PINK

2.3K 153 1
                                    

⬆⬆⬆Honey⬆⬆⬆

#Honey

Sejak perbincangannya dengan Hilal pagi itu, Honey belum juga keluar dari kamarnya. Dua hari Honey hanya mengotak-atik handphone dikamar untuk menghilangkan jenuh. Atau sekali-kali menatap pantai dari jendela kamar. Sejak sarapan waktu itu dia juga belum bertemu Hamdan. Tampaknya pria itu tidak pulang ke Qaffay.

Tapi pagi ini, Honey kalang kabut mencari handphonenya. Seluruh pelayan wanita dikamar akhirnya ikut turun tangan mencari.

Duh, kok bisa tidak ada si handphoneku. Semalam kan aku letakkan di console table. Kemana ya? Apa jangan-jangan..

"Hmm maaf Qory, apa semalam Sheikh Hamdan pulang?" Honey mencurigai keisengan Hamdan.

"Ti.. tidak, Nona. Yang mulia tidak singgah." Qory menjawab dengan agak gugup, pasalnya Sheikh sudah berpesan kepada mereka semua kalau jangan sampai Honey tau kalau semalam dia ke Qaffay untuk menengok tawanannya sebelum pergi ke New Maket, UK. Honey kembali mencari.

"Hmm sedang sibuk sekali kalian." Suara bariton pria menghentikan aktivitas didalam kamar itu, semua orang menoleh. Hilal sedang berdiri diambang pintu berkacak pinggang.

"Sedang cari apa sih?" Hilal masuk dan menghampiri mereka.

"Handphone saya menghilang pagi ini. Semalam saya taruh di meja itu. Kemana ya sekarang?" Honey mengedarkan pandangan ke kolong meja.

"Uh-Hmm.. mungkin kau lupa. Sudah lah biar mereka saja yang mencari. Apa kau tidak bosan seharian kemarin dikamar? Mari ku ajak berkeliling." Hilal membalikkan badan dan menahan senyum geli. Dia tahu kalau handphone Honey dibawa Hamdan semalam, sebagai kenang-kenangan selama di UK.

"Oh oke. Qory, nanti saja kita lanjutkan mencarinya." Honey mengekor Hilal keluar kamar. Kakinya sudah jauh lebih baik hari ini akibat perawat yang mengobatinya tiap pagi dan malam. Dia sudah bisa berjalan meski masih ngilu.

+++

"Apa semalam tidurmu nyenyak, Nona?" Hilal memecah keheningan. Sedari tadi mereka berjalan beriringan tapi tak sepatah katapun terlontar dari mulut Honey. Hilal kira dia akan menanyakan Sheikh.

"Ya, lumayan. Tidur saya selalu nyenyak kalau tidak ada orang itu disini. Kemana dia belakangan ini?" Jujur saja Honey ingin tau kemana penculiknya itu.

Tidak bertanggung jawab! Membawa ku kesini tapi malah menitipkanku dengan segudang pelayannya. Menyebalkan! Kalau saja aku tidak sadar betapa indahnya pulau ini, aku sudah berenang hingga ke Jumairah. Kenapa sih aku belum juga diperbolehkan pulang?

Honey bisa merasakan Hilal tersenyum melihatnya. Honey menoleh.

"Kau merindukannya ya? Ayo jujur." Mereka berhenti disebuah anak tangga teratas rumah itu.

"Tentu saja tidak! Saya hanya ingin cepat pulang saja." Mereka kembali berjalan. Dirooftop itu ada rumah kaca yang teduh dengan berbagai bunga dan tanaman rambat. Diujung ruangan ada pintu kaca lagi. Hilal membukanya, mereka masuk ke sebuah ruangan yang mirip ruang baca.

Honey dibuat takjub dan heran dengan ratusan kertas/perkamen kekuningan yang ditempel menutupi dinding seperti lumut. Angin pantai mengibar lembut lembaran-lembaran itu. Kerlingan sinar matahari yang masuk lewat kaca warna-warni membuatnya berpendar indah seperti pelangi.

"Indah sekali! Apa ini?" Honey mendekat untuk melihat lebih dekat tulisan-tulisan di kertas itu.

"Itu adalah isi hati." Honey menoleh bingung. Hilal tersenyum dan mendekat.

The Only Exception (Sheikh Hamdan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang