Chap 12: Shattered

971 106 2
                                    

24 Desember

Ruangan kerja itu lengang. Walaupun Namjoon yang tengah duduk di ruangan itu merupakan pria berpangkat tinggi dan termasuk orang sibuk, tidak terlihat banyak kertas di hadapannya seperti biasanya. Dia hanya membaca laporan akhir tahun yang diserahkan asistennya pertama kali di pagi hari.

Namjoon terlihat sangat fokus dengan tulisan serta grafik yang tertera di kertas yang ada di tangannya. Di tengah-tengah sesi membacanya, seseorang mengetuk pintu ruang kerjanya.

"Masuk," serunya dengan lantang.

Seorang pria berperawakan lebih pendek darinya, namun tidak mengurangi kadar ketampanan di wajahnya, masuk dengan membawa sebuah buku tebal.

"Apakah kau sudah membaca laporan yang aku serahkan?"

"Baru saja selesai." Namjoon menutup laporan yang dimaksud, "Apakah ada lagi?"

"Seperti biasa." Jimin, sang asisten, menghela napas, "Hanya saja, kali ini Taehyung yang menyusunnya."

Namjoon mengangkat alisnya, "Taehyung? Tapi anak itu tidak aku suruh menyusun laporan akhir tahun."

"Entah, aku sendiri juga bingung," Jimin mengangkat bahunya, "Dia sendiri yang memberikan laporan ini padaku."

Ruangan itu kembali lengang. Namjoon menghembuskan napas dan mengambil laporan keduanya di hari itu, "Pastikan kau memberitahu Taehyung untuk tidak mengerjakan laporan yang lain."

Jimin yang mendengar itu hanya menggangguk kecil sebagai jawaban.

"Omong-omong, bagaimana kabar Seokjin-nuna?" Jimin bertanya. "Sugarku menanyakan kabarnya."

Mendengar kalimat terakhir Jimin, Namjoon bedecak.

Tanpa memalingkan perhatiannya dari laporan di depannya, Namjoon menjawab pertanyaan sang sekretaris, "Seokjin baik-baik saja. Kenapa Yoongi tidak menghubungi Seokjin saja?"

"Dia sudah mencobanya berkali-kali tapi tidak pernah dijawab. Apakah Seokjin-nuna mengubah nomor teleponnya?"

Namjoon mengerutkan dahinya. Seingatnya, Seokjin tidak pernah mengganti nomor teleponnya. Tapi jika diingat-ingat lebih baik, ponsel perempuan itu rusak karena tertindas mobil saat kecelakaannya beberapa bulan lalu.

"Dia memang menggantinya. Tapi itu beberapa bulan lalu, setelah dia keluar rumah sakit," jelas Namjoon.

Jimin mendengus mendengar jawaban Namjoon. Pantas saja Yoongi tidak bisa menghubungi Seokjin. Seokjin ternyata mengganti nomor teleponnya.

"Yoongi sudah mencoba menghubungi Seokjin-nuna dari dua bulan lalu, bodoh. Dia khawatir setelah mendengar kabar Seokjin yang terkena kecelakaan. Kenapa kau tidak memberitahuku?"

Namjoon mengangkat bahunya santai, "Kau tidak pernah bertanya."

"Hah, sudahlah," Jimin menghembuskan napas menyerah, "Aku akan keluar saja."

Belum lama Jimin keluar dari ruang kerja Namjoon, pria itu kembali membuka pintu dan menghampiri meja Namjoon untuk yang kedua kalinya.

"Mana nomor teleponnya?" Jimin mengulurkan tangannya.

Namjoon menatap Jimin dengan tatapan datar. Sedangkan Jimin yang mendapat tatapan tersebut hanya terkekeh dengan senyuman yang membuat kedua matanya sipit.

"Dasar pendek," rutuk Namjoon.

Alis Jimin berkedut mendengar kalimat Namjoon. "Siapa yang kau panggil pendek, huh?"

"Kau," jawab Namjoon singkat sambil menyerahkan secarik kertas kecil bertuliskan serangkaian nomor.

"Sekarang tolong keluar dan jangan ganggu aku. Ganggu saja Taehyung. Aku yakin semua pekerjaannya sudah selesai."

Hold On [ Namjin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang