Tak pernah ku hitung berapa hari bahkan bulan yang ku lewati dengannya. Yang kurasakan sangatlah cepat waktu berlalu. Walaupun faktanya sudah lama kami tinggal bersama. Disinilah aku merasa bahagia. Terlepas dari segala beban dan sakit di masa laluku. Sekarang, terasa terbayar sudah apa yang ku alami di masa laluku.
Bisakah aku membuka lembaran baru dihidupku ? Mungkin saja bisa. Tapi, aku tahu kalau kehidupanku tidak ada semulus apa yang dibayangkan.Aku tahu, masih banyak rintangan yang akan ku lalui, kerikil yang akan ku lewati. Walaupun sebelumnya aku telah melewati tajamnya pisau.
Kudengar bel pintu berbunyi. Siapa ? Tidak mungkin Christian karena dia memang tidak mungkin memencet bel pintu. Aku berjalan menuju pintu dan segera kubuka. Tampak seorang laki-laki mengenakan jas dengan menampilkan senyumannya, aneh.
"Anda Kyle ? Mr.Christian meminta saya untuk menjemput anda." Aku mengerutkan keningku. Untuk apa ? Jarang sekali dia memerintah orang untuk menjemputku.
"Untuk apa ?" Tanyaku padanya.
"Saya tidak tahu tuan." Jawabnya dengan tetap tersenyum. Mungkin usianya belum dibilang tua. Aku yakin umurnya masih sekitar dua puluh lebih.
"Panggil saja Kyle. Baiklah, tunggu saja disini. Aku akan mengganti bajuku." Aku masih bingung untuk apa dan lagi mau dibawa kemana aku juga tidak tahu. Ingin sebenarnya aku bertanya akan kemana. Tapi, aku tahu pasti dia tidak akan menjawabnya.
Selesai mengganti baju, lantas aku keluar dari kamarku dan segera pergi dengan orang yang entah namanya saja aku tidak tahu sama sekali. Aku baru pertama kali melihatnya. Sedikit ada rasa takut kalau mungin saja orang yang sedang bersamaku ini adalah seorang penculik atau mungkin seorang pembunuh bayaran yang menginginkan nyawaku. Tapi kurasa itu sangat mustahil. Siapa juga yang mau membunuhku karena kurasa aku tidak mempunyai musuh satupun.
Kulihat jalanan yang kulalui lewat kaca mobil. Hingga aku sadar akan satu hal. Jalanan ini menuju perusahaan Tian. Ya, aku tahu jalanan ini.Tidak salah lagi.
Dugaanku semakin benar karena mobil yang kutumpangi masuk kedalam gerbang perusahaannya.
"Kyle, anda bisa keluar. Nanti akan ada yang membawa anda ke ruangan Mr.Christian." Aku mengangguk paham. Awalnya tadi di perjalanan kami berdua sedikit ada perdebatan sepele. Hanya karena aku memaksanya agar memanggilku dengan namaku saja tanpa ada embel-embel apapun karena aku tidak nyaman untuk dipanggil secara formal. Juga aku tahu namanya. Dia adalah Leroy dan masih 25 tahun. Sesuai dugaanku. Aku mengucapkan terimakasih padanya dan segera keluar dari mobil.
Setelah aku menginjakkan kakiku kedalam gedung besar ini, aku disambut oleh seorang wanita berambut hitam yang entah aku tidak tahu siapa dia. Yang jelas dia sangat ramah padaku. Dia membawaku masuk lift dan mengantarkanku hingga didepan pintu bertuliskan Mr.Preston. Kutebak ini adalah ruangan Tian. Ya, tidak salah lagi.
"Terimakasih sudah mengantarku." Ucapku padanya.
"Sama-sama tuan." Sekali lagi aku tidak nyaman mendengar panggilan seperti itu. Tapi,tidak mungkin aku harus berdebat dua kali hanya karena hal itu jadi, aku hanya mengangguk dan tersenyum.
ku ketuk pintunya dan kupanggil Tian. tapi tidak ada sahutan dari dalam. Kucoba sekali lagi hingga beberapa kali lamanya. Hah ! Kalau seperti ini terus kapan dia menjawab. Ck, Bodoh ! Kubuka saja pintu didepanku dan terkejut karena tidak ada orang sama sekali di dalam sini. Sialan ! Apa dia mengerjaiku ? Kucoba langkahkan kakiku masuk kedalam dan melihat kearah meja kerjanya. Tampak laptopnya yang tertutup. Aku tersenyum melihat sebuah foto yang ia letakkan diatas meja. Foto kami bertiga saat sedang bermain ditaman. Kucoba edarkan pandanganku lagi dan kulihat ada sebuah kertas diatas meja.
Kyle, datanglah di topfloor. Aku menunggumu disini.
Benar ! Mungkin dia sedang mengerjaiku. Lebih baik sekarang aku ke tempat yang dituliskan Tian di kertas tadi. Dan lagi untuk apa dia disana dengan keadaan yang sudah gelap seperti ini. Apa dia sudah gila mengajak Evan diatas sana ? Bodoh !
*****
Lift menuju lantai teratas digedung ini sudah terbuka dan berhasil mengejutkanku dengan Banyaknya bunga yang berhamburan di lantai. Entah apa maksudnya tapi aku beranikan diriku berjalan menuju sana. Disana, ku lihat seseorang sedang berdiri sendirian dan aku sangat yakin kalau itu Tian. Kulihat sekelilingku penuh bunga. Satu hal yang membuatku bingung, bagaimana mungkin bunga ini tidak terbang karena terpaan angin ? Apa mungkin arsitektur yang membuat ini sangat memikirkan hal seperti ini ? Mungkin saja.
"Tian !" Panggilku. Dia membalikkan badannya dengan senyuman yang berhasil membuat jantungku berdetak cepat.
"Sini." Aku mengangguk dan mengikutinya. Kini, kami berdua melihat indahnya lampu-lampu kota dimalam hari. Sangat indah.
"Dimana Evan ?" Tanyaku padanya.
"Dia dirumah Brenda." Aku mengangguk paham. Mungkin dia merindukan bibinya.
"Ada yang mau aku tanyakan padamu Kyle." Aku menoleh kearahnya. Dia masih asik memandangi indahnya perkotaan dimalam hari dengan dua tangannya yang memegang pagar pembatas. Aku hanya berdehem menjawabnya.
"Ya, mungkin bagimu ini tidak romantis atau apapun. Aku akui sangat tidak romantis. Tapi kau harus tahu Kyle kalau aku sangat mencintaimu. Aku memang bodoh dulu meninggalkanmu dan Evan. Aku merasa manusia yang paling bodoh. Tapi, aku senang saat kau mau menerimaku kembali." Aku masih tidak mengerti apa yang dia ucapkan. Dia memang bodoh bukan ?
"Aku tahu kau bingung dengan apa yang kubahas. Sudah kubilang kalau aku tidak romantis. tapi kuharap kau menerimanya."
"Ais...berhentilah bertele-tele." Ucapku.
"Kau dan aku. Ah maksudnya kita bertiga sudah tinggal bersama dan bersenang-senang bersama. Jadi, apa kau mau menerima kekuranganku ?" Aku menhembuskan nafasku dengan kasar.
"Bodoh ! Kalau tidak, mana mungkin aku mau tinggal dengan iblis sepertimu."
"Jadi kau mau menjadi kekasihku lagi ?" Apa yang diucapkannya ? Apa aku tidak salah dengar ?
"Kau tidak salah dengar Kyle. Aku ingin menjadikanmu kekasihku lagi. Ah atau kau mau kujadikan istriku ?"
Plak
"Aku pria, bodoh !" Bantahku. Dia mengelus kepalanya yang kena pukulanku tadi. Rasanya aku hanya memukul dengan pelan.
"Iya-iya aku paham. Jadi, bagaimana ?"
"Bagaimana apanya ?" Kudengar Tian mendengus. Dia merendahkan tubuhnya dan mendongakkan kepalanya kearahku. Aku terkejut saat dia mengeluarkan setangkai mawar merah.
"Aku tahu aku pria bodoh. Tapi, aku sangat mencintaimu." Ucapnya padaku yang hanya terkejut dengan sikapnya. Aku memegang pundaknya dan memintanya untuk berdiri. Dia berdiri hingga kami saling berhadapan. Ku dekatkan wajahku ke wajahnya.
Cup
"Itu jawabanku." Ucapku setelah mencium sekilas bibirnya. Tian tersenyum padaku. Bahkan langsung memelukku.
"Terimakasih Kyle. Aku janji tidak akan membuat kesalahan kedua kalinya." Aku hanya mengangguk di pelukannya. Walaupun dia tidak romantis, setidaknya apa yang dia bilang tadi padaku dari hatinya dan bukan bualan saja, semoga.
"Sudah lepaskan Tian. Sesak."
"Tidak, malam ini kau harus bersamaku. Tanpa Evan."
Sial ! Sepertinya aku salah menerimanya.
TBC
Ciee taken cie 😂😂
Cie update
Vote dan komen ya 💦

KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt To Love You
RomanceMpreg Gay story Homophobic ? Gak usah baca ! Highest rank #122 in romance •-•-•-•-•-•-•-•-•-•-•-•-• "Bagaimana kalau terjadi apa-apa denganku ? Apa kau masih mau denganku ?" Ucapku dengan pelan. Aku berusaha menatap tepat dimatanya. "Tentu...