Pukul dua dini hari, Seokjin terbangun dari tidurnya. Perempuan itu mengusap wajahnya dan beralih ke posisi duduk. Dia menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang. Peluh membasahi dahinya dan belakang lehernya. Dadanya naik turun dan hembusan napas keluar dengan kasar dari mulutnya. Sekujur tubuhnya bergetar bukan karena kedinginan, tidak, Seokjin mengenakan baju hangat dan selimut tengah menutupi bagian bawah tubuhnya. Penghangat ruangan menyala untuk menghalau dingin dari luar. Tapi semua itu tidak ada gunanya untuk mengusir dingin dalam tubuhnya, sebuah rasa dingin yang sering dia rasakan ketika dia ketakutan.
Dengan tangannya yang bergetar, Seokjin meraih gelas yang ada di nakas di samping tempat tidurnya. Dalam sekejap, air dalam gelas itu habis tanpa menyisakan setetes pun. Setelah menghabiskan air tersebut, Seokjin memaksa tubuhnya untuk keluar dari empuknya tempat tidur.
Dia tidak bisa tidur. Tidak setelah mimpi itu kembali masuk ke pikirannya dan akan membutuhkan waktu sampai dia bisa melupakan mimpi itu bahkan jika itu hanya bertahan untuk sementara. Dia tidak bisa menyingkirkan mimpi itu dari benaknya secara permanen. Mimpi itu akan terputar ulang dengan sendirinya layaknya kaset yang rusak, tidak peduli seberapa keras dia berusaha menyingkirkannya.
Namun kaset yang satu ini sulit diperbaiki. Tidak. Itu tidak cukup. Diperbaiki tidaklah cukup. Seokjin ingin menyingkirkannya. Dia ingin melupakannya.
"Astaga. Kapan aku akan keluar dari labirin penuh siksaan ini?" rutuk Seokjin.
Tangannya beralih memegang kepalanya yang tiba-tiba berdenyut. Kedua matanya tertutup dan dia menggigit bibirnya mencoba untuk menahan rasa sakit yang tiba-tiba menyerang kepalanya.
Seokjin terjebak dengan mimpi yang terus menghantuinya. Dan mimpi itu layaknya kaset yang rusak, sedangkan Seokjin sendiri seperti seseorang yang memasuki labirin yang sangat besar dan sangat membingungkan dengan kaset rusak tersebut terputar lagi, lagi, dan lagi tanpa henti.
"Astaga, keluarkan aku dari mimpi buruk ini."
Isakan pilu keluar dari bibir Seokjin. Pundak perempuan itu bergetar dan air matanya mengalir dengan derasnya dari kedua matanya. Ruangan yang gelap itu membuat Seokjin semakin gelisah, dia meremas seprai kasurnya dengan kedua tangannya. Gelapnya ruangan itu mengingatkannya akan ruangan yang ada di dalam mimpinya.
Ruangan? Atau apakah itu langit? Seokjin sendiri tidak yakin akan hal itu. Dia menggelengkan kepalanya, berusaha untuk menyingkirkan pikirannya dari mimpi buruk yang baru saja dia dapatkan.
Keadaan Seokjin tidak membaik. Perempuan itu tidak berhenti menangis sambil terisak sampai tubuhnya kelelahan. Seokjin baru berhenti menangis ketika rasa kantuk menjemputnya kembali. Jejak air mata terlihat jelas di pipinya yang pucat.
Pagi itu, mimpi buruk Seokjin kembali terulang, membuat Seokjin berteriak dan kembali menangis di dalam tidurnya. Saat matahari terbit, perempuan itu bangun dan menangis sambil memegang kepalanya yang sakit.
.
.
.
Kring!
"Selamat datang di Lovin'her Flower Café!"
Suara bel dan salah satu pelayan di café itu menyambut kedatangan Seokjin. Seokjin mengangguk dan tersenyum kecil kepada pelayan yang baru saja menyambutnya. Setelah itu dia mengamati sekitar café hingga maniknya menangkap orang yang dicari-cari.
Seokjin berjalan menuju orang itu. Sampai di meja yang terletak di ujung café, Seokjin menepuk bahu Yoongi.
"Seokjin..." Yoongi berujar terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold On [ Namjin ]
FanficSetelah satu tahun menjalin hubungan dengan kekasihmu, kalian seharusnya menjadi lebih kuat dan lebih dekat karena kalian sudah belajar tentang satu sama lain selama satu tahun. Kim Seokjin percaya itu. Mungkin takdir ingin menguji cintanya terhadap...