Kyle Ty POV

32.1K 2.5K 108
                                    

Sebenarnya aku belum sepenuhnya menerima Mario. Memang mario menginginkanku untuk menjadi kekasihnya. Tapi, aku menolaknya. Bukan tanpa alasan aku menolaknya. Setelah dimana dia datang kerumahku dan aku juga menerimanya, aku tidak bisa tidur semalaman. Hanya karena berpikir apakah ini langkah yang tepat untukku. Memang kedengarannya labil. Sewaktu aku baru menerimanya, aku bilang kalau ingin memulai hidup baru. Tapi aku juga masih sadar kalau ada rasa sedikit ragu pada Mario. Apalagi aku baru mengenalnya. Dan juga masih sangat melekat tentang kejadian masa laluku. Aku hanya tidak ingin itu terulang lagi. Maka dari itu aku berpikir semalaman apakah langkah yang kuambil ini benar.

Aku hanya takut.

Aku tidak bisa membohongiku sendiri. Apalagi hatiku. Aku bukanlah anak remaja yang baru saja merasakan jatuh cinta. Aku sadar kalau sedikit hatiku masih pada dia. Kurasa aku tak perlu menyebutkan namanya. Sekarang atau bahkan dulu sebelum kembali bertemu dengannya, aku merasakan tiga hal. Rasa cinta, benci, dan kecewa di waktu yang bersamaan. Tapi karena besarnya rasa kecewaku pada dia akhirnya rasa citaku yang sudah sedikit semakin menutup. Sebenarnya malu untuk mengakui hal ini. Tapi, aku sadar kalau saat ini aku orang yang labil dalam masalah percintaan.

Karena hal itulah aku menolak Mario. Tapi aku bilang padanya kalau aku tidak sepenuhnya menolak. Karena sesuai ucapanku, aku ingin Mario berusaha untuk menumbuhkan cintanya di hatiku. Mario sempat kecewa padaku karena jawabanku padanya. Tapi dia berucap kalau akan berusaha. Sungguh aku merasa sebagai orang jahat. Mario begitu baik.

"Kyle !" Aku terkejut mendengar orang memanggilku.

"Ah Mario ? Sejak kapan kau disini ?" Tanya ku padanya. Jelas saja aku bingung. Tempatnya bukan disini.

"Aku hanya melihat pekerjaan pegawai dan tak sengaja melihatmu duduk sendirian disini. Kau melamun ?"

"Maaf seharusnya aku bekerja."

"Tidak apa Kyle. Memangnya apa yang membuatmu melamun ?" Aku hanya menggelengkan kepalaku dan tersenyum. Tidak mungkin aku memberitahunya tentang apa yang ku pikirkan.

"Ah baiklah. Kuharap kau mau bercerita padaku."

"kyle ada yang memanggilmu di meja nomor 8." Siapa ? Aku saling pandang dengan Mario.

"Mario, aku permisi dulu." Ucapku padanya. Dia mengangguk. Aku langsung berdiri dan menuju tempat yang disebutkan temanku tadi. Memang sangat terlihat kaku ketika kita berdua berbincang. Aku sangat merasakannya.

Aku bingung siapa yang memanggilku. Aku mengambil buku menu dan segera menuju ke nomor 8. Aku menghela napasku. Dia lagi. Sepertinya sekarang hobinya menganggu hidupku. Sampai di meja nomor 8, aku berdiri dan menaruh buku menu di atas meja.

"Apa yang anda pe..."

"Duduk." Ck, Selalu saja memotong ucapan orang.

"Kubilang duduk !" Aku menurutinya dan duduk tepat didepannya. Mungkin saat ini beberapa mata melihat kearah kami. Salahkan dia yang bersuara besar.

"Aku tidak akan mau kau merebut Evan. Sudahlah Christian. Menyerahlah." Ucapku padanya. kudengar dia berdecih.

"Apa untungnya bagiku kalau menyerah ? Apa kau lupa kalau aku tidak akan mudah menyerah ?"

"Ah maaf Christian aku memang sudah lupa denganmu." Ucapku. Biarkan kali ini aku mencoba untuk melawannya. Kulihat tangannya mengepal. Aku tahu kalau dia sedang menahan emosi. Ucapanku tadi bohong. Bahkan aku sangattahu dia. Dia tidak akan menyerah sampai apa yang diinginkannya ia dapatkan. Dan sekarang yang ia inginkan adalah Evan. Tapi, aku tidak akan memberikan anakku sendiri.

"Tidak mungkin kau lupa denganku. Aku bahkan yakin kalau kau masih mencintaiku. Jangan berdrama denganku Kyle."

"Tidak. Aku ingatkan padamu Christian. Evan membenci ayahnya. Jadi, kalaupun dia tahu kalau kau ayahnya dia akan membencimu." Jawabku yakin. Dia menyunggingkan senyumnya.

" Apa kau yakin ?" Aku mengangguk. "Bahkan aku sudah bertanya pada Evan. Dan dia bilang kalau dia tidak membenci ayahnya. Dan bahkan dia senang kalau ayahnya itu adalah diriku." Lanjutnya. Aku diam. Aku hanya ingin tahu apa yang akan dia ucapkan selanjutnya.

"Asal kau tahu saja. Evan sudah bercerita banyak padaku. Tentang kau menangis. Kuyakin kalau kau menangisiku. Kau tidak bisa berbohong padaku Kyle. Aku tahu banyak tentangmu. Bahkan aku masih sangat yakin kalau kau masih cinta padaku."

"Percaya diri sekali kau. Sebenarnya apa maumu ?"

"Mauku ? Okey jadi begini, ada perkataan yang bilang kalau kau ingin anaknya, maka kau harus menjinakkan induknya."

"Maksudmu ?" Sungguh aku bingung dengan ucapannya.

"Aku hanya ingin kau kembali padaku. Itu saja." Apa apaan dia ? Bodoh ! Sungguh ucapan yang sangat bodoh.

"Bodoh ! Permainan apa yang sedang kau permainkan ?" Ucapku. Rasanya sekarang emosi. Entah aku merasa kalau dia sedang mempermainkanku.

"Tidak ada."

"Pergi sekarang Christian. Aku tak mau bertemu dengan kau lagi. Permisi." Ucapku dan pergi meninggalkan dia. Biarkan saja dia merasa kalau aku bertindak tak sopan padanya. Selalu saja merasa orang yang paling tinggi dan menganggap orang lain rendah. Aku tak bodoh. Aku tahu kalau dia merencanakan sesuatu. Aku masih ingat bahkan sangat ingat dengan ucapannya yang ingin membuatku sengsara. Mungkin ini sebagian dari rencananya. Membuatku sengsatra dengan menyakiti hatiku. Walaupun sebenarnya sudah sakit. Bagaimanapun nanti aku tiodak akan jatuh ke dalam pelukannya lagi. Aku sudah bilang kalaui aku tidak mau merasakan sakit kedua kalinya oleh orang yang sama.

"Kyle ? Kenapa kau meninggalkan pengunjung kita seperti itu ?" Tanya temanku.

"Biarkanlah."

"Kau tidak lihat sedari tadi dia melihatmu."

"Biarkan saja. Dia mati pun aku tak akan peduli."

"Huh terserahmu. Mr.Mario memanggilmu untuk keruangan dia. Sebenarnya ada apa dengan kalian ? Aku lihat semakin hari kalian semakin dekat saja." Aku langsung melangkahkan kakiku pergi meninggalkan temanku yang rasanya dia sangat penasaran.

"Jangan bergosip." Ucapku padanya sambil berjalan. Mario juga kenapa memanggilku. Apa dia tak tahu orang lagi emosi seperti ini ?

Ku ketuk pintunya yang masih tertutup. Kudengar dia menyuruhku untuk masuk. Lantas aku membuka pintu yang tertutup ini dan masuk kedalam dan kembali menutup pintu.

"Apa apa mario ?" Tanyaku padanya. Dia menyuruhku untuk duduk. Aku duduk tepat dihadapannya.

"Kau berbicara apa dengan Christian ?" Aku terkejut dengan pertanyaan yang keluar dari mulutnya. Sial, Bagaimana dia tahu kalau Christian tadi datang ?

"Ma-maksudmu ?"

"Aku melihat kau tadi sedang berbicara serius dengannya. Aku yakin ini menyangkut semua tentangmu."

"Tidak ada apa-apa Mario." Jawabku. Lebih baik kalau aku tidak memberitahukannya apa yang diinginkan Christian padaku.

"Kyle, dengarkan aku. Bagaimana aku bisa berusaha membuatmu mencintaiku kalau kau saja terus menutupi apapun dariku." Ucapannya memang benar. Aku selalu menutupi apapun darinya.

"Aku tidak yakin memberitahukanmu tentang hal ini."

"tidak apa. Lebih baik kau memberitahukanku." Aku menghela napas gugup.

"Christian ingin aku kembali padanya. Aku tak yakin. Aku hanya takut tersakiti kedua kali." Kulihat raut terkejut di wajah Mario.

"Tapi kau menolaknya kan ?"

"Tentu saja aku menolaknya. Aku tahu kalau dia sedang merencanakan sesuatu." Jawabku. Mario tersenyum padaku dan memegang tanganku yang sedari tadi diatas meja.

"Baguslah. Setidaknya aku bisa bernapas lega mendengar jawabanmu." Aku mengangguk dan tersenyum membalasnya. Kami berdua diam. Mario terus melihat kearahku. Semakin lama dia semakin mendekati wajahnku hingga jarak kami sangat dekat. Aku tahu apa yang ingin dilakukannya. Segera kujauhkan mukaku. Aku langsung berdiri.

"A-aku harus bekerja." Ucapku padanya dan langsung pergi keluar ruangannya.

Aku hanya belum siap menerima perlakuan yang lebih darinya.

TBC

Maaf kemarin gak update.

Please guys jangan emosi sama Christian 🙏🏼😂

Hurt To Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang