"Buat apa kau mempertahankan hubungan menjijikkan seperti itu !?"
"Kalau kalian menganggap hubungan ini menjijikkan, berarti sama saja kalian menganggapku jijik. Aku tidak tahu pikiran kalian itu apa. Begitu tidak sukanya dengan hubungan ini."
Plak
"Jangan membantah !" Kupegang pipi kananku yang terasa sakit karena tamparan yang mendarat. Aku hanya menatap mereka satu persatu. Tak ada satupun yang menerima hubunganku. Apa salahnya hubungan yang aku jalani ? Kenapa mereka begitu menganggap hubungan ini menjijikkan ? Apa mereka tak sadar kalau itu melukai anak mereka sendiri ?
Melukaiku !
"Aku tidak tahu apa kalian orangtua yang baik atau tidak. Aku tidak tahu kalian selama ini menganggapku sebagai anak kalian atau tidak. Selama ini aku diam, kaliam menghina hubunganku, menghina kekasihku. Aku diam. Karena aku sadar kalau aku hanya seorang anak kalian. Aku masih menghormati kalian sebagai orangtuaku." Aku langsung berdiri dan melangkahkan kakiku ke kamar meninggalkan mereka. Aku tahu kalau tak sepantasnya aku melawan mereka atau membantah ucapan mereka. Tapi aku tak bosa berbohong kalau setiap kali mereka membahas hal ini semakin membuat hatiku berdenyut sakit. Apalagi saat mendengar ucapan demi ucapan yang dilontarkan dari mulut mereka.
Selama ini aku selalu menuruti apa yang mereka ucapkan. Mereka memaksaku untuk tinggal bersama dengan mereka, aku mengiyakan. Aku bekerja dibawah pengawasan ayahku sendiri, aku setuju. Tapi, setiap mereka memintaku memutuskan hubunganku dengan kekasihku, maka dengan cepat aku menolak. Bagaimanapun ini kehidupanku. Aku merasa benar disini.
Masih sangat ingat di kepalaku kata-kata ayahku. Ia bilang padaku kalau perempuan ditakdirkan untuk mencintai pria dan bukan sejenisnya. Walaupun aku diam pada saat itu, aku hanya mampu membantah dalam diam. Tentu saja itu salah.Kalau yang dikatakannya adalah takdir, jadi aku mencintai kekasihku bukan sebuah takdir ? Hanya sebuah kebetulan ?
Tidak mungkin !Sewaktu aku masih didalam kandungan, apa bisa aku request orientasiku sendiri ? Tidak kan ? Jadi tidak ada salahnya hubungan seperti ini.
Aku menutup pintu kamarku dan menguncinya. Setiap kali mereka membicarakan hal ini, selalu berujung dengan aku mengurung diriku sendiri dikamar dan akan keluar saat besok pagi saat aku ingin bekerja tanpa berpamitan dengan mereka. Bahkan sarapanpun aku lewatkan.
Tok...tok...
Kudengar pintuku diketuk seseorang. Mungkin ayahku.
"Alicia, buka pintunya. Mama mau ngomong denganmu." Aku salah, ternyata itu ibuku. Ini baru pertama kalinya dia seperti ini. Sebelumnya dia tidak pernah mendatangi kamarku saat setelah kami bertengkar.
Kucoba untuk tidak menjawabnya tapi ibuku tetap memaksa ingin masuk. Aku tidak ingin dia terus mengangguku dengan mengetuk pintuku. Lebih baik kubuka pintuku dan menyuruhnya masuk. Ya, aku berjalan dan membuka pintuku. Kulihat matanya sedikit merah. Apa dia menangis ? Entahlah.
"Ada apa ?" Tanyaku pada ibuku. Mungkin aku terlihat dingin pada ibuku sendiri. Tapi memang seperti inilah sikapku setelah menerima umpatan mereka.
"Mama ingin berbicara hal penting padamu." Aku mengangguk menjawabnya. Kududukkan diriku di tepi tempat tidurku. Aku tahu kalau ibuku mengikutiku dan sekarang dia duduk disampingku. Kucoba melirik kearahnya dan kulihat dia tersenyum menatapku. Ada yang lucu ?
"Kamu tidak pernah berubah dari kecil. Kalau marah selalu mengurung dirimu di kamar." Aku hanya berdehem menjawabnya. "Mama tahu apa yang kami lakukan menyakitimu, tapi coba kau pikirkan baik-baik. Semua ini demi kebaikan keluarga kita. Kamu tahu Alicia kalau kami sudah tidak muda lagi, sebagai orangtua sangat wajar sekali kalau kami menginginkan cucu darimu. Hanya kamu anak kami satu-satunya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt To Love You
RomanceMpreg Gay story Homophobic ? Gak usah baca ! Highest rank #122 in romance •-•-•-•-•-•-•-•-•-•-•-•-• "Bagaimana kalau terjadi apa-apa denganku ? Apa kau masih mau denganku ?" Ucapku dengan pelan. Aku berusaha menatap tepat dimatanya. "Tentu...