Kyle POV

18.4K 1.5K 31
                                    

Hari ini aalah hari terakhir kami berada di Korea. Walaupun awalnya aku berpikir kalau disini akan sangat membosankan apalagi harus berjauhan dengan anak. Tapi, ternyata dugaanku salah. Justru aku sangat menikmati disini. Walaupun aku sangat merindukan Evan. Mungkin Tian tahu kalau aku akan mati kebosanan jika harus menunggunya dihotel saja tanpa ataupun sekedar diajaknya ke tempat proyek yang sedang ia bangun yang sungguh aku tidak mengerti. Dia menyempatkan waktu untuk mengajakku berjalan-jalan menikmati indahnya Korea Selatan. Apalagi hari ini adalah hari terakhir kami disini, seharian penuh dia mengajakku berjalan-jalan karena besok kami harus kembali ke negara tercinta kami.

Hari sudah malam dan kami masih belum pulang, padahal harusnya kami berkemas-kemas untuk besok. Aku sudah bilang ke Tian kalau ingin pulang saja. Tapi dia menolak. Entah apa yang dipikirkannya.

"Tian, lebih baik kita pulang saja. Kita belum makan dan astaga kau malah mengajakku kesini."

"Aku ingin menikmati malam berdua kita. Dan lagi, setelah ini kita pergi makan. Tenang saja kita besok tidak akan ketinggalan pesawat. Tapi, kalau kau menggodaku diranjang itu akan beda cerita lagi sayang." Sontak ku pukul kepalanya. Sungguh sekarang dia malah sering menggodaku seperti itu.

"Jaga ucapanmu !" Kulihat dia menaikkan alisnya dan tersenyum miring.

"Kyle sayang, coba saja kau ingat-ingat kemarin malam. Siapa yang menggoda pertama kali hm ? Bahkan aku sudah menahan diriku." Sungguh rasanya sekarang ingin sekali ku masukkan kaos kaki kotor ke mulutnya. "Sudahlah, kita naik itu saja." Aku mendengus kesal mendengarnya. Ku ikuti arah telunjuknya mengarah ke sebuah bianglala yang sangat indah dengan hiasan lampu warna-warni yang menyala. Bahkan kuyakin mataku berbinar sekarang. Aku mengangguk padanya dan segera dia mengajakku kesana.

Saat kami telah sampai di tempat antrian, ternyata tidak ada satupun yang mengantri untuk masuk ke bianglala. Padahal sangat banyak pengunjung disini dari anak kecil bersama orangtuanya hingga pasangan kekasih pun banyak. Tentu saja aku merasa beruntung. Apalagi sekarang kita masuk dan tanpa menunggu siapapun langsung dijalankan. Bianglala yang kami naiki semakin lama membuat kita bisa melihat pemandangan perkotaan dari ketinggian. Pemandangan yang sangat indah memanjakan mataku.

"Apakah seindah itu sampai kau melupakan kekasihmu disini ?" Aku menoleh kearah Tian yang duduk tepat didepanku. Dia memegang tanganku yang seketika membuat rasa hangat ditanganku. Dia mencium punggung tanganku. Mataku masih menatap kagum pemandangan didepan kami. Hingga aku tersadar kalau bianglala yang kami naiki berhenti dan kami berada diposisi yang paling atas. "Kyle." Aku berdehem menanggapi Tian. "Kyle." Panggilnya lagi.

"Ada apa ?" Aku menolehkan pandanganku kearahnya. Dia melepaskan genggaman tangannya padaku dan merogoh saku jasnya yang entah untuk apa. Aku terkejut saat tahu apa yang ternyata diambilnya dari sakunya. Aku tidak bodoh, aku tahu itu apa. Aku hanya terdiam melihat dia yang menatapku juga.

"Mungkin aku bukanlah pria romantis, bukan pria yang baik. Aku masih ingat bagaimana kasarnya tanganku menyakiti fisikmu, bagaimana kasarnya pribadiku menyakiti hatimu. Tapi, kau bertahan terus disampingku. Aku memang bodoh Kyle, aku sangat bodoh mengenai cinta. Tapi, bisakah kau menerima pria yang bodoh ini ? Maukah kau menjadi pendampingku hingga tua nanti ? Maukah kau menikah denganku Kyle ?" Aku hanya diam. Rasanya lidahku sangat kelu untuk mengeluarkan sepatah kata. Yang kulakukan hanyalah mengangguk. "Terimakasih Kyle, aku berjanji akan membahagiakanmu. Bahkan aku rela memberikan nyawaku untukmu." Tian memelukku, aku membalas pelukannya. Tak lama kami berpeluka, aku terkejut dengan suara kembang api. Kulihat kearah sampingku, langit malam dihiasi dengan kembang api yang sangat menakjubkan. Tian melepaskan pelukannya dariku dan segera memasangkan cincin di jari manisku. Dengan diiringi suara kembang api, dia memasangkan cincin padaku. Setelah terdang, kembali aku memeluknya dan berkata terimakasih.

Kuharap setelah ini kebahagiaan yang akan terus mengampiri hidup kami.

"Apa itu Perbuatanmu ?" Tanyaku padanya sembari melirik kearah kembang api. Tian mengangguk. Ternyata benar dugaanku.

*****

Setelah kejadian yang akan sangat ku ingat di bianglala tadi, kami langsung makan dan kembali ke hotel. Dan baru aku tahu kalau Tian memang sengaja mengajakku ke bianglala karena itu sudah dia rencanakan dengan kembang api pula. Bahkan tak berhenti disitu, saat tadi makan malam direstoran makanan Korea pun dia masih mampu membuatku terkejut dengan apa yang dia rencanakan. Dia sengaja menyewa satu restoran itu hanya untuk makan malam kami. Disana kami menghabiskan makan malam kami yang sangat romantis dan setelahnya dia mengajakku berdansa dengan senandungan lagu yang sangat romantis. Tentu saja aku sangat terbuai dengan apa yang dia berikan padaku. Aku berjanji kalau tidak akan melupakan hari ini.

"Kau sudah selesai membereskannya ?" Aku mengangguk. Kutolehkan wajahku kearah Tian yang baru keluar dari kamar mandi. Dia masih belum memakai baju atasnya. "Jangan kau pandangi terus sayang. Kalau kau mau tinggal bilang saja." Aku tesadar dan segera mengalihkan pandanganku.

"Ck, percaya diri sekali kau."

"Tentu saja aku percaya diri. Karena itu yang kulihat."

"Sudahlah aku mau tidur." Ucapku segera menutup resleting koper dan langsung naik keatas kasur. Tak lama, Tian juga merebahkan badannya disampingku. Aku tidur membelakanginya dan tak lama aku terlonjak kaget saat dia memelukku dan membenamkan kepalanya diceruk leherku yang membuatku bergidik geli. "Hentikan bodoh." Ujarku agar dia menghentikan kegiatannya. Tapi, bukannya menghentikan malah sekarang meciumi leherku. Sial. "Tian, kumohon hentikan. Apa kau tidak lelah ?"

"Tidak. Bahkan aku masih kuat untuk melayanimu." Sungguh rasanya pengen melemparkan lampu tidur ke kepalanya.

"Aku tidak sedang bercanda." Aku segera membalikkan tubuhku dan kini berhadapan dengannya. Dia menaikkan alisnya.

"Aku tidak peduli." Ucapnya dan langsung menciumku, tentu saja aku kaget dengan gerakan spontannya. Dia terus memaksaku untuk membalas ciumannya. "Kyle, jangan melawan." Aku hanya diam tak bergerak sama sekali hingga dia mengigit bibir bawahku dan membuatku membuka mulutku. Dia memasukkan lidahnya kedalam mulutku. Sial, tentu saja aku tak akan bisa melawannya. Bahkan sekarang aku sudah membalas ciumannya. Sudah kukatakan kalau aku tidak akan berdaya menolak Tian.

Kami terus berciuman hingga dia berada diatasku sekarang. Kulingkarkan dua tanganku ke pundaknya. Sembari berciuman, dia mengelus kepalaku begitupun sebaliknya. Ah lebih tepatnya aku sedikit menjambak rambutnya. Tian terus menekan ciuman kami.

Selang beberapa detik, kami melepaskan ciuman kami karena merasa membutuhkan oksigen. Dia melihat tepat dimataku sembari tersenyum.

"Kau sangat indah sayang." Ujarnya. Aku hanya diam tak membalasnya. Setelah mengucapkan kalimat pujian itu, Tian melanjutkan menciumku lagi. Kini, yang kurasakan bukanlah ciuman nafsu, tapi ciuman menyaluskan rasa hangat dan kasih sayang. Tak lama, dia melepaskan ciuman kami. "Sudah untuk malam ini. Aku tak mau membuat kau kesusahan besok. Tidurlah. Selamat malam sayang." Ujarnya dan kembali tidur disampingku.

"Sial kau Tian !" Maki ku padanya. Ternyata dia hanya mempermainkanku saja.

TBC

Update lagi....Cie yang nanggung WKWKWKWK....

Vote dan komen ditunggu ya.

Hurt To Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang