Ar ˹Cinta Dalam Hati˼

398 37 16
                                    

alert ; part ini cukup panjang

(#)

"Areng, duduk sebelah gue aja dong."

Ardi berucap ketika tangan kananku menarik kursi di hadapannya saat kami hendak makan siang di kantin. Gio duduk di sebelah kirinya, sedang Tami memesan makan.

"Biar apa?"

"Biar enggak sakit," jawabnya sembari menaik-turunkan alis. "Kalo lu duduk depan gue, nanti lu ngeliat kemanisan muka gue yang aduhai sampe jadi diabetes."

"Mau gue siram pake milkshake cokelat ini?"

Ardi terkekeh kecil lalu bilang, "Kayak Iyo dulu?"

Mataku mengerjap, melirik kepada Gio di sampingnya membuat ingatanku melayang ke awal semester.

Gio mengumpat, "Sialan!"

Menduduki kursi yang sejak tadi ku pegang, lalu berucap, "Ya wajar lah, Gio kan waktu itu ngusik sodara gue."

Cowok yang ku bicarakan mengangkat sebelah alisnya. "Masih ngaku-ngaku aja lu," tuduhnya.

"Ih beneran!"

"Masa?"

"IYA IH."

"BODO!"

Cih, manusia sialan. Dia memutar bola mata sekaligus menjulurkan lidah sesaat untuk mengejekku.

"Babi," umpatku.

"Eh betewe, kemaren siang gue nguping, Upil ngajak lu putus?" tanya Gio dengan ekspresi kepo yang menyebalkan.

"DEMI APA? AKHIRNYA DO'A GUE SELAMA INI TERKA—"

Ucapan Ardi terpotong oleh tawaku.

"Mon maap saudara Ardi, mungkin terdengar mengecewakan, tapi Pio bercanda doang ngajakin gue putus."

"Masa sih?" timpal Gio.

Kursi sebelahku tertarik, sosok yang menempatinya merangkul bahuku kemudian.

"Gue bercanda kok, sengaja pengen liat reaksi Pinka." Pio menjelaskan, lalu terkekeh.

"Reaksinya gimana?" Ardi melupakan rasa syukurnya hingga bertanya begitu.

"Dia bengong," ungkap Pio diikuti kekehannya. "Pas gue bilang bercanda, dia langsung mukulin lengan gue anjay."

Aku menatap garang ke Pio yang kini menyingkap lengan kemejanya, menampakkan bekas merah kebiruan yang tertinggal di sana.

Ardi terbahak, terlalu lebay sampai harus memukul-mukul bahu Gio. "Mampus lu, Pil, rasakan betapa ganasnya peliharaan lu!" ejeknya.

"Diem lo!"

"Untung peliharaan gue imut dan penurut," timpal Gio.

"Siapa yang lu sebut peliharaan?" Tami datang dengan mangkuk berisi baksonya, lantas memelototi Gio dengan ganas. "Sanaan!"

Ar.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang