f. Baru Tahu

554 43 2
                                    

Pinka bodoh.

Bagaimana bisa otakku berproses lama dan tak menyadari bahwa cowok kerdil yang bertengkar denganku di kantin itu adalah Gio? Bagaimana bisa aku sekelas dengan Ardi selama dua tahun tapi nomor ponsel dan dimana rumahnya saja baru ku ketahui kemarin? Dan terutama, bagaimana bisa aku tak tahu kalau dia dan Gio adalah sepupu?

Oh Pinka, bagaimana bisa?

"Harvio, duduk dulu ke meja yang tersisa." titah walasku pada anak baru. Membuat pemuda yang kekurangan ekspresi itu berjalan ke barisanku dan duduk di belakang Ardi, sekaligus di sampingku.

Sedangkan, Gio mengikutinya berjalan namun segera ditahan oleh Bu Sehan.

"Mau kemana?"

Gio berdecak, tangannya berusaha melepas genggaman Bu Sehan.

"Pake seragam aja enggak, mana bisa masuk kelas. Ikuti saya ke kantor guru dengan terpaksa atau lehermu saya tarik pake gagang payung?"

Pffft. Jadi kabar kalau Bu Sehan suka menarik leher siswa dengan gagang payung benar? Haha.

Gio berdecak lagi, dan melepas paksa genggaman tangan Bu Sehan. Dia berjalan ke meja anak baru dan menggebraknya sambil berkata, "Lo bener-bener cari masalah ya sama gue?"

Anak baru itu masih diam. Gio mengulas senyum. "Gue gak akan biarin lo lagi mulai sekarang!"

Gio menendang keras kaki meja murid baru itu sebelum ia berjalan keluar kelas. Yang kemudian dikejar oleh Bu Sehan dan Lili. Aku mengintip di ambang pintu memastikan bahwa mereka tak akan kembali untuk waktu yang lama. Kakiku berjalan ke meja Ardi untuk memarahinya.

"Eh." Tanganku memukul lengan kanannya. Dia menoleh, menautkan alisnya.

"Lo!" Jeda sesaat. "Kenapa lo nggak bilang kalau Gio itu cowok yang berantem sama gue di kantin?"

Ardi terdiam, mengedipkan kelopak mata beberapa kali. "Oh. Jadi lo nggak tau?"

"Gimana bisa gue tau?"

Bukannya menjawab, Ardi memanggil Tami dan gadis itu ikut beranjak ke meja ini.

"Lo cerita tentang Gio kan ke dia sebelum dia berantem di kantin waktu itu?"

Tami mengangguk. "Gue nunjuk Gio dan bilang dia orang yang gue suka." dia menjeda beberapa detik. "Tapi beberapa saat kemudian, Pinka malah teriak terus nyamperin dia."

Oh. Jadi disini, aku yang bego. Kalau tau Gio yang ku cari adalah dia, tidak sudi aku mencarinya dan menyuruhnya ke sekolah. Ah tapi, melegakan dia akhirnya datang. Karena sesaat aku benar-benar takut akan ancaman Lili.

"Hai, lo ganteng banget sih."

Aku menoleh mendengar suara Tami yang ternyata sedang menyapa-salah, maksudku menggoda anak baru itu.

"Lo ada rasa dingin-dinginnya gitu." katanya lagi meski diabaikan.

Gila memang. Temanku yang satu itu cantik tapi genitnya berlebihan. Mungkin itu sebabnya dia masih jomblo.

"Tam, genit banget si!" seru Ardi.

"Dia dari tadi diem aja, Di. Wah. Bener-bener berkharisma." Tami menatap anak baru itu dengan mata berbinar.

"Eh, Barbio." Aku memanggil anak baru itu sambil pindah berdiri ke sampingnya, namun dia sama sekali tak menggubris.

Aku mulai menendang pelan kaki mejanya. "Eh, lo gak denger?"

Akhirnya dia menoleh dan menatap kami dengan ekspresi datar.

"Kenalin ... nama gue Pinka Laura. Dia Cintami Kasih, lo bisa panggil dia Tami. Dan cowok ini namanya Ardi Wishaka Wisn--"

Ar.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang