Chap 4: Longing

1.5K 166 6
                                    

Matahari bersinar dengan terik di langit siang Seoul. Jam menunjukkan pukul satu siang, menandakan break time para pekerja. Namun, seorang pria berperawakan tinggi terlihat masih sibuk berkutat dengan tumpukan kertas di hadapannya. Dan pria itu adalah Kim Namjoon.

"Berapa banyak lagi yang harus aku tanda tangani?" Namjoon bertanya dengan pandangan tertuju ke kertas di mejanya.

Matanya beralih ke pria yang berdiri dengan tegap di depan mejanya. Namjoon mengambil secarik kertas dari tangan pria tersebut. Setelah membaca isi kertas tersebut, Namjoon mengerutkan dahinya heran, "Hanya ini?"                                          

Pria di depannya mengangguk, "Yang tersisa hanyalah kertas yang berisikan kontrak dengan perusahaan Lee. Untuk kertas kontrak lainnya belum sampai ke tangan saya."

"Aneh...tapi tetap saja. Aku ingin kau untuk mencari kertas kontrak perusahaan lain, terutama dengan perusahaan yang menghadiri meeting minggu lalu." Namjoon berujar tegas.

"Baiklah."

Ruangan itu hening sejenak. Yang terdengar hanyalah suara pendingin ruangan dan juga suara goresan pena. Selesai menandatangani kertas kontrak, Namjoon menyerahkan kembali kertas tersebut pada pria yang masih setia berdiri di depan mejanya.

"Aku dengar kau bertemu dengan adikmu kemarin," sahut pria itu.

"Siapa yang memberitahumu?"

"Yoongi. Dia tahu dari Seokjin-nuna."

Namjoon berdiri dari kursinya. Dia meregangkan tubuhnya yang pegal karena telah duduk sejak dia masuk ke ruangannya. Desahan lega keluar ketika dia mendengar suara retak di tengah peregangannya.

"Seokjin?" Namjoon berjalan ke mesin kopi yang ada di ruangan itu.

"Ya."

Namjoon mengeluarkan teko kopi dari mesinnya dan menuangkan kopi yang terdapat di dalam teko tersebut ke mugnya. Dia bersenandung pelan selagi tangannya sibuk menuangkan susu ke dalam mug yang berisi kopi.

"Sebaiknya kau beristirahat, hyung. Pergilah menikmati sore hari dengan Seokjin-nuna dan adikmu. Aku dengar hari ini ada festival bunga sakura di Danau Seokchon."

Namjoon berdeham pelan sambil mengaduk kopinya, "Benarkah?"

Jika dipikir-pikir lagi, itu tidak terdengar buruk. Hitung-hitung dia bisa bertemu dengan kekasihnya dan juga adiknya. Dia ingin berbicara dengan Taehyung mengenai banyak hal. Namjoon ingin tahu apa saja yang telah Taehyung lakukan selama di Busan dan dia juga ingin tahu siapa perempuan yang dia lihat bersama Taehyung kemarin malam.

"Jadi, apakah kau akan pergi atau tidak?"

Senyuman mengembang di wajah Namjoon. Dia pun berjalan ke pria yang ada di tengah ruangan dan menepuk pundak pria itu.

"Terima kasih atas usulannya, Jimin." Namjoon berucap pada pria yang lebih pendek darinya.

"Sebaiknya kau segera berangkat, hyung." Jimin mengusulkan, "Tempat itu akan ramai sekali nanti."

Jimin melihat Namjoon berjalan ke meja kerjanya dan memasukkan laptop serta berkas penting ke dalam tasnya. Namjoon mengenakan mantelnya dan pria itu pamit pada Jimin sebelum menghilang di balik pintu.

Helaan napas keluar dari mulut Jimin, "Dan sekarang aku yang terjebak dengan pekerjaan pria itu."

Sepertinya dia harus memberitahu Yoongi bahwa dia akan sedikit telat untuk kencan mereka nanti.

.

.

.

Hold On [ Namjin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang