2 orang anak manusia itu saling bersisihan berjalan di sisian trotoar jalan raya.
Mereka baru saja pulang, dengan keduanya membawa beban yang sangat keterlaluan. Sebenarnya hanya Raka yang membawa beban terlalu banyak itu.
1 buah tas ransel yang cukup besar dengan beberapa jing-jingan kresek yang lumayan untuk di katakan banyak.
"Raka." Ujar Aira sembari menengok kearah pinggirnya, melihat wajah Raka yang sudah memerah.
"Apa!" ketus Raka sembari menahan semua beban yang ada di punggungnya dan juga kedua tanganya.
"Kenapa, kamu marah ? ya Tuhan!" Raka langsung memutar kedua bolamatanya.
"Jangan bilang kamu nggak redho melakukan ini semua." Cecar Aira.
"Uda biasa, santai aja Aira." Ujar Raka dan langsung di angguki oleh Aira.
"Lagian segitu aja ngambek, dulu jugakan aku sering nyuruh bawain tas aku, kamu jarang ngeluh." Ujar Aira sembari terus berjalan mendahului Raka yang masih melihat Aira dengan kedua tas ranselnya menempel di punggung gadis itu.
"Apa kau tau tujuanmu kemana?" tanya Raka yang sekarang sudah menyeimbangkan langkah Aira.
"Aku mengikuti mu."
"Apa?"
"Apa!" balas Aira sembari mendongkaan kepalaanya melihat kearah Raka.
"Jangan belaga so kaya kamu, kita semua tahu, aku, kamu itu berasal dari Desa dengan keadaan ekonomi yang rendah." Cerocos Aira, masih dengan menghiraukan tatapan Raka.
"Sapa juga yang so kaya." Dengus Raka dan Aira langsung berhenti berjalan. Dan langsung menatap kearah Raka.
"Dengar!" Aira menatap Raka dengan Raka yang menatapnya balik.
"Mau dulu atau sekarang, aku akan tetap melindungimu, mendukungmu dan menyelamatkanmu. Dan jangan kamu bantah semuanya." Ujar Aira.
Raka mulai terpengarah dengan ucapan gadis di hadapanya itu.Dulu aku selalu berlindung di balik tubuh gadis ini, bahkan dulu dia selalu membagi makananya denganku, maupun sedikit dia sangat perhatian dengaku. Raka masih membatin.
"Dan kau! Cepatlah tunjukan aku jalan." Ujar Aira mengejutkan Raka yang masih mengingat masa kecilnya.
Raka bedecih keras, kenapa harus tunjukan jalan kalau Aira sudah tau tujuanya?
.
"Ini tempat tinggalmu?" tanya Aira sembari melepaskan kedua ransel yang sedari tadi terus membebani punggungnya.
Dan Raka hanya menatap kearah Aira.
Bentuknya seperti studio kebanyakanya.Bentuk bangunan ini seperti punden berundak dengan 5 bangunan di setiap sisinya, yang di tengahnya terdapat tangga untuk mencapai satu studio ke setudio lainya.
Aira, masih menatap seluruh isian studio yang di tempati Raka, tak ada yang aneh sebenarnya.
Tempat tidur, tv, sofa, kamar mandi dandapur.
Masih sama dengan studio-studio kantrakan lainya.
"Tak ada yang berubah." Gumam Aira.
"Apa masih ada yang kosong ?" tanya Aira selanjutnya.
"Bukanya kamu mau menginap di sini?" tanya Raka yang sekarang tengah menenggak minumanya habis.
"Kau kira, aku pindah sekolah itu hanya bercanda?" Raka langsung mengedikan bahunya.
"Di depan kosong. Atau mau liat-liat yang lain dulu?" tanya Raka dan Aira langsung menatap Raka dengan tajam.
"Kalau ada yang lebih dekat dengan kamarmu kenapa harus memilih yang jauh?" Raka langsung tersenyum dan merangkul sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAUTY[1] AND THE BABY BOSS [BUNGKUS]
RandomKita berdua emang sudah sangat dekat, seperti pasangan kekasih lah. Tapi, sayangnya setatus kita itu gantung banget. Apalagi pas aku tahu kalau dia itu, yeah sebenarnya aku nggak mau ngumbar-ngumbat aib orang lain tapi apa daya dia itu pemake. Hmmm...