Kyle Ty POV

27.8K 2.2K 119
                                    

Sampai sekarang aku masih bingung. haruskah aku sepenuhnya percaya. Bahkan tadi saat aku kembali ke restoran, Kulihat Mario menungguku didepan restoran. Dia tersenyum saat melihatku yang setengah berlari. Tapi, saat aku bertanya kenapa dia tak mengejarku saat aku ditarik keluar oleh Christian dan dia hanya menggelengkan kepalanya saja. Hanya itu saja interaksi kami setelah kejadian mereka berdua bertemu. Setelahnya aku langsung melanjutkan pekerjaanku.

Saat ini aku sudah bersiap-siap akan pulang karena jam kerjaku sudah habis. Kubereskan semua barang-barangku. Kuganti juga seragamku tadi degan baju biasa.

"Kyle aku duluan." Ucap seorang temanku. Aku mengangguk dan tersenyum.

"Kyle !" Kutolehkan wajahku ke asal suara. Ternyata itu adalah Mario.

"Iya ada apa ?"

"Sebenarnya hari ini aku ingin mengantarmu pulang. Tapi ada sesuatu yang harus kuurus." Sebenarnya juga aku tidak pernah memintanya untuk mengantarku. Bahkan selama kami dekat, dia jarang sekali mengantarku pulang karena memang setiap dia menawarkan diri untuk mengantarku dan kutolak. Aku hanya tidak mau seperti memanfaatkan orang ataupun merepotkan orang lain. Selagi aku masih kuat maka akan ku jalanani sendiri.

"Tidak apa Mario." Jawabku padanya. Dia tersenyum dan mengelus rambutku. Sikapnya yang seperti inilah yang membuatku sedikit tidak percaya dengan apa yang diucapkan Christian padaku tentang Mario.

"Maafkan aku. Aku harus berangkat sekarang." Akun mengangguk dan tak lama dia pergi menjauh. Setelah semua siap, aku langsung keluar dari tempat ini lewat pintu belakang. Sebelunya aku berpamitan pada para pegawai yang baru datang untuk bekerja dimalam hari.

Aku berjaan sendirian menuju halte. Untung saja jam segini masih snagat ramai. banyak orang-orang berjalan untuk belanja atau mungkin hanya sekedar mencuci mata mereka. Tak sedikit juga dari mereka yang baru pulang bekerja. Sungguh rasanya seperti kota yang tak pernah mati. Seperti inilah setiap hari. Berangkat bekerja sendirian juga pulang sendirian. Tapi aku menikmati semuanya. Apalagi ini semua kulakukan untuk anakku. Selalu kuingat anakku dimanapun dan kapanku karena memang dialah yang bisa membuatku semangat dalam menjalani apapun.

Tiinnn...

Kudengar kelakson mobil dan sebuah mobil berhenti di sampingku. untung saja aku masih berada di trotoar. Aku tahu mobil ini. Siapa lagi kalau bukan Christian. Karena dia berhenti di sampingku, maka juga kuhentikan langkahku. Kaca mobilnya terbuka dan terlihat muka dia. Ck.

"Kyle, masuklah aku akan mengantarmu."

"Tidak usah. Aku bisa sendiri. Kau pulang saja." Tolakku padanya.

"Disini ada Evan. Jadi sekalian saja." Akhirnya aku masuk kedalam mobilnya. Aku duduk tepat disamping kursi pengemudi. Kututup Pintu mobil dan kulihat kebelakang. Ternyata benar ada anakku dan dia malah sibuk dengan mainannya.

"Evan." Panggilku padanya. Dia menoleh kearahku dan akan memelukku. Aku membalas pelukannya dan ku angkat dia. Dia kupangku.

"Sepertinya anak papa sangat senang dengan mainan hm ?"

"Iya pa. Daddy baik. Dia membelikan Evan mainan banyak." Balas anakku. Aku langsung menoleh kearah Christian yang akan menjalankan mobilnya.

"Christian, tak seharusnya kau memanjakan Evan." Aku memang tidak mau kalau Evan terlalu dimanja seperti ini. Aku hanya ingin kalau dia nantinya lebih mandiri. Bukannya aku tidak mau dia memiliki banyak mainan. Hanya saja mainannya sudah banyak dirumah. Apalagi yang dibelikan Chrostian pada anakku sudah cukup banyak.

"Tidak apa Kyle. Dia masih kecil. Masih sangat pantas untuk diberi ini."

"Tapi kau berlebihan."

Hurt To Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang