"Kau mau nonton apa ?
"Terserahmu saja."
"Om Jorge, Evan mau film itu." Kuikuti arah telunjuk Evan. Dia menunjuk sebuah film horor ? Jelas saja aku akan menolak keinginan Evcan. Umurnya masih sangat kecil untuk menonton film seperti itu.
"Tidak Evan. Kamu masih kecil sayang." Ucapku pada Evan. Kulihat matanya berkaca-kaca. Hei sejak kapan anakku jadi mudah menagis seperti ini. Aku berjongkok merendahkan badanku agar menyamakan Evan.
"Dengar sayang. Film itu menakutkan untukmu. Nanti kalau kamu sudah besar, Kamu boleh nonton film itu." Bujukku pada Evan. Kuelus kepalanya dengan sayang.
"Tidak pa, Evan mau itu."
"Sudah Kyle. Turuti saja apa kemauan Evan." Aku melotot mendengar ucapan Jorge. Apa dia gila ?
"Tapi Jorge ?"
"Maaf tuan, Antrian dibelakang sudah menunggu."
"Ah baiklah. Tiga tiket untuk film yang tadi." Pada akhirnya aku harus menuruti apa yanbg dimau oleh Evan. Entahlah apa jadinya nanti jika Evan melihat adegan yang seharusnya tidak dia lihat. Oh tuhan, semoga saja nanti EVan tertidur selama film mulai.
"Ini tiket anda dan sepuluh menit lagi film akan mulai. Selamat menonton." Aku tersenyum pada wanita ramah yang bertugas. Aku tersenyum hanya untuk berterimakasih dan tak enak karena sudah membuat antrian menjadi panjang.
"Emm Jorge, Aku mau ke toilet sebentar. Hanya mencuci muka. Kalian duluan masuk dulu saja tak apa." Ucapku pada Jorge. Aku hanya ingin mencuci mukaku. Jornge mengangguk danmemberikanku satu tiket. Aku mengertimaksudnya. Jadi, aku langsung berjalan menuju ke toilet. Untungnya toilet tidak jauh dari tempat kami berdiri.
Aku membasuk mukaku. Kuambil tisu dan ku kerinkan mukaku dengan tisu. Tak mau berlama-lama didalam toilet, aku langsung keluar dari toilet dan menyusul mereka yang kutebak mereka sudah masuk kedalam.
Bruk...
Mampus ! Aku tak sengaja menabrak seseorang. Popcorn yang dibawanya jatuh berceceran di lantai. Aku langsung berjongkok dan membersihkan popcorn yang berserakan dilanytai.
"Bodoh ! Kau jalan pakai mata tidak ?!"
Deg
Aku mengenal suara ini. Ya aku tahu. Sangat kenal.
"Ma-Maaf saya tidak sengaja." ucapku setengah gugup. Entahlah apa yang terjadi nanti kalau dia melihatku. Tanganku gemetar memegang kotak popcorn. Aku sadar banyak orang yang memperhatikan kami. Segera kuberdiri. Kuserahkan kotak yang tadi jatuh padanya tanpa melihat kearahnya. Aku tidak mau dia melihatku. Aku menundukkan kepalaku agar dia tidak menyadari kalau orang yang menabraknya adalah diriku. Tanpa mau mendengar ucapannya atauun jawabanya, aku langsung membalikkan badanku dan berjalan balik menuju toilet.
"Stop ! Tunggu ! Aku tahu siapa kau." Langkahku terhenti. Aku mematung. Apa maksudnya ? Dia tahu diriku ? Apa mungkin ?
"Kalian semua pergi !" Kudengar dia seperti mengusir orang-orang yang sedang melihat kami. Entahlah aku merasa seperti bahan pertunjukkan. "Apa sopan meminta maaf tanpa melihat orangnya ?"
"Ma-maksud anda ?"
"Kyle Ty. Apa kau lupa aku siapa hm ? Apa sekarang kau menjadi bodoh ? Hingga tak punya rasa sopan ? Ah aku ingat kau mungkin memang tidak punya akal. Kau dulu mengaku hamil bukan ? Ck... Menjijikan !" Entahlah. yang jelas aku cukup sakit hati mendengarnya. Kenapa dia menjadi sangat bermulut tajam seperti ini ?
"Kau kenapa diam gay ? Kalaupun kau hamil dan mempunyai anak, mungkin dia sama sepertimu. Menjijikan." Aku berbalik. Memandanginya. Kulangkahkan kakiku mendekat padanya.
Plak
Satu tamparan kudaratkan di pipi kirinya. Aku memang menjijikkan. Aku tak apa jika dia menghinaku semaunya. Tapi, aku tidak akan sudi dia menghina anakku. Siapapun itu. Aku tak mau ada yang menghina anakku. bagaimanapun keadaanku, Anakku pasti akan jauh lebih baik.
"Dengar tuan ! Aku tidak mengerti dengan anda. Mulut anda terlalu pedas untuk seorang pria. Anakku tidak menjijikkan. Justru seseorang yang menjijikkan adalah orang yang tak bertanggung jawab. Aku tak akan menyebutkan namanya. Tapi, perlu anda ingat. Suatu saat anda akan menyesal atas apa yang anda ucapkan." Aku pergi meninggalkan dia yang diam. Aku tidak perlu berterimakasih bukan ? Bahkan kurasa terimakasihku dianggapnya menjijikkan. Aku berjalan melewatinya dan memilih menyusul Jorge dan Evan.
Kulihat Film ternyata sudah terputar. Aku mencari tempat duduk. Tempat duduk kami ternyata berada tepat ditengah. Aku mendatangi mereka dan langsung duduk disebelah Evan. Kukecup keningnya.
Kata-katanya masih terngiang dikepalaku. Tidak. Evan tidak menjijikkan. Bahkan dia lucu, disenangi banyak orang. Hanya orang bodoh yang menganggap anakku buruk.
seketika bayangan-bayangan masa laluku terputar kembali. Hanya bertemu dengannya mampu memutar kejadian dulu yang sangat menyakitkan. Bahkan sangat menyakitkan.
Flashback
"Kyle, lebih baik kita ke dokter. Dari tadi kamu muntah terus." Ucap ibuku. Dapat kulihat raut wajah kawatir. Tentu saja aku menolaknya. Aku sudah tahu kenapa aku seperti ini. Sungguh ingin sekali aku memberitahukan apa yang benar-benar terjadi padaku. Tapi, Apa mungkin ? Aku takut mereka menolaknya. Bahkan juga lebih buruk dari itu.
Pada akhirnya beristirahat di dalam kamar. Lagi-lagi aku melewatkan sarapanku. Selalu saja rasa mual datang saat mencium bau masakan.
Apa aku harus jujur ? Kutatap langit-langit rumahku. Kalaupun aku menutupinya, lama-lama pasti juga mereka akan tahu.
Sepandai-pandainya menyembunyikan bangkai, pasti akan tercium.
Sepertinya aku memang harus jujur pada mereka. Ya, aku yakin kalau aku bisa. Mereka sayang padaku. bahkan setiap saat aku bisa merasakan kasih sayang mereka yang sangat besar. Aku optimis kalau mereka akan menerima keadaanku yang sekarang. Aku akan jujur pada mereka kalau saat ini aku tengah hamil.
Aku keluar dari kamarku dan berjalan ke meja makan. Kulihat mereka berdua tengah makan. ya, anak mereka hanyalah satu yaitu aku. Entah kenapa mereka tidak mau menambah anak lagi.
"kyle ? Bukankah kau sedang sakit ?" Tanya ayahku padaku.
"Emmm. Aku ingin berkata sesuatu pada kalian." Ucapku sembari mendudukan diriku dikursi. Dapat kulihat mereka sedang bingung.
"Kenapa sayang ?"
"Aku tidak tahu kalian akan percaya padaku atau tidak. Tapi, Ini mengatakan semua." Kuserahkan semuah map pada mereka. Ayahku mengambilnya dan membaca. Kuyakin dia kaget. Sekarang, Aku hanya mampu menundukkan kepalaku.
"Ja-jadi kau ha-hamil ?"
"I-iya mom." Jawabku. Kudengar isakan tangis ibuku. Bukan isakan bahagia. Tapi isakan menyakitkan yang kudengar.
"Kyle Ty. Seorang pria yang hamil." Aku semakin menundukkan kepalaku mendengar ucapan dingin ayahku. "Aku tidak marah padamu kyle." Sontak saja aku mendongakkan kepalaku. Menatap ayahku tak percaya. Apa dia menerimaku ?
"Tapi Aku akan mengucapkan selamat tinggal padamu. Mulai sekarang kau bukan anak kami lagi. Aku tidak mempunyai anak gay sepertimu. Pergi dari rumahku !" Jatuh sudah airmataku.
flashback end.
"Kyle ! Hey !" Aku terkejut mendengar jorge memanggilku. Langsung kuhapus air mataku dan tersenyum padanya menandakan kalau aku tak apa.
"Kau menangis ?" Sekali lagi aku tersenyum dan menggelengkan kepalaku.
"Filmnya membuatku terharu Jorge." Jawabku.
"Ini film horor Kyle." Jawab jorge dan membalikkan posisi duduknya seperti semua. Aku merutuki diriku sendiri atas jawaban bodohku.
Kulirik sebelahku. Tepatnya Evan. Dia tertidur ? Sejak kapan ? Ah bagus, jadi dia tak perlu menonton film seram seperti ini.
TBC
Update lagi.
Vomment ya 😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt To Love You
RomanceMpreg Gay story Homophobic ? Gak usah baca ! Highest rank #122 in romance •-•-•-•-•-•-•-•-•-•-•-•-• "Bagaimana kalau terjadi apa-apa denganku ? Apa kau masih mau denganku ?" Ucapku dengan pelan. Aku berusaha menatap tepat dimatanya. "Tentu...