Ar ˹Aku Mencintaimu˼

506 31 15
                                    

[18 Juli 2016]

Seorang gadis berkulit gelap dengan potongan rambut bop bak polwan terlihat naik ke atas motor yang terparkir di pekarangan rumahnya. Dia menatap bayangan wajahnya dalam cermin spion, semenit kemudian dia melajukan motornya.

Sialnya, jalanan kota ini akan padat bahkan ketika matahari baru saja naik dari permukaan.

Pinka terjebak lampu merah yang cukup panjang, dia melirik ke halte di sebelah kirinya. Ada cowok yang terlihat frustasi sedang men-starter motor hitamnya beberapa kali. Penampilan orang itu sangat mirip dengannya. Kaus kaki berbeda warna di kanan-kiri kakinya terlihat jelas sebab celana seragamnya hanya sebatas lutut, lukisan bentuk hati berwarna merah di pipi kanannya, serta papan nama yang tergantung di setang motor.

Ardi WW, begitu tulisan yang tertera pada papan.

Ardi WW, begitu tulisan yang tertera pada papan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pinka menepi, lalu berucap ke cowok itu.

"Hoi, butuh tebengan ngga?"

Yang diajak bicara diam. Memandang Pinka sangsi dari atas ke bawah. Dia tak menggubris gadis cukring yang duduk di atas motor itu.

"Lo anak SMA Wardhana kan?" Pinka bertanya lagi meski tetap diabaikan. "Motor lo mogok kan? Mending bareng gue, daripada telat."

Akhirnya cowok itu bersuara.

"Gratis?" katanya.

"Yeee mana ada yang gratis jaman sekarang?" Pinka beretoris. Setelahnya menatap jenaka ke cowok berpapan nama Ardi. "DUA REBULAH!"

"Dua ribu doang?"

"Yaudah kalo ngga mau."

"Tunggu," sela Ardi. Dia meraih ransel serta papan nama, mengantongi kunci motornya, baru duduk di jok belakang motor Pinka.

"Makasih ya?"

"Nanti aja makasihnya kalo udah sampe, plus kalo lu udah ngasih dua ribu."

Ardi terkekeh. Kemudian menelepon seseorang untuk mengatakan lokasi motornya agar segera diangkut ke bengkel.

Sesampainya di sekolah, peserta MOS sudah berkumpul. Peserta yang terlambat diocehi, kemudian diminta berbaris. Kebetulan, mereka berada dalam barisan kelas yang sama.

"Jodoh nih kayaknya," ucap Pinka asal.

Ardi hanya tersenyum. Cowok itu terlihat kalem dan pemalu. Berbeda dari Pinka yang banyak tertawa dan berisik.

"Nama lu Ardi?"

Ardi menoleh, lalu mengangguk. "Lu?"

"Pinka, Pinka Laura."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ar.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang