Mungkin sekarang hubunganku dengannya sudah bisa dibilang lebih baik daripada sebelumnya. Ya, sebelumnya memang hubungan kami sudah lebih hangat dibandingkan dengan awal pertemuan kami. Sekarang, lebih dari sebelumnya. Christian sudah berkali-kali memintaku untuk pindah kekamarnya. Tapi berkali-kali juga aku menolaknya. Jelas saja aku tak mau pindah ke kamarnya. Bukan karena aku tidak mau atau takut. Hanya saja aku yakin kalau Evan akan mengikutiku dalam artian dia akan ikut denganku untuk tidur dikamar Christian. Sejak disini Evan menjadi semakin manja. Itu yang menjadi ketakutanku walaupun tidak sepenuhnya takut. Aku hanya tidak mau nantinya Evan akan menjadi sangat manja dan berterus sampai dia tumbuh dewasa. Aku ingin dia menjadi seorang pria yang mandiri nantinya.
"Kau sedang melamunkan apa ?" Kutolehkan kepalaku kearah samping. "Kyle Preston, aku bertanya padamu." Aku mendelikkan mataku padanya.
"Jangan merubah namaku." Dia hanya tersenyum dan melanjutkan acara filmnya yang terputar di depan kami. Hari ini memang kami bersantai di apartment. Bukan ideku tapi ide dia yang di sampingku ini. Padahal hari ini aku ingin mengunjungi Brenda sekalian juga menjemput Evan. Tapi dia menolak dengan alasan ingin menghabiskan waktu hari ini hanya berdua. Entah apa yang dia pikirkan. Apa doa tidak memikirkan anaknya ? Ck, bodoh !
"Tenang saja, tidak akan terjadi apa-apa pada Evan. Apa kau tidak mempercayai Brenda ?" Tanya Christian yang seperti bisa membaca pikiranku.
"Sejak kapan kau bisa membaca pikiranku ?"
"Sejak kita melakukannya."
"Tidak ada hubungannya bodoh !" Rasanya ingin sekali ku lempar bungkus makanan ringan yang ditanganku ini ke kepalanya.
"Aku ingin berbicara serius padamu Kyle." Aku hanya mengangguk menjawabnya. Dia mematikan tv yang menyala didepan kami. "Kau tahu kita sudah dekat seperti dulu. Bahkan rasanya kita sudah kembali lagi. Aku ingin memperkenalkanmu pada keluargaku." Terkejut, itulah perasaanku saat ini. Aku tidak tahu harus menjawab apa. Yang jelas, aku belum siap.
"Kita belum kembali. Ingatlah kita masih belum terikat hubungan apapun." Benar bukan ucapanku ? Kami berdua memang sama sekali belum terikat apapun.
"Jadi kau berharap aku menyatakan cinta padamu sekarang ? Apa yang semalam bukan pernyataan cinta ?" Aku diam memikirkan semuanya hingga aku tersipu karena mengingat kejadian kemarin malam. "Dan sekarang mukamu merah."
"Diam Christian. Lebih baik aku keluar belanja. Bahan makanan sudah habis."
"Tidak ! Biar aku saja. Kau disini saja." Bantahnya sungguh aku muak dengan perkataan posesifnya.
"Biarkan aku saja. Aku sudah muak melihatmu menenteng kantong belanja." Jawabku. Aku tak mau kalah. Kalau terus seperti ini pasti sangan membosankan. Hanya berdiam diri dirumah. "Apa yang kau takutkan ? Kau hanya perlu percaya padaku saja."
"Baiklah kalau kau memaksa." Akhirnya aku bisa keluar dari tempat membosankan ini.
*****
Bukan karena sebuah alasan saja aku kesini atau mungkin memaksa Christian agar mengizinkanku berbelanja. Aku memang sangat ingin keluar karena entah sudah berapa lama aku tidak menginjakkan kakiku keluar tempat tinggalku. Sekarang, rasanya mungkin seperti seseorang yang telah bebas dari penjara. Bisa menghirup udara bebas. Itulah yang kurasakan sekarang.
Aku mendorong troly sendiri. Aku memang ingin berbelanja sendirian saja tanpa ada Christian disampingku. Awalnya dia memaksa agar dirinya memaniku. Tapi dengan cepat pula ku larang dengan alasan aku ingin menikmati waktu berbelanjaku tanpa ada gangguan dari dirinya. Aku tidak berbelanja barang-barang pribadiku. Menurutku itu membuang uang. Bahkan tadi saat Christian memberikanku uang yang sangat lebih dari cukup saja langsung ku kembalikan uangnya dan kuambil seperlunya saja untuk keperluan sehari-hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt To Love You
RomantizmMpreg Gay story Homophobic ? Gak usah baca ! Highest rank #122 in romance •-•-•-•-•-•-•-•-•-•-•-•-• "Bagaimana kalau terjadi apa-apa denganku ? Apa kau masih mau denganku ?" Ucapku dengan pelan. Aku berusaha menatap tepat dimatanya. "Tentu...