Kyle Ty POV

25.2K 2.1K 90
                                        

Satu minggu sudah kami tinggal bersama. Sekarang seperti keluarga ? Entahlah apa aku bisa menganggapnya seperti itu. Disini dan seperti inilah aku merasa Christian serius dan memegang apa yang diucapkannya. Sekarang, Evan sudah bersekolah dan saat pertama kali aku mengantarkannya, disitulah aku merasa gagal sebagai orangtua karena tidak menyekolahkannya dulu. Tapi bagaimana lagi, semua itu sudah lalu. Kami tidak tinggal di Apartment Christian yang selama ini ia tempati. Apartment sekarang sangat mewah. Ya, sangat luas kalau ditempati tiga orang saja. Apartment ini baru ia beli. Aku terkejut saat dia berkata kalau ia baru membeli apartment baru yang luas untuk kami bertiga. Tentu saja menurutku itu membuang uang. Lagipula apa salahnya kalau tinggal ditempat Christian yang lama. Tapi aku tak mau berkata seperti itu. Bagaimanapun Christian melakukannya ini demi kami dan aku juga harus menghormati usahanya pula.

Mungkin kalau kami bertiga sedang berkumpul tidak akan sesepi ini. Ya, bayangkan saja kalau apartment seluas ini hanya ada satu orang yaitu aku. Setiap hari aku selalu sendirian disini walaupun hanya dari pagi dan sore hari. Tapi tetap saja merasa sepi bukan ? Paling yang membuat suasana ramai adalah televisi. Evan sekolah dan Christian bekerja. Sedangkan aku hanya membersihkan rumah dan menyiapkan makanan. Sejujurnya ingin sekali aku kembali bekerja. Tapi itu tidak mungki karena sudah pasti Christian akan menolak keinginanku. Dia bilang kalau dia akan Bertanggung jawab atas semuanya. Tak bisa berbohong kalau jauh dilubuk hatiku sangat senang dengan ucapan Christian yang berkata kalau dia bertanggung jawab. Tapi pasti juga ada rasa tak enak hati walaupun itu hanya kecil. Aku tidak mau dipandang hanya memanfaatkan seseorang saja. Aku masih bisa bekerja dan kuat semuanya. Maka dari itu, saat Christian ingin menyewa jasa pembantu, dengan langsung aku menolaknya. Aku tidak mau hanya bersantai-santai di sini. Bagaimanapun aku harus bergerak dan juga sudah menjadi kebiasaanku untuk membersihkan tempat tinggalku atau kami. Selagi aku masih bisa akan kulakukan.

Tentang hubungan kami, semuanya semakin ada kemajuan. Ya, aku merasa kami semua semakin dekat atau mungkin memang sudah dekat dan hanya karena ada permasalahan saja menjadikan kami terpisah. Christian tetap berusaha untuk meperbaiki semuanya. Begitupun denganku, aku berusaha untuk menerimanya kembali dan menghilangkan rasa kecewaku padanya karena aku yakin dia sangan serius dengan ucapannya.

Dia tidak ingin membuat kesalahan kedua seperti dulu.

Senang ? Tentu saja aku senang.

Aku mendengar suara pintu dibuka. Mungkin mereka sudah datang. Ya, Christian dan Evan. Christian selalu menjemput Evan dan dia kembali ke kantornya untuk bekerja. Ingin rasanya aku menjemput anakku juga tapi sekali lagi Christian tak mengizinkanku. Dia sangat posesif sekarang.

"Ev...mana Evan ?" Tanyaku bingung karena yang kulihat hanya Christianb yang berjalan kearahku dengan membawa tas kerjanya.

"Dia di rumah Brenda." Aku mengangguk mendengarnya. Mungkin dia sudah sangat merindukan bibinya.

Christian duduk di sampingku dan tak lama kemudia dia memelukku. Aku sudah tidak terkejut dengan sikapnya yang seperti ini karena ini sudah menjadi kebiasaannya. Ya, kebiasaan tapi kalau ada Evan pasti dia sudah memisahkan kami. Evan selalu merengek kalau Christian memelukku.

"Aku tidak bisa nafas bodoh." Kupukul kepalanya.

"Aku merindukanmu Kyle, selagi tidak ada Evan aku tidak akan menyiakan waktu."

"Maksudmu ?"

"Kau tahu maksudku sayang." Jawabnya dengan menunjukkan smirk menjijikkan. Entah apa yang dipikirkannya sekarang.

"Aku merindukanmu Kyle, kita sudah lama tidak seperti ini. Aku sangat merindukanmu." Aku tidak bodoh. Matanya berkata sama seperti mulutnya. Aku hanya terdiap memandanginya begitupun sebaliknya. Wajahnya kian mendekat kewajahku. Kupejamkan mataku dan kurasakan bibirnya menyentuh bibirku. Dia mulai mengulum bibirku. Akupun memberanikan diriku untuk membalas ciumannya. Walaupun masih ada rasa takut, tapi aku mencoba untuk melawan rasa takutku. Ciuman yang lembut kini mulai bernafsu. Tubuhku terasa panas juga lemas karena ciumannya. Dia selalu bisa membuatku seperti ini. Tak berdaya jika kami melakukannya. '

"Aku menginginkanmu." Ucapknya dileherku dengan suara rendah dan beratnya yang membuatku bergidik geli. Dia mencium daun telingaku dan membuat tanda di leherku. Aku hanya mampu dia menikmati permainannya.

"Eungghh." Lenguhku keluar dari mulutku saat dia menyedot dan mencium leherku.

"Kau menikmatinya sayang." Aku hanya mampu membalasnya dengan anggukan kepala juga desahan. Dia membawaku ke kemarnya dengan aku digendongannya. Dia menidurkanku di atas ranjangnya dan dapat kulihat sekarang dia melepaskan pakaiannya satu demi satu hingga tak ada sehelai benangpun yang menepel di badannya. Setelah dia menelanjangi dirinya sendiri, kini dia melepaskan pakaianku hingga kami berdua bertelanjang bulat. Dia menindih tubuhku dan menicum bibirku kembali. Lidahnya masuk kedalam mulutku. Lidah kami saling bersentuhan dan bermain. Ciumannya turun dari dada, perut dan pahaku. Tak berhenti disana, dia terus semakin kebawah menciumiku.

Aku terkejut saat dia mencium kakiku bahkan juga jari kakiku. Dia memasukkan jempol kakiku kedalam mulutnya

"Christian ?"

"Aku menyerahkan semua yang ada padaku untukmu Kyle. Aku milikmu begitupun sebaliknya." Aku hanya mengangguk dan kembali memejamkan mataku. Kini ciumannya kembali keatas hingga kurasakan tangannya menggengam kejantanannku. Dia memainkan kejantananku dengan tangannya. tak berapa lama dia memasukkan kejantananku kedalam mulutnya.

"Aaahhh tiannhh..." Desahku menikmati rasa yang sudah lama tak kurasakan.

Christian terus memompa penisku dengan mulutnya. Beberapa menit kemudian aku merasakan kalau klimaksku akan datang. Tubuhku melengkung keatas saat mencapai klimaks.

"Aahhh..." Desahku saat spermaku berhasil keluar didalam mulutnya. Christian menelan spermaku.

"Rasanya masih sama seperti dulu." Aku hanya tersenyum. Posisi kami tidak ada yang berubah. Dia membuka kedua pahaku. Aku kembali melenguh nikmat saat dia memainkan anusku dengan lidahnya.

"Sial ! Aku tidak tahan." Kebiasaan dia selalu mengumpat saat kami bersetubuh. Dia meludahi tangannya dan melumurkan ludahnya ke kejantanannya yang lebih besar dariku. Christian menggesekkan ujung penisnya di anusku. Tak berapa lama, dia memasukkan penisnya dengan pelan kedalam anusku.

"Aahhh." Aku mengernyit merasakan sakit. Walaupun rasanya tidak sesakit saat pertama kali melakukannya, tapi tetap saja rasa sakit itu selalu ada. Tapi, tak lama rasa sakit itu berbuah menjadi rasa yang sangat nikmat. Christian mulai bergerak.

"Lebih cepathh tiannhh." Desahku. Dia langsung menambah ritmenya. Entah berapa lama kami bermain hingga sekali lagi aku merasakan ingin klimaks kedua kalinya.

"Aahhhh..." Spermaku menyentuh perutku. Christian membungkukkan badannya dan menjilati spermaku. Setelahnya dia kembali ke posisi semula lagi. Kupegang perutnya dapat kuraskan otot-otot diperutnya yang semakin jadi. Dia sangat sempurna. Aku tak bisa berbohong kalau aku semakin jatuh cinta padanya.

Kurasakan Christian semakin mempercepat ritmenya. Dia mengeluarkan penisnya dari dalam anusku dan memompa penisnya sendiri dengan tangannya. Aku tak mau dia, kuraba perutnya juga scrotumnya.

"Arrggghhhh Kylleehhh." Erang Christian mencapai klimak. Spermanya jatuh ditubuhku. Dia memejamkan matanya dengan wajah menghadap keatas. Christian ambruk di sampingku. Dia kembali memelukku dan mencium pipiku.

"Terimakasih sayang. Istirahatlah kalau kau tak mau ke ronde dua." Aku memukul lengannya dan dibalas dengan tawa.

Pada akhirnya aku mencoba memejamkan mataku. Jantungku bertedak kencang. Rasa senanglah yang kurasakan sekarang.

"Aku mencintaimu Kyle." Ucapnya.

"A-aku juga." Jawabku. Christian langsung memelukku lagi dan menenggelamkan kepalannya di ceruk leherku. kucoba panggil dia tapi hanya dengkuran yang kudengar.

"Ck, bodoh." Ucapku menyelimutinya dan menyusulnya kealam mimpi.

TBC

Nih janjinya yang kemaren ya wkwkkw maaf kalo kurang puas.

Vote dan komen ya 😜

Hurt To Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang