"Hari ini aku akan pulang, mungkin menjelang makan malam nanti. Setelahnya kita mempersiapkan untuk pernikahan kita nanti. Jangan bilang mendadak karena aku sudah berdiskusi tentang pernikahan kita denganmu." Aku hanya mendengus kesal mendengarnya karena dia seperti tak memberiku celah sedikitpun untukku berbicara.
"Aku mengerti tuan Christian, jadi lebih baik kau berhati-hati dalam perjalananmu dan aku akan siapkan mkan malam spesial untumu." Jawabku lewat sambungan telepon. Makan malam spesial, ya aku memang sengaja nanti akan memberinya kejutan dimakan malam dengan memberitahukannya kalau aku sedang hamil. Aku sedikit tertawa membayangkan bagaimana nanti ekspresi konyol Tian. Ah, aku jadi tidak sabar.
"Hey ! Kau kenapa tertawa sayang ? Ada yang lucu ? Ah baiklah aku akan pergi." Ucapnya langsung memutuskan panggilan sebelum aku menjawab pertanyaannya. Sungguh menyebalkan !
Siang ini aku menyiapkan makan siang dibantu dengan bibi yang biasanya memasak. Awalnya aku menolak karena ingin melakukannya sediri. Tapi, dengan cepat ibu Tian melarangku dengan alasan aku sedang hamil dan tidak boleh terlalu lelah. Sungguh, padahal hanya memasak dan itu tidak akan menguras keringatku. Tapi, ya sudahlah apa boleh buat karena semakin aku memaksa, maka semakin lebih memaksa pula ibu Tian melarangku. Evan sedang bermain dengan kakeknya seperti biasa. Karena memang hari ini adalah hari minggu. Jadi sudah dipastikan kalau Evan akan dirumah terus.
"Kyle ! Sepertinya ada surat untukmu." Teriak ibu Tian. Aku menghentikan kegiatanku menyiapkan makan siang. "Aku menaruhnya diatas meja." Aku segera berjalan menuju meja makan. Kulihat amplop berwarna cokelat. Perasaan aku tidak pernah mendapatkan surat dari siapapun. Bahkan aku yakin kalau ini adalah surat pertama yang datang untukku. Ah, tidak perlu dipikirkan apakah ini surat pertama atau kesekian kalinya. Lebih baik sekarang kubuka saja.
Kakiku terasa lemas saat melihat apa isi di amplop ini. Mataku terasa panas. Aku terduduk di lantai dengan melihat beberapa foto yang sungguh membuat hatiku berdenyut sakit. Apa selama ini dia berbohong padaku ? Apa janji yang dia ucapkan padaku waktu itu hanya omongan kosong ? Apa selama ini aku bodoh ? Kurasa memang aku bodoh. Bahkan sekarang, kulihat beberapa foto dengan Tian berada di restoran dengan wanita yang entah tidak ku tahu. Aku tahu restoran itu adalah restoran yang cukup romantis. Foto selanjutnya membuat airmataku lolos. Kulihat Tian memeluk wanita itu di ranjang dengan bertelanjang. Apa-apaan !? Bahkan rasanya susah untukku berdiri. Foto yang lainnya lebih menyakitkan. Apakah ucapannya kalau dia kesana dengan alasan perusahaan adalah omong kosong ? Kurasa memang dia membohongiku.
Kudengar bel pintu berbunyi. Aku hanya diam dan menunduk. Perlahan, aku berdiri dan memilih untuk duduk di kursi meja makan. Dengan tetap memegang foto menyakitkan ini.
"Sayang, aku pulang ! Maafkan aku. Aku sengaja tidak memberitahumu karena aku ingin mengejutkanmu." Bahkan aku sekarang mendengar suaranya. Oh Tuhan, apakah aku segila ini padanya. Bahkan disaat sakit hati pun aku masih bisa mendengar suaranya.
"Kyle, Christian sudah pulang nak. Kenapa hanya diam saja ?" Aku tersadar. Ternyata memang dia pulang. Dengan kekuatan yang kupunya, aku berdiri dan menghadap kearahnya. Terlihat dia terkejut denganku. Mungkin penampilanku sekarang bisa dibilang mengenaskan.
"Sayang ? Ada apa denganmu ?" Segera kutepis tangannya yang hendak menyentuhku.
Plak....
Satu tamparan dari tanganku berhasil mendarat ke pipinya. Kulihat dia terkejut. Terkejut ? Sakit ? Bukankah disini aku yang merasa jauh lebih sakit.
"Dengar Christian. Aku muak denganmu. Apa salahku ? Kenapa kau membohongiku ? Kukira kau sudah jauh lebih baik. Tapi nyatanya kau jauh lebih brengsek." Kulemparkan foto-foto itu ke mukanya. Dia mengambil foto itu dan terkejut dengan apa yang dia lihat. Terkejut karena ada yang mengambil fotonya ? Atau terkejut kenapa aku bisa mengetahui kebusukannya ? Kupandang cincin di jari manisku. Segera kulepas dan kuberikan padanya. "Lebih baik kau memberikannya pada wanitamu. Terimakasih untuk semua. Biarkan Evan bersamamu. Aku tahu dia akan jauh lebih baik jika dengan keluargamu. Bukan diriku." Lihat ? Bahkan dia hanya diam tak berkata apapun. Segera kulangkahkan kakiku pergi keluar dari rumah ini. Kurasa aku lebih baik keluar dari sini. Dan aku harap tidak ada yang mencegahku. Cukup sakit hati yang dia torehkan padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt To Love You
RomanceMpreg Gay story Homophobic ? Gak usah baca ! Highest rank #122 in romance •-•-•-•-•-•-•-•-•-•-•-•-• "Bagaimana kalau terjadi apa-apa denganku ? Apa kau masih mau denganku ?" Ucapku dengan pelan. Aku berusaha menatap tepat dimatanya. "Tentu...