Alicia POV

16.8K 1.2K 37
                                    

Katakanlah aku seorang iblis karena memang pantas untuk itu. Katakanlah aku jalang karena itulah yang membuatku merasa berdosa. Katakanlah aku seorang wanita tak punya malu dan tak punya keberanian karena memang itulah aku. Tidak ! Sampai kapan aku harus bertahan seperti ini ? Berada di bawah ancaman sahabatku sendiri yang tak lain ada seorang psikopat yang memounyai banyak kepribadian. Entahlah aku menyebutnya seperti itu karena memang pantas untuknya, sifatnya berubah-ubah. Kadang lembut layaknya kapas. Tapi tak jarang juga menjadi iblis yang haus akan mangsa dan akan memangsa apapun dihadapannya. Pertanyaannya adalah, kenapa aku bertahan dengan orang seperti itu ? Bahkan aku menyebutnya sebagai sahabat ? Baiklah mungkin memang aku harus bercerita panjang kali ini.

Mario Owen adalah sahabatku sejak Senior High School. Awal pertemuan kami pun sebenarnya cukup mengerikan. Saat itu aku sedang dirundung masalah. Lebih tepatnya beberapa murid nakal yang mengerjaiku dan hampir memperkosaku. Tapi, untung saja saat itu Mario tak sengaja melihatku sedang ketakutan dan menolongku. Tentu saja aku bingung kenapa dia mau menolongku yang saling mengenal saa tidak. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri Mario mengeluarkan pisau kecil dari sakunya dan dia menangkap salah satu dari tiga murid itu. Tentu saja dia mengancam yang membuat dua murid itu diam tak berkutik. Selanjutnya, Mario menggoreskan pisau tajam itu di pipi murid yang dia tahan. Aku langsung memejamkan mataku dan hanya mendengar teriakan kesakitan dari murid yang hampir mengotoriku. Selanjutnya, kuberanikan membuka mata dan yang kusaksikan adalah mario menggoreskan pisau karatan ke muka murid lainnya. Justru aku langsung bergetar ketakutan. Sesaat kemudian Mario membebaskan mereka dengan mengancam kalau tiga murid itu melaporkan kejadian ini, maka nyawa akan melayang. Setelah itu, dia mendekat kearahku dengan pisau berlumur darah ditangannya. Tentu saja aku langsung mundur ketakutan. Mungkin saat itu dia tahu reaksiku hingga akhirnya dia melemparkan pisau itu dan menenangkanku.

"Jadilah sahabatku dan turuti perintahku. Maka, hidupmu akan selamat." Kalimat itu yang sampai sekarang selalu ingat. Sejak kejadian itu kami menjadi sangat dekat. Walaupun begitu, aku sama sekali tak jatuh hati pada dia karena orientasi seksualku berbeda. Tapi, itu hanya bertahan hingga kami lulus. Setelahnya, aku tak mendapatkan kabar darinya lagi. Aku bisa bernafas lega karena bebas dari lingkaran seorang psikopat.
Bagaimana aku tahu kalau Mario seorang psikopat ?

Sebenarnya aku tidak tahu apakah dia psikopat atau hanya hobi membunuh. Yang jelas pernah suatu ketika saat aku berada di halaman belakang sekolah yang sangat jarang ada murid kesitu, aku melihat Mario sedang berjongkok membelakangiku. Tentu saja aku mendekat padanya karena bagaimanapun dia teman, ah sabahatku. Dan aku berhasil terkejut dengan apa yang dilakukan Mario saat itu. Dia mengoyak perut dan kepala seekor kelinci. Dia mengeluarkan isi perut bahkan otak kelinci tersebut. Tak sampai disitu, dia mengeluarkan oula mata kelinci tersebut hingga kelinci itu tak berbentuk. Saat itu aku sangat mual melihatnya. Tapi apa yang bisa kulakukan, aku hanya diam bersikap biasa seah-olah aku sudah sangat mengenalnya dan saat Mario menyadariku dibelakangnya. Dia hanya berkata padaku kalau lebih baik dia membunuh hewan dibandingkan membunuh manusia. Yang aku ketahui saat itu adalah Mario sengaja membunuh hewan untuk menjadi pelampiasannya karena dia tak mau membunuh manusia hanya untuk mengikuti nafsu setannya.

Sialnya, setelah sekian lama aku tidak bertemu dengannya, dia datang kembali. Pertemuan kami sungguh tidak disengaja. Tepatnya satu minggu yang lalu.

Flashback....

Hari ini aku dan Lexa berencana untuk makan siang di restoran yang kami lewati. Kami masuk kedalam dan langsung disambut dengan pegawai ramah yang menyapa kami di depan pintu. Aku bilang pada Lexa kalau aku ingin ke toilet dan kuminta padanya untuk mencari tempat duduk.
Saat berjalan menuju toilet, tak sengaja aku menabram seseorang. Aku segera berdiri dan jatuhku dan mengucapkan maaf pada orang didepanku ini

"Alicia ?" Ucap pria didepanku. Aku terkejut saat mendengar suara pria didepanku. Suara yang sudah lama tidak kudengar. Apakah ini benar dia ? Kalau benar, semoga ini mimpi buruk dan cepat bangunkan aku. "Benar kau Alicia." Lanjutnya lagi. Dengan mengumpulkan keberanianku, kuangkat kepalaku dan ternyata benar. Dia orang yang sebenarnya tidak ingin kulihat.

"Ma-mario ?" Ujarku. Dia menampilkan senyumnya padaku. Akupun tersenyum canggung membalasnya.

"Lama tidak bertemu. Apa kabar ? Kau kesini dengan siapa ?" Mungkin sekarang dia menjadi baik. Tapi, siapa tahu detik selanjutnya dia akan menjadi apa. Bisa saja menjadi monster mengerikan. Bodohnya, kenapa hanya aku yang tahu ? Dan apa orangtuanya tidak mengetahui pribadi dia ? Sungguh membuatku pusing.

"Ak-aku dengan kekasihku." Kulihat dia menaikkan alisnya dan tersenyum miring. Aku tahu itu bukan senyuman tulus. Pasti ada maksud di senyumannya.

"Bisa aku bertemu dengan kekasihmu ? Kurasa kita masih menjadi sahabat bukan ?" Dengan ragu aku mengangguk. Sebelumnya, aku bilang padanya kalau aku ingin ke toilet dan dia menungguku disini. Apa dia berpikir kalau aku akan kabur ? Ah, mungkin saja. Aku tidak bisa menebak pikirannya. Setelahnya aku mengajaknya untuk bertemu Lexa. Mereka berkenalan satu sama lain dan saling berbincang.

"Alicia, apa aku bisa berbicara denganmu sebentar ? Dikantorku ?" Aku hanya mengangguk. Tidak ada guna untukku menolak karena aku tahu apa yang akan terjadi jika aku menolak. Kutekankan lagi, Mario tidak menerima penolakan.
Aku izin pada Lexa, dia mengangguk dan memilih untuk menungguku walau awalnya aku menyuruhnya untuk pergi terlebih dulu karena aku tidak tahu seberapa lama nanti.

Aku dan Mario berjalan menuju sebuah ruangan yang kuduga itu ruangannya. Dia membuka pintu dan menyuruhku masuk kedalam. Aku duduk di kursi dan kudengar dia menutup pintu.

"Apa yang ingin kau bicarakan ?" Tanyaku langsungpada poinnya.

"Kau sangat tahu diriku Alicia. Hmmm aku hanya ingin meminta bantuanmu sedikit saja." Aku mengernyitkan keningku bingung. "Baiklah, akan kujelaskan padamu." Aku terkejut dengan apa yang dia jelaskan padaku. Tentu saja aku langsung menolak karena aku tak mau dianggap sebagai wanita perusak hubungan dan terlebih lagi aku sudah mempunyai kekasih.
"Kau tahu bukan apa yang terjadi jika kau menolak ? Kurasa bukan hanya keluargamu yang akan merenggang nyawa. Tapi juga kekasihmu juga akan merasakan nikmatnya pisau tajam ini menusuk perutku. Ugh ! Sungguh aku tak sabar melihat rintihan kesakitan dari mulut korbanku. Sudah sangat lama aku tidak mendengarkan teriakan nikmat itu masuk ke telingaku. Ah ! Kurasa kau juga ingin menikmatinya bukan ?" Aku langsung merinding mendengarnya. Benar kataku bukan ? Dia bisa menjadi iblis kapanpun dan parahnya lagi itu hanya didepanku. "Bagaimana Alicia ?"

"Ba-baiklah." Akhirnya aku menyetujui permintaan, ah lebih tepat pemaksaan. Aku tidak mau keluarga dan orang yang kucintai kenapa-napa. Jadi, kurelakan harga diri dan martabatku demi mereka.

"Bagus, sebentar lagi kau harus bersiap karena kau akan kubawa ke luar negeri untuk melancarkan rencana kita." Mario terlihat bahagia. Bahkan dia tersenyum lebar yang membuatku bergidik ngeri. Apalagi saat dia memainkan ujung pisau itu. Sungguh mengerikan.

Flashback off.

TBC

Update lagi....

Vote dan komen ya....

Hurt To Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang