Kyle POV

22K 1.9K 92
                                    

Ddrrtt...ddrrtt...

Kudengar ponselku bergetar. Segera kuambil dan kulihat siapa yang meneleponku. Aku tersenyum saat melihat siapa yang meneleponku. Entah sudah berapa lama kami tidak berkomunikasi bahkan kurasa dia seperti menghilang ditelan bumi dan sekarang muncul. Langsung saja ku terima panggilan tersebut.

"Kemana saja kau ? Tidak pernah mengabariku Jorge." Ucapku langsung. Kudengar dia tertawa walaupun pelan tapi aku masih bisa mendengarnya.

"Maafkan aku Kyle. Aku ada pekerjaan diluar kota dan tak sempat mengabarimu karena pekerjaanku sangat banyak. Bagaimana kabarmu ?" Balasnya.

"Aku baik-baik saja. Kau ?"

"Cukup baik. Ah, kau masih bekerja ditempat Mario ?"

"Emm...tidak." Mungkin dia memang tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tapi bukankah Mario dan Jorge berteman baik ? Apa mungkin Mario tidak pernah menceritakan yang sebenarnya pada Jorge ? Apalagi Jorge teman baikku juga. Sungguh membingungkan. Tapi, mungkin memang Mario tidak mau memberitahu Jorge tentang semuanya. Ya, setidaknya masih beruntung.

"Kyle ? Apa kau masih disana ?"

"A-ah ya apa ?"

"Ck, aku bertanya padamu. Apa kau nanti bisa keluar ? Aku ingin bertemu denganmu. Ada sesuatu hal yang ingin aku sampaikan padamu."

"E-em...mungkin, nanti aku kabari kalau aku bisa." Tentu saja aku tidak bisa dengan langsung menerima ajakannya keluar. Ingatkan kalau Christian sangat posesif sekarang. Apalagi sekarang aku harus menunggu Evan dan Christian pulang. Ya, sekitar satu jam lagi Evan pulang dari sekolah.

"Baiklah nanti aku berikan alamatnya. Sampai jumpa, masih ada pekerjaan yang menunggu."

"Ya, baiklah." Ucapku sebelum panggilan dimatikan. Sekarang aku bingung apa yang harus kulakukan. Sebenarnya aku ingin bertemu dengan Jorge apalagi saat dia bilang kalau ada suatu hal penting yang akan dia beritahu padaku. Mungkin itu memang sangat penting.

Lebih baik sekarang aku meminta izin pada Christian. Langsung kucari nomor teleponnya dan ku teleponnya. Tak butuh waktu lama, dia mengangkat panggilanku.

"Kenapa Kyle ? Kau merindukanku ?" Ck, terlalu percaya diri.

"Bukan, aku hanya ingin bilang padamu kalau nanti aku akan keluar bertemu dengan teman lamaku. Tenang saja tidak akan terjadi apa-apa denganku."

"Tidak !"

"Kumohon Christian. Ini sangat penting."

"Kubilang tidak Kyle." Dia mulai berucap dingin. Aku harus bisa.

"Hah ! Terserahmu saja. Nanti malam kau tak perlu tidur di kamarku." Mungkin ancaman kekanakan ini cukup.

"Apa ? Kau mengancamku ?"

"Tidak."

"Hah, baiklah kau bisa pergi tapi hubungi aku nanti. Akan ku kirimkan sopir agar mengantarmu. Evan aku ajak ke kantorku saja."

"Terimakasih Christian." Ucapku sembari tersenyum. Benar bukan. ancamanku tadi cukup kuat. Memang sekarang atau lebih tepatnya sejak kejadian malam itu, kami sering tidur bertiga di kamarku. Ah lebih tepatnya setiap malam. Pernah aku sengaja mengunci pintu kamarku agar Christian tidak bisa masuk tapi sialnya dia punya kunci cadangan.

"Panggil aku Tian mulai sekarang."

"Hmm Baik Mr.Tian."

"Baiklah aku akan menjemput Evan. Love you Kyle." Aku menaikkan alisku. Sejak kapan dia dengan mudah mengucapkan kata seperti itu ? Langsung saja kumatikan panggilan walaupun aku yakin kalau Christian ah ralat Tian menunggu balasanku.

Hurt To Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang