Ar ˹Pipi Memerah˼

379 41 23
                                    

alert ; jangan lupa di klik bintangnya kaka^^

(#)

[AWW]non baku

Apa yang paling memuakkan buat jomblo?

Seratus!

Ngeliat orang pacaran di depan lo. Ini kondisi gue sekarang, di tengah kerumunan yang udah hampir bubar itu ada sosok Areng dan Upil yang bermesraan, bikin seluruh manusia sejagat raya mual—asli geli bat liatnya.

"UGGGHHH!"

Itu suara Iyo yang teriak macem sapi hamil lagi kontraksi. Dia lanjut teriak buat memanaskan suasana. "DUNIA FANA CUMA MILIK KELING DAN UPIL! YANG LAIN CALON PENGHUNI SYURGA!"

Dua makhluk bucin itu langsung bikin jarak nyaris 2 meter akibat denger suara jelek Iyo. Tadinya mau menyumbangkan nyanyian dengan suara emas gue buat mengiringi adegan percintaan dramatis nan tidak romantis yang sangat najis antara mereka, tapi urung karena panitia keburu ngusir kita dari panggung.

"Upil sejak kapan jadi ekspresif gitu, Yo, sampe berani peluk-pelukan di keramaian?"

Manusia yang gue ajak ngobrol ngedikin bahu cuek. Dia jalan beriringan sama gue buat ke tengah lapangan, nyamperin 2 makhluk bucin serta seekor lalat (re: Tami) di antaranya.

Di sela langkah kita, Iyo buka suara. "Shak, bukannya lo ada janji sama Dharma?"

Otomatis diem. Lirik kanan-kiri buat mencari jawaban yang tepat, tapi getar ponsel bikin konsentrasi berpikir gue pecah. Buru-buru gue cek ponsel.

From : Kokoh Dharma

Ardi dimana? Jangan kabur lagi.
Cepet ke sini atau saya laporin eyang?

"Ish, nganceman nih sih Dharma."

Garuk kepala yang sedikit gatal karena keringatan, gue berpikir keras buat enggak dateng. Badan gue sakit banget hari ini, rasanya bakal ancur kalau harus ke sana.

Kegiatan gue terhenti setelah sadar kalo di sebelah gue masih ada Iyo dan barusan—iya barusan, gue ngeluh pake suara gede.

Noleh ke Iyo yang kini micingin mata ke gue seolah mencurigai sesuatu. Matanya kemudian mendelik sebelum akhirnya ngomong, "Jangan bilang selama ini lo kabur dari dia?"

Berdehem sesaat, secara terpaksa mengakui. "Yah, beberapa kali sih."

"Gila lo ya? Jadi selama ini lo ke tempat dia dan nggak ngapa-ngapain?"

"Eung ... beberapa kali kabur, terus sisanya tawar-menawar."

Jawaban gue dapet pelototan dari Iyo, dia baru aja mangap buat protes sebelum gue potong lagi.

"IH TAPI uhuk—" Sialan gue keselek ludah sendiri. Usai batuk-batuk pelan yang cuma diliatin sama Iyo—sialan emang, kasih minum kek—gue lanjut bicara, "Hari Minggu kemaren gue lakuin kok, akhirnya."

Dari cara pandangnya ke gue, Iyo kayak nggak percaya. Tapi dia nyentakin kepala ke samping sembari narik napas sampe akhirnya natap gue lagi.

"Terus sekarang lo mau kabur lagi? Mau sampe kapan, Shak? Lo mau ngulur waktu sampe waktu lo abis?" Iyo ngehela napas.

Meski dia songong bukan kepalang sama gue, terbesit wajah kekhawatiran di mukanya.

Gantian, gue yang hela napas.

"Kalo cara kayak gini yang lo maksud dengan gue bisa ngatasin semuanya sendiri, mending dari awal gue langsung lapor ke eyang atau bokap-nyokap lo, Shak."

Ar.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang