Suasana apartemen Seokjin sama sekali tidak sunyi. Namjoonlah alasan utama kegaduhan tersebut seperti biasanya. Pria di usianya yang ke-26 tahun itu sama sekali tidak bisa diam. Dia terus saja masuk ke dapur walaupun Seokjin sudah menyuruhnya berkali-kali untuk tidak masuk.
Tapi Namjoon tetaplah Namjoon. Dia merupakan seorang pria yang berkompeten tinggi, dapat dipercayai, dan bertanggung jawab. Namun itu saat dia berada di bidang selain memasak. Oh betapa Seokjin ingin menarik telinga kekasihnya itu karena selalu bersikap layaknya anak kecil setiap di hadapannya.
Dan ngomong-ngomong soal itu, Namjoon baru saja membentur kabinet dapur. Dan sialnya bagi Seokjin, beberapa bumbu dapur yang ada di atas kabinet tersebut berakhir berantakan. Beruntung dia sudah hampir selesai dengan masakannya.
"Astaga!" Seokjin berseru sambil menghampiri kekasihnya yang merintih kesakitan.
"Aku sudah memberitahumu untuk tidak masuk ke dapur berulang kali tapi kenapa kau tetap ke sini?!" Seokjin berkacak pinggang.
Namjoon hanya memberikan sebuah senyuman polos tak berdosa.
Pria itu menunjuk-nunjuk bibirnya yang terasa perih dan meminta sebuah kecupan dari sang kekasih. Tapi apa yang dia dapatkan berbeda jauh dari apa yang dia inginkan. Satu kata. Dingin.
Seokjin baru saja menaruh ice pack tepat di bibirnya sembari berkata, "Benda itu akan meredakan rasa perihnya, jadi jangan berharap untuk mendapatkan hal-hal yang lain."
"Kau terlalu berharap." Namjoon mendengus kesal.
"Aku? Terlalu berharap?" Seokjin menatap Namjoon tidak percaya.
Perempuan itu balik mendengus dan memasang muka asam. Seokjin kemudian menjentik kening Namjoon.
"Hei! Kenapa kau melakukan itu?" Namjoon mengusap keningnya.
"Karena aku mencoba untuk memperbaiki pikiranmu yang mesum, Namjoon-ah."
Tidak terima dengan perkataan Seokjin, Namjoon bangkit dari posisi duduknya dan menyerang Seokjin dengan menggelitik perempuan itu.
"Mengakulah bahwa aku bukan pria mesum, Jinseok." Namjoon tersenyum jahil.
"Baiklah." Seokjin menjawab di tengah tawanya, "Kau bukan pria mesum. Sekarang lepaskan aku!"
Namjoon pun melepaskan Seokjin.
Namjoon terkekeh ketika melihat Seokjin yang bernapas tersengal-sengal. Sepertinya dia sudah membuat kekasihnya lelah bahkan sebelum mereka makan malam. Dan ngomong-ngomong soal makan malam, Namjoon jadi ingat bahwa Seokjin tadi sedang memasak.
"Seokjin, bukankah kau tadi sedang memasak?"
Seokjin berhenti tertawa, "Memasak?"
"Ya, kau tadi sedang memasak, bukan?" Namjoon mengerutkan keningnya.
Beberapa detik kemudian, mata hazel Seokjin membulat sempurna. Perempuan itu bergegas bangun dari lantai dan berlari ke kompor yang masih menyala.
"Ya ampun! Masakanku!!"
Melihat Seokjin yang tergopoh-gopoh, Namjoon mengendap-ngendap keluar dapur. Dia harus segera keluar dari "daerah liar" sang kekasih jika dia masih ingin hidup. Karena satu hal yang perlu diketahui tentang Seokjin, kalian tidak boleh bermain-main dengan makanan. Terutama jika makanan itu dibuat oleh Seokjin.
Tapi sepertinya takdir berkata lain. Karena saat Namjoon sudah hampir berada di luar dapur, perempuan itu memanggil namanya.
"Namjoon, lihat apa yang sudah kau lakukan pada masakanku!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold On [ Namjin ]
FanficSetelah satu tahun menjalin hubungan dengan kekasihmu, kalian seharusnya menjadi lebih kuat dan lebih dekat karena kalian sudah belajar tentang satu sama lain selama satu tahun. Kim Seokjin percaya itu. Mungkin takdir ingin menguji cintanya terhadap...