Hello for Bye

1.6K 116 3
                                    

#Honey

Honey degdegan kenapa tiba-tiba Hamdan menariknya menjauh dari koridor. Mereka setengah berlari. Kehabisan nafas, Honey menghempas tangan Hamdan. Tapi tangan itu malah membuatnya semakin erat mencengkeram. Honey memilih berhenti, meski resikonya dia hampir tersungkur ke depan. Honey duduk di lantai sambil mengumpulkan nafas. Tapi nafasnya mendadak berhenti saat Honey melihat sesuatu.

"Hey, ayo bangun Honey." Hamdan menarik tangannya lagi.

"..."

"Hello?" Hamdan menjentikkan jari didepan wajah Honey. Tapi itu tak membuat Honey tersadar. Honey masih diam dan pandangannya mulai merunduk perlahan saat objek didepannya berlalu.

"Honey? Kau tidak papa kan? Kau lelah ya?" Hamdan berjongkok dihadapannya.

Benarkah? Benarkah? Benarkah tadi Omar?

"Honey!" Suara Sean dibelakang mereka. Honey bisa merasa orang menyebalkan itu mendekat. Hamdan berdiri.

"Kenapa anda mengikuti kami hah?"

"Apa yang terjadi? Apa yang kau lakukan tadi? Dan sekarang, kenapa honey?"

"Bukan urusanmu sama sekali." Tak mengindahkan Hamdan, Sean berlutut dan menepuk bahu Honey. Seketika Honey berdiri dengan mata sudah berkaca-kaca dia berjalan kearah kamarnya lagi.

Kedua pria tadi bingung dan mengikuti Honey. Gadis itu mempercepat langkah hingga berlari. Sampai dikamar dia langsung menguncinya.

"Honey? Kau kenapa?"

"Honey kalau Hamdan melakukan sesuatu padamu katakan Honey, aku akan menghajarnya." Mereka tak tau gadis dibalik pintu itu sedang menangis.

Dibalik pintu Honey perlahan terduduk ke lantai dan dengan tatapan kosong, air mata tanpa alasan itu membasahi pipinya.

#Sean

"Ada apa dengan matamu sayang?" Tanya penata rias melihat mata Honey yang agak sembab itu.

"Tidak ma'am, mungkin hanya lelah."

"Kukira kau menangis." Honey hanya menggeleng.

Honey kenapa ya? Kurasa terjadi sesuatu.

"Honey? Jujur, kau tidak papa kan?" Sean bertanya.

"Apa pedulinya anda?" Honey tak menolehkan kepala sama sekali. Dia masih marah.

"Honey! Aku peduli padamu. Sangat. Kau belum mengerti juga, Hon!"

"Sean, apa yang kau katakan hah? Dia inikan kekasih Sheikh Hamdan." Penata rias tadi menyambar.

"Saya bukan..." Honey berhenti berkata saat melihat dari cermin, siapa yang masuk ke ruang make up.

Kenapa dia terpaku pada pria itu? Apa dia mengenalnya? Atau dia terpesona?

"Hey kau seperti tak pernah melihat pria tampan saja. Aku kan juga tampan. Kenapa kau jadi diam Honey?" Pria yang merasa diomongi itu menoleh. Honey buru-buru membuang pandangan ke arah cermin lagi dan melanjutkan kata-katanya.

"Maksud saya, ya benar. Sebentar lagi saya dan His Highness akan bertunangan."

Ah kenapa dia ini? Kukira dia akan mengatakan sebaliknya.

"Hon.. Honey?" Sean menoleh kearah suara itu. Pria Arab tampan tadi menghampiri mereka dengan mata membelalak kearah Honey.

"Honey, kau mengenalnya?" Sean bertanya.

"..." Honey diam saja seakan tak peduli.

"Honey, ini aku, Omar. Kenapa kau tak mau menatapku?" Honey berdiri dan menatap Omar sebentar.

"Apa kabar Honeyku? Aku rindu padamu." Omar hendak menyentuh lengan Honey.

What?? Siapa sih dia?:/

"..." Honey malah berlalu meninggalkan mereka semua dalam keadaan bingung satu sama lain.

"Siapa kau?" Sean bertanya pada Omar.

#Omar

Kenapa tiba-tiba begini ya? Apa aku memang ditakdirkan bertemu dengannya lagi di Dubai? Lalu, bagaimana Jasmine? Kurasa dia takkan membiarkanku pergi.

"Leganya..." Jasmine menghampiri Omar.

"Apa yang membuatmu lega?"

"Kau tau, aku membiarkanmu pergi kesana sayang." Dengan wajah sumringah Jasmine mengatakan hal yang sedari tadi diragukan Omar.

"Benarkah? Kenapa?"

"Karena sudah ku pastikan kalau Eclaire tidak ada di Dubai. Temanku bilang kalau wanita itu dideportasi dari Dubai oleh Sheikh Mohammed."

Apa? Dideportasi? Tapi kenapa? Percuma saja Omar kau kesana kalau begitu.

"Kurasa lebih baik aku ambil job disini saja. Dubai terlalu jauh." Omar bangun, hendak ke kamar saja. Dia merasa badmood mendengar berita tadi.

"Sayang? Jangan lakukan itu! Jangan menolak rezeki apalagi yang sebesar ini. Pokoknya tidak! Kau harus kesana." Omar menatap istrinya agak kesal. Wanita itu entah kenapa seakan terus berubah dari kesan pertama Omar mengenalnya. Omar mengangguk kecil.

+++

Hari kedua di Dubai, Omar dijadwalkan untuk pemotretan. Dia menuju ruang fitting, dan sebelumnya di hadang seorang wanita.

"Mr. Algala. Senang bertemu denganmu. Saya Ameera, temannya Jasmine."

"Oh ya. Senang bertemu anda juga. Saya harus pergi, permisi."

"Wait.. Ya saya tau anda mau ke fitting room kan?"

"Ya, dimana letaknya ngomong-ngomong?"

"Nah, saya kesini untuk bilang kalau anda akan di make up dulu. Jadi mari saya antar."

"Okey. Thanks." Omar mengikuti Ameerah hingga tiba didepan pintu sebuah ruangan.

"Masuklah, saya akan mengurus yang lainnya. Bye." Ameerah berlalu dan Omar masuk kedalam. Dia masuk tak menghiraukan yang lainnya, kecuali temannya disudut ruangan. Omar hendak melangkah kesana tapi seperti ada yang menyinggung masalah ketampanan. Merasa tampan, Omar menoleh dong. Ada seorang pria bule dan 2 orang lain yang satu sedang merias dan yang satu..

Honey?

Dengan jantung yang tiba-tiba berdegup exciting, Omar menghampiri gadis itu dengan tidak percaya.

"Ya, benar. Sebentar lagi saya dan His Highness akan menikah."

(Deg..) Apa?! His Highness.

"Hon.. Honey?" Gadis itu bangkit dan segera berlalu saat Omar menanyakan kabarnya selama ini.

Hello for Bye Honey :(

The Only Exception (Sheikh Hamdan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang