Kyle Ty POV

29.6K 2.3K 46
                                        

"Apa kau berniat menculik anakku ?" Tanyaku padanya dengan sedikit emosi. Tentu saja aku emosi. Tiba-tiba dia bilang padaku kalau dia akan membawa anakku pergi. Apalagi dia mendatangiku ditempat kerja. Sungguh bodoh.

"Dia anakku juga. Lagipula kalau aku berniat menculiknya, aku tidak usah susah payah izin padamu. Ck, bodoh."

"Terserah. Yang jelas bagiku kau mau menculiknya. Tidak. Aku tidak akan mau kau membawa Evan walaupun itu hanya sekedar jalan-jalan."

"Kenapa kau masih tidak percaya denganku ?" Aku hanya mengendikkan bahuku. Aku berbalik arah ingin melanjutkan bekerjaku.

"Kyle ? Christian ?" Langkahku terhenti mendengar seseorang memanggil kami. Aku segera menolehkan kepalaku ke sumber suara. Ternyata Mario berdiri didekat kami. ENtah apa dia sedari tadi disana apa baru saja disana.

"Apa ?" Sekarang Christian yang berbicara. Entah aku melihat ketidaksukaan diantara mereka saat melihat satu sama lain. Wlaupun aku tidak pernah melihat mereka sekaligus seperti ini, tapi aku tahu kalau mereka saling tidak suka. Mungkin.

"Ngapain kau kesini ?"

"Aku ? Aku disini pelanggan dan menemui mantan kekasihku." Aku hanya diam karena kalau diriku berbiocara juga hanya takut kalau salah berbicara dan semakin membuat panas suasana. Kulihat sekelilingku. Pengunjung disini belum ada yang menyadari sama sekali.

"Mantan kekasih ? Kyle ? Dia kekasihku dan kau tidak berhan menemuinya. Kalian hanya mantan. Ingat itu" Aku baru pertama kali melihat Mario seperti ini. Rasanya berbeda saat aku bersama dia sebelum-sebelumnya. Mungkin karena sekarang dia sedikit emosi atau mungkin marah. Entahlah aku tidak tahu.

"Sudahlah kalian. Apa kalian tidak malu berdebat disini ?"

"Diam Kyle ! Lebih baik kau bekerja. Biar aku urus bajingan ini." Terkejut ? Tentu saja siapa yuang tidak terkejut. Tiba-tiba saja mario membentakku. Aku hanya diam dan mengangguk selanjutnya. Kulangkahkan kakiku untuk pergi dari sana. Lebih baik ku lanjutkan bekerjaku. Tapi, baru saja kulangkahkan kakiku seseorang mencekal tanganku.

"Tidak seharusnya kau membentaknya. Kyle ikut aku sekarang." Aku hanya diam dibawa Christian keluar restoran. Sungguh sekarang aku merasa seperti tak berguna sama sekali. Bagaimana tidak, tadi aku menuruti ucapan Mario dan sekarang aku mengikuti Christian. Kyle ?Kenapa kau begitu bodoh sekarang.

Christian terus menarikku hingga aku sadar kalau dia membawaku masuk kedalam mobilnya. Entah apa yang dilakukan. Sungguh membingungnkan. Dia membukakan pintu dan menyuruhku masuk. Akupun menurutinya. Tak lama dia masuk kedalam mobilnya. Dia duduk di sampingku. Suasana hening sejenak.

"Kenapa kau membawaku kesini ? Aku harus kembali bekerja." Ucapku memecah keheningan. Aku tak mengalihkan pandanganku. Tetap menatap lurus kedepan.

"Apa kau yakin kaau dia hanya menyuruhmu bekerja saja ? Kau tidak lihat atau tidak sadar sikapnya ?"

"Maksudmu ?" Sungguh aku tidak mengerti dengan apa yang diucapkan Christian padaku.

"Bahkan saat aku membawamu saja dia tidak mengejar kita. Ck." Sindirnya.

"Setidaknya dia tidak berkata kasar dan berbuat kasar padaku. Tidak sepertimu yang selalu kasar." Sindirku balik padanya. Kudengar dia menghela napasnya. Sebenarnya ada satu hal yang ingin aku tanyakan padanya. Ini menyangkut ucapannya kemarin yang dia bilang kalau aku belum kenal semua sifat Mario. Aku hanya ingin tahu itu. Jadi, Tidak ada salahnya kan kalau aku menanyakan itu pada Christian. Dia sendiri yang mengaku sangat tahu Mario.

"Christian. Sebenarnya ada yang ingin aku tanyakan padamu." Dia hanya berdehem. "Aku hanya ingin bertanya tentang Mario. ya, kau kemarin bilang sendiri kalau kau mengenalnya. Jadi tidak ada salahnya untuk ku tahu darimu. Bisa ?" Lanjutku. Aku berharap dia akan memberi jawaban yag kuinginkan.

"Apa kau ingin tahu ?" Aku mengangguk. Dia melihatku. Dia menyuruhkuuntuk melihatnya. Entah aku tidak tahu.

"Tatap mataku. Aku hanya takut kalau kau mengiraku berbohong." Aku mengangguk. "Mario dan aku dulu sering bermain. Ya walaupun aku lebih tua. Aku tahu sifatnya. Dia selalu posesif dengan apa yang di punya seperti mainan sewaktu kecil dulu. Bahkan dia tak akan rela mainannya dipegang siapapun. Kupikir itu hanya mainan. Hingga saat dia mempunyai kekasih, Dia posesif dengan kekasihnya."

"Kau juga posesif Christian. Sadar akan itu." Potongku.

"Jangan memotong ucapanku. Aku memang posesif. Tapi, Aku tidak seperti dia. Aku tidak bisa menjelaskannya dengan kata-kata. Yang jelas, dia semakin parah hingga sekarang. Maka dari itu. Kumohon berhentilah bekerja dan mencoba untuk menjauhinya walaupun pasti susah." Aku mengerutkan keningku.

"Kenapa ? Dia sangat baik denganku. Bahkan dia berjuang mendapatkanku. Dan kulihat dia sabar."

"Itu karena kau baru mengenalnya. Dia tidak akan mudah melepaskan apa yang dianggapnya miliknya. Dan kau kyle. Dia menganggap kalau kau hanya miliknya. Aku sadar itu. Memang sikapnya lembut. Tapi, tidak selamanya lembut. Dia orang yang sangat ambisius. Dia lebih arah denganku walaupun kelihatannya memang aku yang lebih kejam darinya. Terserah kau percaya apa tidak denganku. Aku sudah menjelaskannya padamu. Sebenarnya aku tidak mau memberitahumu karena aku mau kau sadar dengan sendirinya. Tapi kurasa kau begitu bodoh hingga tidak sadar."

"Aku tidak bodoh."

"Kau bodoh Kyle."

"Kau yang bodoh."

"Sudah intinya aku hanya ingin kau meninggalkan pekerjaan disana. Lagipula bagaimana bisa kau bekerja dengan dia." Ucapnya. Aku menghela nafasku dengan kasar. Enak saja dia dengan mudahnya menyuruhku berhenti bekerja. Apa dia pikir mencari pekerjaan itu mudah ?

"Tidak, aku sangat membutuhkan pekerjaan. Mau hidup dengan apa kalau aku tidak bekerja."

"berilah aku kesempatan. Aku akan serius denganmu. Aku akan membiayai semua kehidupanmu, Evan, bahkan Brenda juga. Kau sudah tahu bukan kalau aku tidak pernah bermain-main dengan kata-kataku." Ucapnya. Sekarang dengan seenaknya menyuruhku kembali padanya. Apa dia sudah gila ?

"Aku harus kembali bekerja. Permisi." Aku membuka pintu mobilnya dan segra keluar. Lebih baik aku melanjutkan pekerjaanku. Aku tidak peduli dengannya yang diam di mobil. Karena sekarang yang kupedulikan adalah hatiku. Entah kenapa sekarang banyak masalah yang menimpaku. Apa aku tidak bisa bersantai sebentar ? Hidup tanpa masalah ?

Jujur saja aku sedikit percaya dengan apa yang dijelaskan Christian tentang Mario. Walaupun aku belum sepenuhnya percaya dengannya. Ya, bagaima aku bisa percaya seratus persen dengannya setelah apa yang dia lakukan dulu. Tapi aku mendengar nada keseriusan saat dia menjelaskan. Apalagi yang diucapkannya memang benar kalau Mario memang tidak menyusulku dan mengejarku saat aku diseret Christian keluar. Tapi, apa mungkin Mario seperti itu ? Selama ini. Selama kami dekat, Mario selalu menunjukkan sikap dewasanya. Bahkan dia sangat perhatian padaku. Dia sangat baik. Tapi satu, Aku belum bisa menempatkan namanya dihatiku. Rasanya sulit karena aku masih terbayang-bayang dengan masa laluku. Siapa lagi kalau buka Christian.

Aku tidak bisa berbohong. Saat Christian meminta kesempatan padaku, aku merasakan bahagia. Ya, aku merasa senang. Tapi lebih besar rasa takut dibandingkan rasa bahagia. Sudah kuucapkan berkali-kali kalau aku takut dikecawakan oleh orang yang sama.

Semua membuatku bingung. ingin sekali aku tidak memikirkan hal itu sekarang karena yang harus kupikirkan sekarang adalah Evan. Ah aku jadi merindukannya.

Aku berpikir sebentar. Mungkin tidak apa kalau aku mengizinkan Christian mengajak Evan jalan-jalan karena bagaimanapun Evan pasti sangat bosan dirumah. Segera kuambiol ponsel di saku celanaku. Ku kirim pesan pada Christian. Aku mengetik pesan kalau aku mengizinkannya membawa Evan tapi nanti harus dia bawa pulang. Ya, Semua demi kebaikan Evan. anakku.

TBC

Update lagi 😊😊

Padahal lagi banyak pikiran tp masih sempet update hahaha

Vote dan komen ditunggu ya.

Hurt To Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang