta satu kipas kecil di ujung ruangan.

Tidak ada yang terlihat bagus di ruangan kecil itu. Kertas-kertas, potongan serta serpihan kayu dari meja dan kursi yang rusak, kotak pizza yang kosong, serta masih banyak sampah yang tergeletak di lantai. Ruangan itu terlihat seperti tempat pembuangan sampah. Kotor, bau, dan pengap.

"Kau." Seorang wanita mengacungkan jari telunjuknya, "Kau adalah anak sialan, anak sampah, anak tidak diinginkan. Kau seharusnya mati saja!"

Jari telunjuk wanita itu teracung ke arah Taehyung yang berbaring di sofa reyot berwarna coklat. Mata biru bayi itu menatap ibunya yang berdiri di hadapannya.

"Seharusnya aku menggugurkanmu saja saat kau masih di perutku." Ibunya mengepalkan tangannya, "Kau menghancurkan hidupku, Anak Terkutuk!"

"Aira, hentikan!"

Seorang pria datang dan mencengkeram erat pergelangan tangan ibunya, "Apa yang kau pikir kau lakukan?!"

Taehyung dapat melihat ibunya yang terus melawan sang pria, mencoba lepas dari cengkeraman sang pria. Dia terus memerhatikan kedua orangtuanya dengan mata birunya yang terbuka lebar, penuh rasa penasaran. Kaki dan tangannya terkulai di sisi tubuhnya, dia tidak bisa menggerakan kaki dan tangannya.

Taehyung menangkap suara-suara teriakan dan bentakan yang keluar dari mulut orangtuanya. Mereka sedang bertengkar seperti biasanya, dan dia terus menjadi saksi dari kebiasaan kedua orang dewasa itu seperti biasanya.

.

.

.

Matahari bergulir ke ufuk barat, digantikan oleh bulan yang ditemani oleh bintang-bintang. Langit malam Daegu terlihat sangat kelam, bintang-bintang serta bulan yang biasanya menghiasi langit malam kini tidak tampak. Awan menutupi bulan dan bintang. Prakiraan cuaca mengumumkan akan turun hujan disertai suhu yang akan turun hingga 5 derajat Celsius.

Suara debuman kembali terdengar dari rumah yang sama. Kali ini, Taehyung tidak menyaksikan pertengkaran orangtuanya. Tapi itu bukan berarti dia tidak mendengarnya.

Suara teriakan sang ibu terdengar hingga ruang tamu yang kecil, di mana Taehyung terbaring lemas, tidak bergerak. Beberapa detik setelahnya, terdengar suara makian sang ayah dilanjut dengan suara keras lainnya. Taehyung masih mendengarnya, dia tidak bisa menghampiri orangtuanya.

Taehyung ditinggalkan sendirian di ruang tamu dengan pintu depan yang tidak terkunci.

Orangtuanya tidak khawatir, mereka tidak peduli. Mereka sedang sibuk, itulah yang ada dipikiran Taehyung. Dia ingat jelas apa yang ibunya pernah katakan pada ayahnya saat pria itu marah ketika menyadari dia ditinggal sendirian di ruang tamu dengan pintu terbuka.

Ibunya bilang, "Untuk apa aku peduli dengan anak terkutuk ini? Jika dia diculik, aku akan membiarkannya saja. Lagipula, siapa yang ingin menculik anak berpenyakitan?"

Taehyung mungkin belum genap dua tahun, tapi dia ingat perkataan ibunya.

.

.

.

"Aira, kenapa kau membenci anak kita?"

Hold On [ Namjin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang