Kyle Ty POV

21.4K 1.8K 57
                                        

Sesuai dengan janjiku pada Brenda, hari ini aku mengunjunginya juga sekalian untuk menjemput Evan. Sekarang, aku didalam rumahku dulu. Hah, sungguh aku merindukan tempat tinggalku ini. rasanya tetap sama seperti dulu. Memang tidak ada satupun yang di ubah atau dipindahkan oleh Brenda. Semua masih tetap di posisinya seperti dulu. Evan sedang bermain dengan Tian entah apa yang mereka mainkan aku tak tahu. Sedangkan aku, membantu Brenda menyiapkan makan siang.

"Sepertinya hubungan kalian semakin membaik." Aku menoleh kearah samping kananku. Aku tersenyum padanya.

"Iya bi. Setidaknya apa yang dia bilang dulu memang benar dia buktikan." Jawabku. Kulihat Brenda tersenyum menanggapi jawabanku.

"Dan bibi juga lihat kalau kau sangat mencintai dia. Matamu mengatakan semuanya." Sekali lagi aku tersenyum mendengarnya.

"Ah sudahlah bi, lebih baik kita siapkan masakan ini. Aku sudah lapar."

"Hmm ? Perasaan bibi lihat tadi kamu sudah banyak makan camilan. Lihatlah badanmu sekarang sedikit gemuk." Sontak aku menghentikan kegiatanku dan melihat ke badanku sendiri. Apa aku gemukan ? Ah, kurasa tidak. Aku hanya mengendikkan bahuku saja.

"Jangan menggodaku bi."

*****

Saat ini kami berempat duduk dan menikmati makan siang kami. Kulihat Evan sangat lahap memakan makan siangnya. Senang melihatnya berkembang dengan cepat.

Ddrrtt...ddrrtt...

pandanganku beralih ke ponsel yang bergetar diatas meja. Itu bukan ponselku.

"Lebih baik kau angkat saja." Ucapku dan Tian mengangguk. Dia mengambil ponselnyua dan menjauh dari ruang makan untuk menerima panggilan tersebut dan makan siang kami lanjutkan. Mungkin tadi yang menelepon Tian menyangkut pekerjaan.

Tak lama, Tian kembali. Tapi, kulihat mukanya tidak sama dengan tadi.

"Kyle, ikut aku." Aku bingung dan hanya bisa mengangguk. Aku menoleh kearah Brenda dan dia pun juga mengangguk setuju kalau aku mengikuti Tian. Aku berdiri dari dudukku dan mengikuti langkah Tian yang sepertinya ke ruang tamu. Dia berhenti dan memandang kearahku yang sama sekali tak kumengerti apa maksud pandangannya.

"Ada apa ?" Tanyaku langsung padanya. Dia menghembuskan nafasnya dengan kasar. Aku tahu dia sedang tidak dalam keadaan baik.

"Kau berjanji dulu padaku kalau kau tidak akan meninggalkanku dan kau mau bertahan bersamaku. Mengerti ?" Aku bingung dengan apa yang di katakan Tian padaku. Apa maksudnya ?

"Apa maksudmu ? Tentu saja aku tidak akan meninggalkanmu."

"Berjanjilah !" Dan dia kembali memaksa. Huh !

"Iya Tian. Aku berjanji. Memangnya ada apa ?"

"Aku pegang janjimu. Tadi ayahku meneleponku dan dia tahu hubunganku denganmu. Dia memintaku untuk datang kerumahnya. Jadi, mungkin aku akan telat pulang atau mungkin akan menginap disana. Kau jaga diri dan jaga Evan. Aku janji akan menyelesaikan masalah ini dengan cepat." Aku terkejut dengan ucapannya. bahkan aku hanya mampu diam.

"Ba-bagaimana bisa ?"

"Entah, yang jelas sekarang aku harus pergi. Ingat, jaga diri kalian baik-baik. Nanti akan aku kirim supir untuk menjemput kalian." Aku mengangguk menanggapi Tian. Dia memelukku dan mencium keningku dan yang kulakukan hanyalah diam. Aku tidak tahu harus bagaimana. Bahkan, Tian pergi pun aku masih tetap berdiri di sini. Aku berpikir dan menebak pasti akan sangat sulit jalan yang kami lalui nantinya.

"Papa !" Aku terkejut mendengar suara anakku. Dia menarik baju bawahku.

"Ah ya ?"

"Papa melamun ! Kemana Daddy ?"

Hurt To Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang