Chap 18: Broken Relationships

961 92 7
                                    

"Baiklah anak-anak! Lima menit lagi kalian harus mengumpulkan post test!"

Murid-murid yang mendengar seruan dari guru tersebut mengeluarkan erangan kesal. Suasana di kelas tiba-tiba berubah menjadi gaduh karena bisik-bisik dari para murid. Entah karena mereka bertanya tentang soal, jawaban, atau hanya sekedar bertanya apakah ada yang sudah selesai.

Suasana kelas yang normal ketika di akhir-akhir waktu ujian.

"Psst, Hoseok-ssi."

Hoseok menoleh ke belakang. Dia langsung bertatapan dengan seorang laki-laki yang seumuran dengannya. Dari raut wajah laki-laki itu, Hoseok dapat menebak apa yang akan terjadi selanjut.

Dia pasti akan bertanya entah tentang soal atau jawaban, pikir Hoseok.

"Apa kau tahu nomor lima belas?" Laki-laki itu bertanya dengan suara pelan.

Hoseok memutar matanya, "Tentu saja aku tahu."

Wajah laki-laki itu berseri-seri, "Benarkah?"

"Ya." Hoseok menyeringai, "Tapi aku tidak akan memberitahumu. Selamat menyelesaikan soal sialan itu."

Hoseok berdiri dengan kertas soal dan jawabannya di tangannya. Dia kemudian berjalan ke depan kelas sambil melambaikan tangannya ke arah laki-laki yang duduk di belakangnya.

"Aku sudah selesai." Hoseok berujar sambil melempar kertas post testnya ke guru yang tengah duduk di depan kelas.

Hoseok kemudian melanjutkan langkahnya menuju pintu kelas. Dia tidak memedulikan panggilan gurunya dan tatapan tidak percaya dari murid-murid di kelas. Lagipula, untuk apa dia memedulikan mereka semua? Sebentar lagi dia akan lulus dan yang Hoseok pedulikan saat ini adalah keluar dari bangunan menyebalkan ini.

Hanya itu yang dia pedulikan.

.

.

.

Bel istirahat berbunyi. Semua murid dari kelas sepuluh hingga dua belas dipersilahkan keluar kelas dan beristirahat. Guru-guru yang mengajar juga ikut keluar kelas. Tapi itu setelah mereka memberikan tugas atau projek untuk murid-muridnya.

Hoseok sudah keluar dari kelasnya bahkan sebelum bel berbunyi. Dia berpikir jika dia sudah selesai mengerjakan post test maka sudah seharusnya dia keluar.

Sekarang, Hoseok sedang berdiri di depan salah satu kelas sepuluh. Murid-murid yang berada di lantai tersebut mempercepat jalannya ketika mereka berada di dekat Hoseok. Hoseok sendiri tidak peduli karena ini semua sudah biasa baginya.

Jung Hoseok. Nama seorang pemuda yang ditakuti seluruh sekolah sejak dia di tahun pertamanya. Seorang murid yang berlagak dan kelihatan seperti berandalan yang tidak peduli dengan sekitarnya dan juga pembuat onar sekolah nomor dua. Kenapa nomor dua? Karena orang yang menempati nomor satu tersebut adalah seorang senior yang sudah lulus dua tahun lalu dan merupakan teman dekat Hoseok.

Sebut saja nama Hoseok dan teman dekatnya itu, maka semua murid akan berubah pucat dan diam mematung. Sedangkan guru-guru hanya akan menghembuskan napas lelah dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak ada yang tahan dengan dua laki-laki tersebut.

"Hoseok-oppa!"

Hoseok mengangkat kepalanya ketika mendengar suara feminim itu. Dia kemudian tersenyum kala melihat seorang perempuan berjalan ke arahnya dengan melambaikan tangan.

"Apakah kau sudah menunggu lama?" Perempuan tersebut bertanya setelah dia berdiri di depan Hoseok.

Hoseok menggelengkan kepalanya, "Sudahlah. Kau selalu menanyakan hal yang sama setiap kali aku menjemputmu. Bagaimana jika aku mentraktirmu, Jihoon-ah?"

Hold On [ Namjin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang