H ˹Perang Saudara˼

363 33 10
                                    

"Ar, makasih ya udah nemenin gue ke opera."

"Hm," gumamku buat menjawab.

Melangkah menuruni motornya, lalu melepas helm, dan menyodorkan benda itu ke empunya dengan kepala yang menunduk.

"Ar?"

"Hm?"

"Sariawan? Ham-hem mulu lu macem kuda."

"Apaan dah," kataku mengabaikannya. "Udah ya, gue masuk."

Kakiku memutar, membelakanginya untuk melangkah memasuki rumah.

"Ar?"

Kepalaku menoleh sembari menyaut jengah, "Egh, apaan?"

"Sini," pintanya. Telapak tangannya mengibas angin ke bawah, menyuruhku mendekat.

Dan terpaksa ku lakukan.

Ardi mendekatkan mukanya ke mukaku ketika posisiku berdiri di hadapannya, membuat jantungku seakan-akan berdisko. GILA. Ini terlalu dekat sehingga mataku refleks terkatup. Lalu tanpa ku sangka, dia membisikan sesuatu di telingaku.

"Kemeja flanel gue jangan lu embat, Kambing!"

BANG-SAT.

Refleks ku tinju perutnya hingga dia mengerang sakit.

"Mampus," umpatku.

Melepas kemeja yang ku kenakan tanpa terkancing itu, lantas ku lemparkan begitu saja ke wajahnya.

"Pergi sana lo, Babi!"

Dengan keidiotan supernya, dia malah terkekeh. "Yaudah, aku pulang ya sayang. Salam buat papa sama Ruby!"

Belum ada semenit, dia berhasil melajukan motornya meninggalkan pagar rumahku. Menyisakanku pada kekecewaan.

Berjalan lesu memasuki rumah, aku kelaparan. Dia bahkan enggak mengajakku makan malam. Cih, mau nangis rasanya.

"Abis pergi sama Ardi?"

"Hm," sautku lemah.

"Berdua?"

Mengangguk sebagai jawaban. Ku langkahkan kaki menuju dapur, mendapati bahwa tak ada makanan jadi maupun bahan makanan di semua sudutnya.

Ah sial, aku benar-benar lapar.

"Kemana?"

Menatap Ruby yang terus menyerangku dengan pertanyaan, dia membalas dengan pandangan penuh tanya.

"Opera."

"Ngapain?"

"Nonton opera lah."

"Kenapa harus sama lo?"

SHIT. Bawel banget sih anak ini. Beruntunglah kau karena aku yang diajaknya. Coba kalau Ardi mengajak Ruby, dia pasti nangis sesegukan di kamarnya.

Yeah, dia selebai itu terkadang.

"By, gue laper jadi nanti aja nanya-nanya nya."

Ruby mendengus, beranjak ke ruang tengah dengan langkah yang dihentak keras-keras. Selepas perginya, ku buka ponsel dan memesan sepaket hamburger dengan kentang goreng ukuran besar plus segelas soda berukuran sama.

"By, mau order makanan juga nggak?"

Dia tak menyaut.

Bodo amat deh.

Selagi menunggu pesananku sampai, pikiranku melayang ke sana-kemari. Hingga tiba-tiba pertanyaan ini melayang dari bibirku kepada Ruby yang duduk di sofa tak jauh dari meja makan ini.

Ar.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang