Kyle Ty POV

37.7K 3.3K 192
                                    

Tak terasa sudah satu minggu aku bekerja sebagai pelayan disini. Senang atau tidak ? Semua pekerjaan pasti ada suka dukanya. Sukanya, semua orang disini cukup baik menerima pegawai baru sepertiku. Mereka sama sekali tak memandang apakah kalian orang baru atau tidak. Mereka memperlakukanmu sama dengan yang lainya. Bahkan sekarang aku dan mereka sudah dekat. Tak jarang juga kita saling berbagi keluh kesah. Seperti saat ini, setiap hari aku selalu datang jam setengah delapan sebelum caffe dan restoran ini buka. Memang lebih pagi dari pekerjaanku sebelumnya. Tapi setidaknya sekarang aku tidak mau melakukan kesalahan yang sama seperti waktu itu. Hanya karena telat jadi kehilangan pekerjaan.

Brenda, tetanggaku pun juga menegerti bagaimana keadaanku sekarang. Maksudku, jam berapa aku harus pergi bekerja. Sekarang ia jadi sering datang ke rumahku hanya sekedar untuk menjemput Evan. Sempat terpikirkan dikepalaku untuk mengajaknya tinggal satu rumah denganku. Ya, lagipula dia juga hidup sendirian di rumahnya Apalagi dengan usia yang sudah tidak muda lagi. Bayangkan saja sekarang dia sudah berumur lima puluh tahun dan sendirian dirumah. Ya, mungkin memang aku harus mengajaknya untuk tinggal satu rumah. Aku tidak tega dengannya. Bagaimanapun dia juga selalu menolongku dan Evan.

Seperti biasanya, sebelum caffe dibuka kami merapikan semuanya. Merapikan kursi dan meja juga menyapu lantai. Setelahnya kami akan siap untuk membuka caffe pagi ini.

"Ehm Kyle !" Aku terlonjak kaget saat dua tangan menepuk bahuku dengan sedikit kencang. Kubalikkan badanku. Ternyata itu adalah Annie. Dia adalah pegawai yang sangat dekat denganku. Wanita yang baru saja menginjak umur 21 tahun. Dia ramah dengan semua orang. Dialah orang pertama yang kukenal disini. Dia juga yang memperkenalkan diriku pada semua pegawai disini.

"Annie ! Kau mengangetkanku."

"Hahaha maaf. Lanjutkan saja pekerjaanmu."

"Kau juga." Aku hanya menggelengkan kepalaku melihat tingkahnya.

Okey, beberapa menit lagi akan dibuka. Semoga hari ini tidak menjadi pagi sialku. Semoga hari ii aku tidak bertemu denga orang yang cukup membuatku sakit. Pasti kalian tahu siapa yang kumaksud. Ya, dia Christian. Entah apa memang setiap hari dia selalu datang disini. Yang jelas setiap pagi aku harus melihatnya. Apalagi aku juga yang harus mencatat pesanan dan mengantarkan apa yang dia pesan. Aku sempat bertanya pada pelayan lainnya apa memang Christian adalah pelanggan tetap disini. Tapi, mereka menjawab kalau dia jarang kesini. Jarang ? Bahkan selama satu minggu aku bekerja disini selalu melihat batang hidungnya. Apalagi harus menerima pertanyaannya terus yang selalu mengungkit kehidupanku. Dan berakhir dengan mengatakan jijik ataupun pria aneh padaku. Aku berpikir. Kalau aku seorang pria yang menjijkan, apa bedanya dengan dia ? Apakah dia lupa kalau dulu dia pernah berhubungan denganku ?

Dia mengatakan padaku kalau aku adalah pria yang bodoh. Sebenarnya siapa yang bodoh disini ? Aku atau dia ? Mungkin memang aku dulu sangat rapuh. Bahkan dulu tak jarang aku selalu menangis. Sekarang, aku harus berusaha kuat. Ya, aku harus tunjukkan pada dia kalau aku lebih kuat dari dulu. Aku lebih baik saat ditinggal dia. Bukan semakin menjadi hancur. Walaupun aku juga tak menampik anggapan bahwa diriku memang hancur. Kehidupanku yang hancur.

Satu persatu pelanggan mulai datang. Sekedar memesan kopi, roti, ataupun makanan yang memang disediakan hanya untuk pagi. Dan untuk menu siang hari telah diganti dengan makanan yang lebih berat.

"Kyle. Meja nomor 6." Aku mengangguk dan mengambil buku menu. Aku mengarahkan pandanganku ke meja nomor 6 untuk melihat siapa yang duduk disana. Ternyata benar dugaanku. Christian duduk disana dengan santainya memainkan ponselnya.

Sialan.

"Thomas. Kau saja ya yang kesana. Kumohon." Mohonku pada Thomas. Dia menggelengkan kepalanya.

Hurt To Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang