Deeper silence

1.7K 130 4
                                    

#Fazza

Ingin rasanya Fazza membungkam honey saja agar dia berhenti mengatakan hal itu. Tapi ketakutan yang begitu besar membuat Fazza tak kuasa dan membuatnya tak tau harus berbuat apa. Semua yang dia katakan membuatnya sangat ketakutan. Takut kehilangannya. Semua macam perasaan berbaur dibenaknya saat ini sampai dia merasa dadanya sesak akan seruakan isi hatinya yang tak tersalurkan. Dia duduk sejenak dibelakang pintu itu.

Honey! Aku takut! Aku pengecut! Aku takut tapi aku pun tak mau kehilangan mu. Aku tak tau kenapa kau membuatku serba salah begini Honey. Kenapa kau tidak bisa mengerti apa yang aku rasakan Honey! Aku hanya tak tau kapan dan bagaimana harus mengatakannya. Aku takut pada keraguanku sendiri Honey! Aku tak tau apa kau membenciku apa kau mencintaiku apa kau.. arghhh Honey!

Fazza berdiri dan membuka pintu tadi untuk mengejar Honey.

"Honey!" Gadis itu tak ada di manapun.

"Honey!" Fazza berlari keluar gang menuju jalan raya yang sepi dibelakang hotel mewah itu. Tapi hanya angin laut yang mengibas kanduranya. Fazza terduduk di tepi jalan.

Apa benar Ya Rabb, apa benar aku takkan melihatnya lagi?

Tanpa diinginkan, air mata Fazza menetes. Dan tanpa Fazza sadari, Hilal sedang memperhatikannya diujung gang.

#Honey

"Assalamualaikum!" Knock.. knock.. Honey mengetuk rumah tetangganya itu, satu-satunya tujuan honey karena kunci rumahnya masih dihotel.

"Waalikumsalam.. Honey?? Kau kenapa nak? Ayo masuk." Mrs. Salman merangkulnya masuk. Honey duduk di ruang tamu dan Mr. Salman dihadapannya sedang si isteri berlarian ke dapur mengambil minum untuk honey.

"Ini nak, minum dulu kau tampak sangat kacau." Honey hanya tersenyum dan menyeruput teh hangat itu. Matanya bengkak karena sepanjang jalan tadi dia hanya menangis.

"Honey, kau kenapa? Ceritakan padaku nak." Mrs. Salman duduk disampingnya dan mengangkat dagu honey agar dia menatapnya. Honey tak bisa menahan air matanya lagi. Dia menggeleng dan menangis. Mrs. Salman memeluknya.

"Sayang.. sebaiknya kau istirahat."

+++

Dikamar yang mungil itu Honey terjaga, dia menatap kosong langit-langitnya sampai suara kebutan mobil menarik perhatiannya. Dia menyibak gorden sedikit untuk mengintip.

Sean? Untuk apa dia disini! Dan.. Omar?

Sean memencet bel gerbang honey dengan tak sabaran. Omar meneriaki namanya. Melihat pria itu honey hanya ingin menangis saja.

Kenapa kau yang datang Omar? Kenapa tidak Hamdan hah?

"Honey? Pria itu.."Mrs Salman masuk kekamar itu.

"Bilang saja, Bu kalau aku tidak pulang." Mrs Salman yang melihat air mata Honey, dia hanya mengangguk. Dia mengerti sekarang apa masalahnya.

Mr. Salman keluar dan menghampiri kedua orang itu dan tak lama kemudian mereka pergi.

Jujur, Honey sangat berharap kalau Hamdan yang akan menghampirinya. Tapi pria itu dan semua orang mungkin benar,

Kau hanya serpihan debu bagi mereka Honey! Meskipun seorang Sheikh pernah membutuhkannya, tapi sekarang tidak! Dia sudah sadar kalau kau hanya aib baginya yang, kau hanya bualannya, kau adalah kesalahan terbesarnya! Bagaimana bisa kau menganggap kau lebih dari itu Honey?

Honey memejamkan mata menahan sesak di dadanya. Matanya terasa berat tapi tak seberat batu yang mengganjal hatinya yang menekan perasaannya dan menyakiti tiap rusuknya. Honey tertidur dengan harapan saat dia bangun nanti dia akan berada di kehidupan yang lain.

You are like a cloud
That flies me so high to
And falls me like a raindrop

You are like a sword
I must be torn a part
As I hold you closer

I was so high to see the thunder
I was terribly hurting as I trusted you
I was perfectly silly been behind you

Dia mulai bermimpi, Hamdan memanggil-manggil namanya ditengah gemuruh hujan. Tapi honey sama sekali tak mengindahkannya.

Honey... Honey.. Honey..

Honey hanya menangis dalam mimpinya sendiri.


#Fazza

Hanya dengan 30 menit Fazza tiba di depan rumah Honey. Hujan tiba-tiba menguyur Dubai.

"Honey!! Honey!! Honey!!!" Fazza bisa melihat kalau honey belum juga kembali karena gerbangnya terkunci dari luar. Menyadari ini dia hendak masuk kembali ke mobil dan menunggu disana. Tiba-tiba seorang pria yang keluar dari rumah kecil disebelah rumah honey memanggilnya.

"Sheikh? Ikut saya sebentar." Pria itu membawa payung dan memayungi Fazza kerumahnya. Dia tau kalau orang itu pasti tau sesuatu.

"Dimana Honey pak? Apa anda tau sesuatu?" Fazza nyaris mengguncang tubuh pria tua itu.

"Sssttt.. jangan berisik Sheikh." Pria itu membawa Fazza kedalam dan tanpa suara Fazza mengikutinya sampai kedalam. Mereka menuju ke sebuah pintu yang setengah terbuka. Dengan ragu Fazza membukanya dan didapatinya,

Honey??

Dia langsung masuk dan berdiri disamping seorang ibu-ibu yang sedang mengompres kepala honey dengan kain. Setidaknya Fazza lega kalau honey disini ternyata. Tetapi melihat keadaannya yang kacau membuatnya tak keruan juga.

Lagi-lagi aku membuatmu pergi sendiri ditengah malam.

"Sebaiknya anda jauhi dia, Sheikh." Pria tua tadi berkata sambil memegang bahu kiri Fazza. Dia menoleh dengan tatapan nanar.

"Maksudmu, Pak? Anda tidak tau keadaannya, Pak." Fazza balik menatap Honey lagi. Mr. Salman Menuntun Fazza ke ruang tamu yang tidak besar dan sederhana itu.

"Saya tau anda, Sheikh. Dan begitu pun Honey. Dia sudah seperti anak bagi kami. Kami tau apa yang tak dia katakan dan kebenaran dari apa yang dia ceritakan. Jika dia bilang dia baik-baik saja, berarti dia bohong." Fazza berdebar.

"Tapi malam ini sepertinya semua sudah jelas. Meski dia belum mengatakannya, saya tau Sheikh. Saya tau dia baru saja jatuh dari ketinggian. Siapa yang akan tetap diam dibawah kalau anda menerbangkannya ke atas? Dan siapa yang tidak jatuh saat kau telah membawanya ketempat yang sangat tinggi lalu anda melepaskannya begitu saja?" Fazza merasa hatinya tertusuk-tusuk. Ingatannya menslide waktu ke waktu selama 2 bulan kurang ini. Dia masih diam.

"Apa anda kira dia berbeda, Sheikh? Anda tidak lain hanya mengiranya kuat saat jatuh nanti. Dia sama Sheikh, bedanya hanyalah dia diam dan mencoba tidak peduli. Tapi sekali lagi, dia hanya mencoba apa yang tidak bisa dia lakukan. Saat dia jatuh dia terluka juga Sheikh.

"Lalu saya harus apa, Pak?"

"Saya yang seharusnya bertanya, Sheikh. Kenapa anda masih ingin menemuinya?"

"Karena saya.. sejujurnya saya.." Fazza menanggungkan kalimatnya.

"Demi tuhan Sheikh, anak itu hanya berpikir kalau anda menjadikannya preparat percobaan anda. Kenapa anda melakukannya Sheikh?" Istri pak Salman keluar dan menyambar.

"Saya minta maaf Sheikh. Kalau anda benar mencintainya, anda akan tau apa yang harus anda lakukan. Sebaiknya anda pulang Sheikh, ini sudah larut."

"Jaga Honey. Saya pamit, assalamualaikum."
Hujan membasahi Fazza. Dia tidak langsung masuk ke mobilnya, melainkan berjongkok di depan gerbang kayu itu dan air matanya mengalir sederas hujan malam itu.

The Only Exception (Sheikh Hamdan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang