Christian Preston POV

20.1K 1.5K 36
                                    

Kupandangi sebuah foto yang baru saja dikirim asistenku. Sungguh aku merindukan sosok difoto ini. Kyle, aku sangat merindukanmu.
Dua hari sudsh dia pergi. Katakanlah aku bodoh karena tak mengejarnya sama sekali. Saat itu aku ingin mengerjarnya tapi rasanya tak bisa. Yang kupikirkan saat itu hanyalah mungkin dia membutuhkan waktu untuk menenangkan dirinya. Tapi ternyata salah, dia pergi meninggalkanku hanya karena kesalah pahaman saja. Entah apa aku bisa menyebutnya salah pahan atau mungkin sebuah jebakan. Aku tahu siapa dalang dibalik ini. Sekarang, aku akan bermain halus. Aku tahu siapa lawan yang akan ku hajar. Karena itu aku harus memikirkan setiap langkah yang akan ku tuju. Termasuk aku harus rela melihat Kyle tinggal satu atap dengan iblis itu. Tentu saja awalnya aku sangat emosi. Bahkan sempat kumaki asistenku yang memberitahuku tentang itu semua. Cukup mudah untukku mencaritahu semuanya. Bahkan, aku sudah mendapatkan semua informasi tentang siapa wanita yang ada difoto itu. Sekarang aku tak akan berbaik hati.

Sakit harus dibalas dengan sakit.

Aku teringat bagaimana murkanya orangtuanu saat itu.

Flashback....

Aku terkejut dengan tamparan Kyle pada pipiku. Dia langsung pergi begitu saja. Ingin kukejar tapi aku tahu dia membutuhkan waktu untuk menenangkan pikirannya. Tapi, saat bersamaan pula kulihat ibuku di belakang Kyle atau tepat didepanku dengan memandangku penuh kecurigaan. Aku berjongkok dan mengambil lembaran foto yang dilemparkan Kyle padaku. Aku sangat terkejut dengan apa yang ada difoto ini. Aku sama sekali tidak pernah bernafsu dengan wanita jalang difoto ini. Kulihat ibuku menghampiriku dan mengambil foto ditanganku dengan paksa. Dapat kulihat dia sangat terkejut setelah melihat foto demi foto disana. Sungguh aku merutuki kebodohanku saat ini. Ibuku memandangiku penuh emosi.

Plak....

Satu tamparan lagi kudapatkan. Entahlah, aku merasa tak adil diperkakukan seperti ini. Tapi apa yang bisa kuperbuat ? Menyangkal pun mereka tak akan percaya padaku.

"Aku kecewa padamu. Kau pikir apa yang kau lakukan ini bagus ? Bodoh !"

"Ada apa ?" Tiba-tiba saja ayahku datang dengan menggendong Evan. Sungguh aku tak mau anakku melihat foto ini. Aku takut dia membenciku setelah melihat foto penuh rekayasa ini. Ibuku menghampiri ayahku dan mengambil alih Evan.

"Kau urus anak bodoh itu. Biarkan Evan samaku dulu." Ibuku pergi meninggalkan kami berdua. Ayahku mengambil foto yang diberikan ibuku dan melihatnya. Setelahnya dia memintaku untuk duduk. Aku hanya menurutinya saja. Sungguh aku emosi saat ini. Ingin sekali kuhancurkan siapapun yang menjebakku itu.

"Aku kecewa padamu Christian. Aku sudah merestui hubungan kalian dan lihat ? Kau bertingkah. Aku tak akan mencampurkan emosiku pada masalah ini. Aku tak mau ambil pusing. Ada yang bisa kau jelaskan ?" Aku mendesah pasrah dan mengangguk. Untung saja aku masih mengingat beberapa kejadian.

"Kemarin saat selesai bekerja, aku menyempatkan diriku untuk ke restoran untuk makan malam. Tak berapa lama saat aku makan, seorang wanita datang padaku. Dia meminta izin padaku untuk duduk di satu meja denganku. Tentu saja aku langsung menolak tapi dia beralasan kalau semua meja penuh. Sialnya memang yang dia bilang benar. Saat itu pula aku mengizinkannya dan aku pergi ke toilet. Setelah kembali, aku kembali makan makananku. Setelahnya aku pusing. Entah apa yang jalang itu masukkan dimakananku karena setelah itu aku tidak ingat apapun. Saat aku terbangun, aku sadar kalau aku sudah tidak memakai pakaian atasku. Hanya memakai celana saja dan aku tidur bukan di kamar hotelku. Melainkan kamar hotel entah punya siapa. Dari situ aku tahu kalau aku dijebak. Karena alasan itulah aku mempercepat kepulanganku bahkan aku tidak memberitahu Kyle kalau aku pulang siang ini. Aku hanya tidak mau ada hal buruk yang terjadi. Tapi sialnya ada foto itu. Asal kau tahu saja, aku langsung pulang tanpa berkemas. Asistenkulah yang menyelesaikan sisa pekerjaanku." Jelasku panjang. Kulihat ayahku mengangguk dan menepuk bahuku.

"Dan ini permasalahan pribadimu nak. Aku tidak akan ikut campur kali ini. Aku yakin kau bisa menyelesaikan semuanya." Aku mengangguk.

Flashback off.

Ya, setelah itupun aku langsung mencari keberadaan Kyle. Bahkan bodohnya aku tak pakai mobilku dan memilih berlari ditengah hujan. Setelah lama mencari, apa yang kulihat sungguh menyesakkan hatiku. Saat itu aku melihat Kyle duduk dihalte bersama Mario dan mereka masuk kedalam mobil. Aku tidak bodoh, tentu saja kecurigaanku pada Mario muncul. Logikanya saja kenapa dia mendekati Kyle disaat kami sedang bermasalah ? Dihari itu pula aku menyuruh asistenku untuk mengikuti apa saja yang dilakukan Kyle. Aku takut Kyle dalam bahaya apalagi dia di dekat seorang iblis.

Setiap kali Evan menanyakan dimana Kyle, dengan terpaksa aku harus berbohong dengan alasan kalau Kyle ada pekerjaan penting. Tentu saja aku harus berbohong karena tak mungkin aku berterus terang pada anakku sendiri.

Kudengar pintu ruanganku diketuk seseorang dan terbuka. Aku mengangguk saat melihat asistenku masuk kedalam. Aku tahu pasti ada berita darinya.

"Duduklah." Perintahku. Dia mengangguk. "Ada informasi ?" Tanyaku padanya.

"Aku sudah mendapatkan informasi tentang keluarganya. Park's Company, itu adalah perusahaan milik keluarga Alicia dan kita menanam saham disana." Aku mengangguk paham.

"Aku baru ingat kalau aku pernah bertemu wanita itu saat aku menjemput Kyle di kafe. Dan tugasmu hanyalah mencabut saham itu dan buat bangkrut. Lalu urus iblis itu. Aku tak peduli siapa dia. Yang kubutuhkan dia lenyap ! Tak penting bagiku kalau membayar pembunuh bayaran semahal apapun. Kurasa hubunganku tidak akan tenang jika dia masih hidup. Mengerti ?" Kulihat asistenku terkejut dengan apa yang ku perintahkan padanya.

"A-apa anda serius dengan ucapan anda ? Maksudku, jika anda menyewa pembunuh bayaran apakah itu tidak merusak nama anda sendiri jika diketahui umum ?" Aku mendengus kesal mendengarnya.

"Bodoh ! Tidak akan ketahuan kalau uang berbicara. Dan lagi, jangan pernah menyangkut-pautkan dengan nama Preston. Kau bisa memalsukan namaku. Dan bilang padanya kalau bosmu tidak ingin bertatap muka. Yang dibutuhkan hanyalah membunuh seorang bernama Mario Owen dan menerima uang setelahnya. Dan lakukan itu dengan bersih tanpa meninggalkan jejak. Mengerti !?" Asistenku mengangguk. Aku tahu dia takut dengan perintahku kali ini. "Aku akan menaikkan gajimu jika kau berhasil, bahkan kau akan menerima bonus yang besar bulan ini." Sudah kubilang kalau uang akan berbicara. Buktinya, tadi dia ketakutan kini berbinar hanya mendengar bonus gaji yang cukup besar. Tentu saja aku tidak main-main dengan perkataanku.
"Dan aku ingin minggu ini semua selesai. Paham ?"

"Baik Mr.Preston, saya permisi dulu." Aku mengangguk.

TBC
Update lagi.... nih yang nungguin Tian.

Vote dan komen ya 😘

Hurt To Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang