Kyle Ty POV

24K 1.5K 58
                                    

Jauh dalam hatiku sangat merindukan mereka. Bohong kalau aku sudah tidak mencintai dia. Mustahil kalau secepat itu kita menghilangkan perasaan cinta kita pada seseorang. Aku tahu apa yang dia lakukan padaku adalah kesalahan yang sangat besar. Tapi, bodohnya aku yang tidak bisa menghilangkan rasa cintaku pada dia. Tapi dari semua itu, yang sangat kurindukan adalah anakku, Evan. Apa yang sekarang dia lakukan ? Apa dia mencariku ? Apa dia makan dengan teratur ? Bahkan setiap malam aku tak bisa tidur karena memikirkan Evan. Walaupun begitu, aku tetap harus istirahat karena aku juga sedang mengandung. Jadi, bisa atau tidak bisa aku harus tidur. Sudah dua hari tiga hari pula aku tinggal di apartment Mario. Sungguh sebenarnya aku tidak ingin berlama-lama disini. Tapi, setiap aku ingin berpamitan pergi, Mario selalu melarangku.

Hari ini aku berencana untuk keluar karena tak ada bahan makanan sama sekali di lemari pendingin. Dan karena Mario memberikanku uang yang sebenarnya sudah kutolak, lebih baik kalau uang itu kugunakan untuk belanja bahan makanan. Aku segera mengganti pakaianku dan keluar kamar. Baru saja aku akan membuka pintu, kudengar samar-samar suara Mario diluar.

"Kau tenang saja, aku tahu siapa pelaku yang membuat perusahaanmu itu bangkrut. Tentu saja siapa lagi kalau bukan Christian." Kenapa dia menyebut nama Tian ? Sebenarnya aku ingin langsung keluar. Tapi, kurasa tidak ada salahnya jika aku sedikit menguping pembicaraannya. Aku penasaran dengan apa yang Mario bicarakan karena dia menyebut nama Tian. "Karena kau sudah membantuku untuk memisahkan Christian dengan Kyle, maka aku akan membantumu dalam hal ini. Sudah lama aku tidak mengoyak tubuh manusia. Hahaha sungguh tak sabar." Aku menutup mulutku sendiri. Aku sangat terkejut dengan apa yang dibicarakan Mario. Apa maksud dia memisahkanku dengan Tian ? "Tidak akan, kurasa Kyle sedang tidur di kamarnya dan tidak akan mendengar ucapanku. Kau tenang saja sudah ! Biarkan aku yang turun tangan untuk memusnahkan Christian. Asal kau tahu saja, dari dulu aku ingin membunuh parasit itu. Apalagi saat Kyle jatuh ke tangannya. Rasanya ingin sekali aku mencabik-cabik badannya. Dan tentang foto itu, sudah jelas Kyle percaya seratus persen. Asal kau tahu saja kalau dia tidak mau mendengar nama Christian. Aku harus berterimakasih karena kau mau berfoto dengan brengsek itu." Airmataku lolos, tak kusangka semua itu ulah Mario. Aku kira dia pria yang baik. Tapi nyatanya dia sangat brengsek. Tiba-tiba saja aku teringat tentang perlakuanmu saat itu, bagaimana aku menampar Tian dan bahkan melepaskan cincin dijari manisku. Dan sekarang aku mendengar kalau dia akan membunuh Tian. Sial ! Aku tak bisa berdiam diri. Dengan sangat pelan aku menutup pintu dan berdiam diri dikamar. Aku haru menunggu setidaknya setengah jam karena Mario mengiraku tidur. Jadi aku hanya menunggu sebelum pergi. Aku harus cepat menemui Christian. Aku tahu saat ini kalau Mario sangat berbahaya. Bahkan bisa kutangkap nada serius dari ucapannya saat bilang kalau dia akan menyingkirkan Christian. Tertiba aju ingat perkataan Christian dulu saat menjelaskan bagaimana Mario. Ternyata ini sifat aslinya. Sifat iblis !

Kulihat jam dinding, tiga puluh menit sudah aku berdiam diri. Dengan segera aku berdiri dan keluar dari kamar. Aku tak mau terjadi hal buruk pada Tian ataupun orang yang kusayangi. Karena hanya dengan menguping pembicaraan tadi, aku bisa menangkap kalau Mario adalah seseorang yang berbahaya. Bagaimana tidak kalau dia dengan mudahnya ingin membunuh Tian yang tak lain adalah kerabatnya sendiri.

"Kyle ? Kau mau kemana ?" Aku terkejut mendengar suara Mario. Bahkan sekarang aku memegang dadaku. Aku harus bisa bertingkah seperti biasa. Aku menoleh kearahnya yang dibelakangku dan tersenyum.

"Aku ingin belanja dan ingin es krim, kurasa bawaan bayiku." Jawabku padanya. Kulihat dia mengangguk dan mendekat kearahku.

"Apa perlu kuantar ?"

"Tidak perlu, aku tahu kau lelah setelah bekerja dan tumben sekali kau pulang cepat ? Lebih baik kau istirahat saja. Lagipula tempatnya tak jauh dari sini." Jawabku selancar mungkin.

"Baiklah, apa kau perlu uang ?" Aku menggelengkan kepalaku.

"Tidak perlu Mario. Uang yang kau berikan kemarin masih banyak. Bahkan lebih dari cukup kurasa."

"Baiklah, hati-hati." Kali ini aku harus memuji aktingku. Ternyata aku tidak buruk dalam berakting. Dengan segera aku melangkahkan kakiku keluar apartmentnya. Semua yang kuucapkan padanya bohong. Ya, meman awalnya niatku adalah untuk berbelanja. Tapi, kurasa itu tidak penting. Karena aku harus bertemu dengan Tian. Aku sedikit berlari walaupun kurasa bukan berlari. Tapi aku ingin cepat sampai.

Saat sampai dibawah, aku langsung menunggu taksi dan beruntungnya aku ada taksi kosong yang mendekat. Segera kulambaikan tanganku dan taksi tersebut berhenti didepanku. Aku masuk dan memberitahu supir akan kemana tujuanku pergi. Aku akan pergi ke kantor Tian karena aku yakin di jam segini dia masih bekerja. Mungkin juga tidak ada salahnya aku meminta maaf nantinya karena tidak mendengarkannya terlebih dulu. Dan kuharap dia bisa memaafkanku. Biarkanlah aku dibilang sebagai orang yang tidak mempunyai rasa malu. Tapi ini semua demi kebaikan.

Setengah jam lebih akhirnya taksi yang ku tumpangi berhenti tepat di depan kantor Tian. Langsung saja kubayar biaya taksi dan langsung keluar. Tak mau menunggu lama, aku berjalan masuk kedalam kantor dan bertemu resepsionis. Karena memang aku sudah pernah datang kesini, mungkin dia hafal dengan wajahku. Jadi dia memintaku langsung ke ruangan Tian.

Kini dihadapanku pintu ruangan Tian. Dengan ragu ku ketuk pintu tersebut dan tak lama kudengar suaranya menyuruhku untuk masuk. Aku yakin dia tidak tahu kalau orang yang mengetuk pintu ini adalah aku. Saat kubuka pintu dengan lebar, dapat kulihat ekspresi terkejutnya yang sungguh ingin membuatku tertawa. Tapi bukan itu yang penting sekarang. Kututup pintu tersebut dan berjalan kearahnya. Tian langsung berdiri dan mendekat ke diriku pula.

"Kyle ? Bagaimana bisa kau kesini ?" Tanyanya heran.

"Tentu saja aku bisa. Sudahlah aku ingin berbicara hal penting padamu. Menyangkut kita." Dia duduk dikursi sofa dan aku pun mengikutinya duduk disampingnya.

"Kalau kau ingin memutuskan hubungan kita maka aku menolak. Aku tidak akan melepaskanmu Kyle."

"Bukan itu bodoh ! Dengar dulu penjelasanku." Aku berhenti sejenak menetralkan napasku. "Aku sudah tahu semuanya. Tadi, aku tak sengaja mendengar Mario berbicara dengan seseorang kalau dia sengaja memisahkan kita. Dan lagi, dia bilang ingin menyingkirkanmu. Lebih tepatnya membunuhmu. Karena itu aku kesini." Lanjutku.

"Lalu ? Kalau aku hidup apa kau mau denganku ? Kurasa tidak." Sontak aku memukul kepalanya.

"Bodoh ! Aku tidak akan mau kalau anakku ini terlahir tanpa ayah." Seruku sambil mengelus perutku. Ah, apakah Tian sudah tahu mengenai kehamilanku ?

"Tunggu, ka-kau hamil ? Serius ?" Aku mengangguk. Sontak Tian memelukku sangat erat.

"Astaga, aku susah bernapas ! Lepas !"

"Kau tahu Kyle aku sangat senang mendengarnya. Baiklah kalau gitu biarkan aku mengurus iblis itu. Yang terpenting sekarang kau sudah balik dan...." aku hanya melihatnya dengan ekspresi bingungku. Dia berdiri dan berjalan ke meja kerjanya entah untuk apa. Setelahnya dia kembali lagi kesampingku. "Aku mau kau tetap memakai cincin ini. Jangan pernah kau lepas lagi." Ternyata dia masih menyimpan cincin yang kuberikan padanya saat aku marah. Bahkan sekarang dia kembali memasangkannya ke jari manisku.

"Sungguh tidak elit." Sindirki.

"Ya, aku tahu. Tunggu saja pernikahan kita nanti akan lebih indah dari ekspetasimu."

"Dan kau berhutang penjelasan padaku tentang foto sialan itu." Ujarku. Ya, walaupun aku mendegar sebagian dari Mario. Tapi, aku ingin mendengar dari Tian. Dengan sedikit kupaksa akhirnya dia menceritakan semuanya. Semua ya g dijelaskannya membuatku emosi dengan wanita itu. Sungguh kenapa dia tidak mempunyai hati ? Bahkan aku terkejut lagi saat Tian bilang padaku kalau wanita itu adalah wanita yang sempat bertemu bahkan berbincang saat kami di kafe. Tentu saja aku masih mengingatnya. Tapi anehnya saat kulihat foto-foto itu kenapa aku tidak menyadari muka wanita itu ? Ah, mungkin saja saat itu aku sedang tersulut emosi.

"Sudah sayabg, jangan kau pikirkan masalah ini. Tidak baik untuk anak kita dan. Nanti pulanglah. Evan merindukanmu." Aku mengangguk. Bahkan aku juga sangat merindukan anakku.

TBC
Btw, kenapa jadi drama gini ya wkwkwk maafkan daku 🙏🏼😂

Vote dan komen ya ....

Hurt To Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang